Contents
Apa itu: Penelitian primer, atau riset primer, (primary research) adalah jenis penelitian dimana peneliti mengambil data dari sumber asli secara langsung. Dengan kata lain, peneliti adalah tangan pertama yang mengumpulkan data.
Data mungkin adalah informasi kualitatif atau kuantitatif. Informasi kualitatif tidak dapat diukur, dihitung, serta dideskripsikan dengan menggunakan angka, misalnya pendidikan, jenis kelamin, preferensi atau opini responden. Sedangkan, informasi kualitatif memiliki nilai yang dapat diukur dengan angka, misalnya pendapatan atau jumlah produk yang dibeli per bulan.
Peneliti mungkin mengambil data sendiri. Atau, mereka mempekerjakan pihak ketiga untuk melakukan penelitian atas nama mereka. Keuntungan utama dari penelitian primer adalah kualitas data lebih terjamin. Tapi, itu juga bisa mahal untuk dijalankan.
Perbedaan penelitian primer dan penelitian sekunder
Berdasarkan sumber data, penelitian terbagi ke dalam dua jenis:
- Penelitian primer atau riset lapangan
- Penelitian sekunder atau penelitian di atas meja (desk research)
Jika penelitian primer mengumpulkan data dari sumber asli secara langsung, penelitian sekunder mengandalkan data yang sudah ada. Itu mungkin berasal dari pihak eksternal seperti laporan perusahan lain, lembaga pemerintah, lembaga riset, atau organisasi internasional.
Meski lebih murah, peneliti tidak dapat memastikan kualitas data sekunder. Mereka tidak memiliki kendali atas proses pengambilan sampel dan data. Data mungkin tidak terkini karena lebih banyak jeda waktu antara pengambilan data dan publikasi hasil. Untuk beberapa data time series, mereka mungkin tidak diperbarui secara reguler.
Metode penelitian primer
Berikut empat metode penelitian primer:
- Survei
- Wawancara
- Kelompok fokus
- Observasi
Survei
Dalam survei, peneliti mengumpulkan data dari kelompok responden yang telah ditetapkan (sample). Topik bervariasi tergantung pada tujuan penelitian. Dalam riset konsumen misalnya, itu mungkin meneliti sikap, kesan, opini, dan tingkat kepuasan konsumen terhadap sebuah produk atau merek.
Sebelum menjalankan survei, periset menentukan sampel yang akan diambil. Prosesnya kita sebut sebagai sampling, yang mana terbagi ke dalam dua kategori:
- Pengambilan sampel acak (random sampling). Di sini, sample memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Contoh metodenya adalah simple random sampling, systematic random sampling, stratified random sampling dan cluster random sampling, dan multi stage random sampling.
- Pengambilan sampel tidak acak (non-random sampling). Di bawah pendekatan, peluang sampel untuk terpilih tidak sama. Beberapa metodenya adalah quota sampling, convenience sampling, snowball sampling, judgemental sampling, dan seleksi mandiri.
Setelah menentukan sampel, periset melakukan survei, baik dilakukan sendiri atau melalui pihak ketiga atas nama mereka. Selain bertemu tatap muka dengan responden, peneliti mungkin melakukannya melalui telepon atau saluran online seperti email. Untuk riset konsumen secara langsung, mereka menanyai langsung konsumen atau calon konsumen, biasanya menggunakan kuesioner.
Kuesioner biasanya berisi beberapa informasi kuantitatif maupun kualitatif. Pada halaman awal, itu mungkin berisi pertanyaan tentang latar belakang konsumen seperti pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan. Bagian berikutnya berisi beberapa pertanyaan kunci untuk menjawab tujuan dari penelitian.
Pertanyaan dalam kuesioner mungkin adalah:
- Pertanyaan tertutup
- Pertanyaan terbuka
Dalam pertanyaan tertutup, peneliti telah menyediakan alternatif jawaban dan responden memilih jawaban yang sesuai. Keuntungan utama pertanyaan tertutup adalah hasil mudah dan cepat untuk diproses dan dianalisis. Tapi, kelemahannya adalah jawaban dikembangkan dalam perspektif dari peneliti alih-alih responden. Sehingga, itu memiliki sedikit ruang untuk menjelaskan alasan di balik jawaban konsumen.
Sementara itu, dalam pertanyaan terbuka, alternative jawaban tidak tersedia. Periset mendorong responden untuk memberikan jawabannya sendiri, sehingga memberi peluang untuk menggali informasi lebih dalam. Tapi, sayangnya, jawaban akan bervariasi antar responden. Itu akan sulit untuk disusun dan disajikan secara numerik.
Wawancara
Wawancara mirip dengan survei, di mana peneliti berinteraksi langsung dengan responden. Itu mungkin melalui melalui telepon atau bertatap muka. Proses wawancara dapat dilakukan di mana saja, apakah itu di jalan atau di rumah, tergantung pada sampel yang dipilih.
Tetapi, alih-alih mengandalkan beberapa pertanyaan tertutup, wawancara sebagian besar mengandalkan pertanyaan terbuka dan menggali lebih dalam jawaban dari responden. Tidak seperti survei, pewawancara tidak memiliki panduan sehingga mungkin menghasilkan lebih banyak bias dalam memberikan pertanyaan. Untuk menghindari bias, mereka mungkin membawa catatan berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan.
Kelompok fokus
Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan beberapa orang untuk mendiskusikan suatu masalah. Mereka mungkin adalah konsumen terpilih atau para ahli.
Topik diskusi bervariasi tergantung pada jenis penelitian. Itu mungkin tentang suatu produk, layanan, iklan, atau gaya kemasan baru. Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan tersebut kepada anggota kelompok dan mendorong mereka untuk secara aktif mendiskusikan tanggapan mereka.
Semua anggota grup bebas untuk memberikan sudut pandang mereka. Di sini, peneliti biasanya bertindak sebagai pemimpin diskusi dan merekam atau mencatat poin-poin penting diskusi.
Keuntungan utama kelompok fokus adalah informasi lebih realistis dan akurat. Karena melibatkan responden dengan karakteristik yang mirip, jawaban atau pendapat mereka mungkin kurang bias daripada tanggapan terhadap wawancara atau kuesioner individu. Anggota kelompok bebas mengutarakan pendapatnya alih-alih hanya sekedar menjawab pertanyaan sebagaimana dalam survei dan wawancara.
Tapi, metode ini juga mengandung kelemahan. Anggota mungkin pasif dalam berdiskusi sehingga peneliti mengambil peran yang dominan sehingga mempengaruhi diskusi terlalu banyak. Itu pada akhirnya akan mengarah pada kesimpulan yang bias.
Observasi
Observasi tidak melibatkan interaksi langsung dengan responden. Melainkan, peneliti menonton dan mengamati responden dan membuat catatan tentang mereka. Misalnya, untuk riset perilaku pelanggan di toko ritel, peneliti mungkin akan mencatat gender, produk apa yang pertama kali mereka tuju saat memasuki toko, apa yang mereka masukkan kedalam keranjang belanja dan apa yang mereka bayar di kasir dan berapa jumlahnya.
Penelitian ini relatif murah karena peneliti tidak mendatangi responden satu per satu. Melainkan, mereka menentukan beberapa lokasi pengamatan untuk mengambil informasi.
Tapi, kelemahan utama dari penelitian observasi adalah jumlah informasi relatif terbatas. Selain itu, bias juga seringkali terjadi. Misalnya, dalam observasi di toko ritel, pengunjung mungkin menunjukkan sikap tidak alami ketika mereka tahu sedang dalam pengamatan. Mereka mencoba menunjukkan diri ideal alih-alih berperilaku seperti biasanya.
Keuntungan penelitian primer
Beberapa keuntungan penelitian primer adalah:
Lebih terkini. Data diambil pada waktu itu dibutuhkan oleh peneliti. Itu berbeda dengan data sekunder, di mana ada lebih banyak jeda waktu antara pengambilan data dengan publikasinya. Selain itu, peneliti juga dapat memperbarui data secara reguler, sesuai dengan kebutuhan.
Lebih relevan. Peneliti mengambil data sesuai dengan tujuan dan pertanyaan yang ingin mereka jawab. Misalnya, jika mereka meneliti kebiasaan belanja konsumen usia 20-30 tahun, mereka dapat menentukan sampel yang sesuai.
Sebaliknya, data sekunder yang tersedia mungkin hanya untuk konsumen usia 20-25 tahun. Jadi, mengambil data sekunder tersebut untuk penelitian menjadi kurang relevan.
Rahasia. Hanya peneliti yang memiliki akses terhadap data. Orang lain tidak dapat menggunakannya tanpa seizin mereka.
Selain itu, peneliti dapat menjual data ke pihak lain untuk mendapatkan uang. Itu adalah salah satu model bisnis dari beberapa perusahan riset. Mereka mengumpulkan beberapa data primer dan menjualnya ke beberapa klien. Mereka mengeluarkan biaya satu kali tapi dapat menjual data yang sama ke beberapa pihak.
Lebih terukur. Memang, penelitian primer juga mengandung bias. Namun, beberapa diantaranya berada dalam kendali peneliti. Misalnya, dalam memilih sampel, mereka memiliki kendali atas responden yang terpilih dan data yang terkumpul sehingga lebih representatif. Itu sulit didapatkan dari data sekunder.
Kerugian penelitian primer
Kelemahan penelitian primer adalah:
Mahal. Peneliti harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkan data. Nominalnya tergantung pada penyiapan atau metode penelitian utama yang digunakan. Jumlah dan jangkauan geografis responden juga mempengaruhi biaya. Dalam sebuah survei, misalnya, biaya mungkin lebih besar dan mencakup upah pensurvei, biaya entri data dan biaya cetak kuesioner.
Memakan waktu. Survei dan wawancara, misalnya, mungkin membutuhkan beberapa hari, tergantung pada jumlah responden. Setelah data diperoleh, peneliti harus mengentri data, membersihkannya dan menaruhnya dalam sebuah database. Mereka mungkin juga harus mengklasifikasikan jawaban untuk beberapa pertanyaan terbuka. Sebaliknya, data sekunder lebih cepat untuk didapatkan, diproses dan dianalisis.
Variasi lebih rendah. Data primer hanya berisi topik yang diteliti. Sebaliknya, data sekunder lebih bervariasi karena berasal dari berbagai sumber.
Sampel tidak valid. Kesalahan pengambil sampel membuat pekerjaan sia-sia. Meskipun tidak ada masalah dengan kuesioner atau jawaban responden, sampel yang tidak representatif menghasilkan kesimpulan yang bias. Sehingga, memilih sampel yang tepat adalah tahap awal dan utama dari penelitian.