Contents
Apa itu: Teori X dan Teori Y McGregor (McGregor’s Theory X and Theory Y) menjelaskan dua kelompok karyawan. Yang satu termotivasi oleh dorongan eksternal dan memerlukan pengawasan karena mereka cenderung tidak mau mengambil inisiatif. Yang lain membutuhkan otonomi dalam pekerjaaan untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan diri. Kedua kelompok membutuhkan gaya manajemen yang berbeda untuk efektif di tempat kerja.
Apa saja kategori dalam teori x dan y McGregor?
Douglas McGregor mengembangkan dua teori untuk menggambarkan dua karakter yang saling berkebalikan. Masing-masing membutuhkan pendekatan manajemen yang berbeda untuk efektif di tempat kerja. Dia memberi label Teori X dan Teori Y.
Teori X
Teori X berkaitan dengan karyawan dengan karakter malas dan harus diawasi. Mereka memiliki sedikit ambisi dalam bekerja dan cenderung menghindari tanggung jawab. Alasan utama mereka bekerja adalah untuk memastikan mereka memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka adalah tipikal pekerja biasa.
Individu-individu ini lebih termotivasi oleh dorongan ekstrinsik daripada dorongan intrinsik. Sehingga, pendekatan yang lebih kaku, seperti melalui pengawasan, penghargaan dan hukuman lebih efektif untuk mengarahkan mereka mengerjakan tugas dan mencapai apa yang perusahaan inginkan. Berikut adalah karakteristik-karakteristik mereka:
- Lebih termotivasi oleh dorongan ekstrinsik ketika bekerja seperti melalui penghargaan dan hukuman
- Kurang termotivasi untuk berprestasi sehingga tidak menunjukkan inisiatif
- Bekerja hanya semata-mata untuk mempertahankan penghasilan
- Melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi dan prosedur, sehingga mengharuskan itu terdefinisi dengan jelas
- Memerlukan arahan yang terus menerus karena sulit untuk mandiri dalam mengerjakan pekerjaan
- Bekerja efektif jika diawasi ketat di setiap langkah jika tidak mereka kemungkinan menyimpang
- Lebih suka didikte untuk melakukan pekerjaan daripada harus mengambil inisiatif
Teori Y
Teori Y berkaitan dengan karyawan yang lebih termotivasi secara intrinsik. Mereka ambisius dan menikmati pekerjaan mereka. Dorongan intrinsik yang kuat membuat mereka bekerja keras dan kreatif. Mereka berusaha memperbaiki diri, meski mungkin tanpa imbalan langsung yang memadai.
Individu-individu ini bangga dengan pekerjaan mereka. Sehingga, mereka senang mendapatkan tantangan-tantangan baru karena dengannya mereka bisa tumbuh dan mengembangkan diri. Mereka bergairah untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan baru yang mana penting untuk kemajuan karir mereka. Berikut adalah karakteristik mereka:
- Termotivasi secara intrinsik dan memiliki ambisi dalam peran mereka saat ini
- Termotivasi untuk berprestasi dan mencapai kemajuan karir
- Menunjukkan kecintaan terhadap pekerjaan dan senang mengambil inisiatif
- Menginginkan otonomi dalam pekerjaan untuk mengaktualisasikan diri
- Termotivasi oleh tantangan karena berusaha untuk mengembangkan diri
- Senang ketika terlibat dalam pengambilan keputusan, terutama yang terkait dengan pekerjaan mereka
- Mandiri dalam pekerjaan sehingga membutuhkan sedikit arahan dan pengawasan
- Rasa ingin tahu yang tinggi dan senang untuk memecahkan masalah secara kreatif dan imajinatif
Memotivasi individu-individu ini memerlukan lebih banyak otonomi. Mereka suka jika memiliki kontrol dan fleksibilitas dalam pekerjaan mereka. Itu bisa membuat mereka lebih nyaman untuk mengaktualisasikan kemampuan dan keterampilan di dalam pekerjaan. Selain itu, mereka senang jika memiliki tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan.
Apa implikasi Teori X dan Teori Y McGregor?
Dua karakter yang saling berkebalikan di atas membutuhkan gaya manajemen yang berbeda untuk efektif di tempat kerja. Misalnya, gaya manajemen yang cocok untuk individu dalam Teori X adalah lebih ke otoriter. Sedangkan, individu dalam Teori y membutuhkan gaya manajemen demokratis partisipatif.
Tapi, menugaskan manajer yang tepat untuk karyawan yang tepat adalah tugas sulit. Dan, beberapa mungkin terjebak satu dari keduanya. Misalnya, manajer yang otoriter justru menemui karyawan dengan karakter pada Teori Y. Atau sebaliknya, manajer yang demokratis harus mengelola karyawan dengan karakter dalam teori X.
Implikasi Teori X
Gaya manajemen. Individu-individu dalam Teori X membutuhkan manajer yang lebih otoriter untuk efektif. Manajer memiliki kendali penuh atas pekerjaan karyawan, mengawasi mereka secara ketat dan secara aktif melakukan intervensi untuk menyelesaikan sesuatu.
Beberapa perusahaan besar dengan tugas dan pekerjaan yang telah terdistribusi secara spesifik lazim menggunakan gaya manajemen ini. Karyawan melakukan pekerjaan yang berulang dan termotivasi oleh dorongan eksternal.
Faktor pemotivasi. Penghargaan dan hukuman menjadi alat untuk memotivasi karyawan. Manajer memberi penghargaan pada mereka yang berkinerja baik dan mengancam mereka yang berkinerja buruk dengan hukuman. Melalui itu, manajer dapat mendorong karyawan untuk mencapai target.
Manajer juga memerlukan aturan, instruksi dan arahan yang jelas untuk menyuruh karyawan bekerja. Tanpa itu, karyawan tidak akan menunjukkan inisiatif untuk bekerja. Selain itu, manajer juga membutuhkan penegakan dan pengawasan yang ketat.
Efek negatif. Dalam beberapa kasus, individu dalam Teori X membutuhkan pendekatan yang lebih keras. Manajer mengawasi ketat, mengintimidasi, dan memberi hukuman langsung untuk mendorong karyawan efektif bekerja.
Tapi, jika manajer terlalu keras, karyawan bisa kehilangan motivasi. Mereka menjadi tidak kooperatif karena menganggap manajer terlalu otoriter, menimbulkan kebencian dan permusuhan. Akhirnya, itu mengakibatkan turnover yang tinggi.
Dalam kasus lain, manajer menggunakan pendekatan yang lebih lunak dengan pengawasan dan aturan yang lebih longgar. Itu memang bisa menciptakan semangat kerja. Tapi, disisi lain, itu juga memberi kesempatan karyawan untuk bermalas-malasan, menyebabkan output mereka rendah.
Implikasi Teori Y
Gaya manajemen. Individu dalam Teori Y membutuhkan gaya manajemen yang lebih partisipatif. Manajer mengakomodasi kebutuhan karyawan untuk mengaktualisasikan diri dalam pekerjaan. Olah kerna itu, mereka memberikan lebih sedikit pengawasan. Mereka percaya karyawan membutuhkan otonomi dan fleksibilitas untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Pendekatan manajemen ini biasanya cocok untuk perusahaan dengan struktur organisasi datar. Struktur ini memungkinkan karyawan di level yang rendah terlibat dalam pengambilan keputusan. Selain itu, organisasi ini membutuhkan karyawan untuk mengambil lebih banyak inisiatif alih-alih menunggu perintah.
Faktor pemotivasi. Individu dalam Teori X termotivasi secara internal. Sehingga, mereka mungkin lebih sedikit membutuhkan dorongan eksternal seperti melalui penghargaan dan hukuman. Dan, itu mungkin hanya sebagai pelengkap.
Sebagai alternatifnya, manajer dapat mengambil pendekatan yang lebih lepas tangan. Mereka memberi lebih banyak otonomi dan fleksibilitas ke karyawan sehingga bisa lebih mandiri dalam pekerjaan.
Efek negatif. Ketika terlalu memberikan kebebasan kepada karyawan, karyawan mungkin tidak sesuai dengan jalur yang diinginkan manajemen. Mereka menyimpang dari tujuan utama sehingga sulit untuk mencapai target yang ditetapkan.
Selain itu, karyawan dalam Teori Y mungkin lebih individualistis. Mereka fokus pada diri mereka sendiri dan mengambil inisiatif untuk kepentingan pribadi. Sebagai hasilnya, itu berdampak pada ketidakharmonisan dan hubungan interpersonal yang buruk di lingkungan kerja.
Bacaan selanjutnya
- Motivasi: Mengapa penting? Teori dan Jenisnya
- Mengapa Karyawan Yang Termotivasi Dengan Baik Penting Bagi Bisnis?
- Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik: Contoh dan Perbedaannya
- Teori Motivasi Taylor: Cara Kerja, Prinsip dan Kritik
- Hierarki Kebutuhan Maslow: Pentingnya, Urutan Kebutuhan dan Kritik
- Teori Kebutuhan McClelland: Jenis dan Cara Memuaskan
- Teori Motivasi Herzberg: Contoh dan Penjelasan
- Teori X dan Teori Y McGregor: Kategori, Karakteristik dan Implikasi
- Teori Ekuitas Adam: Cara Kerja dan Penjelasan Ringkas
- Teori Motivasi Pink: Elemen dan Penjelasan Singkat