• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Cerdasco.

Pengetahuan Lebih Baik. Wawasan Anda Lebih Tajam

  • Bisnis
    • Bisnis dan strategi
    • Pemasaran
    • Sumber daya manusia
    • Operasi
  • Keuangan
    • Analisa Keuangan
    • Investasi
  • Ekonomi
    • Pengantar Ilmu Ekonomi
    • Mikroekonomi
    • Makroekonomi
  • Belajar Online
    • Coursera
    • Udacity
    • Udemy
    • Skillshare
    • Magoosh
You are here: Home / Pengantar Ilmu Ekonomi / Average Propensity to Consume

Average Propensity to Consume

Diupdate pada July 14, 2019 oleh Ahmad Nasrudin

Average Propensity to Consume

Average propensity to consume (APC) atau kecenderungan mengkonsumsi rata-rata merujuk pada rata-rata pendapatan yang konsumen habiskan untuk membeli barang dan jasa daripada ditabung. Kita dapat menghitungnya dengan membagi total konsumsi terhadap pendapatan disposabel. Kebalikan dari APC adalah kecenderungan menabung rata-rata (average propensity to save atau APS).

Deskripsi tentang “Average Propensity to Consume”

Belanja konsumen sangat penting untuk menggerakkan perekonomian. Ketika konsumen percaya diri untuk berbelanja, hal itu akan meningkatkan permintaan agregat dan menstimulasi perekonomian untuk tumbuh. Pertumbuhan ekonomi yang positif menciptakan lebih banyak aktivitas bisnis dan lapangan kerja.

Sebaliknya, jika konsumen lebih ingin menabung daripada membelanjakan uang untuk barang dan jasa, permintaan agregat rendah sehingga akan lebih sedikit lapangan pekerjaan tersedia seiring peningkatan penutupan bisnis.

Formula

Seberapa besar uang dari konsumen yang dibelanjakan untuk barang dan jasa? Inilah yang kita namakan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata, rumusnya adalah sebagai berikut:

APC= Total konsumsi/Pendapatan disposabel

Semakin besar APC, semakin besar pendapatan yang dibelanjakan. Sebaliknya, semakin kecil APC, semakin kecil konsumen menggunakan uang yang mereka peroleh untuk membeli barang dan jasa.

Nilai APC antar rumah tangga tidak seragam. Mereka yang berpenghasilan rendah cenderung memiliki nilai APC yang lebih tinggi daripada yang berpenghasilan tinggi. Dengan kata lain, porsi pendapatan yang dibelanjakan oleh rumah tangga berpenghasilan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berpendapatan tinggi. Hal ini terjadi karena banyak kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi oleh rumah tangga yang berpenghasilan rendah.

Sebaliknya, bagi yang berpenghasilan tinggi, karena telah memenuhi semua kebutuhan dasar, mereka cenderung untuk menabung lebih banyak. Tabungan tersebut dapat digunakan untuk konsumsi masa depan.

Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata Vs. kecenderungan menabung rata-rata

Dalam ekonomi, rumah tangga diasumsikan memiliki dua pilihan terkait dengan [[pendapatan disposabel]]: dibelanjakan atau ditabung. Oleh karena itu, APC ditambah dengan APS sama dengan 1.

Dengan demikian, persamaan APC diatas dapat kita tulis sebagai formula dari APS, yakni:

APC = 1 – APS

Dari rumus diatas, semakin tinggi APS, maka nilai APC semakin rendah. Semakin tinggi uang yang rumah tangga tabung, semakin sedikit uang yang tersedia untuk belanja.

Sebagai contoh, sebuah rumah tangga memiliki pendapatan disposabel Rp100.000.000. Total uang yang dibelanjakan adalah sebesar Rp60.000.000 dan sisanya ditabung. Hasilnya, nilai APC adalah 0,60, atau Rp60 juta/Rp100 juta. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga tersebut menghabiskan 60 persen dari pendapatan disposabel untuk konsumsi. Sebaliknya, nilai APS adalah 0,40, atau (1-0,60).

Rumus APC di atas dapat kita aplikasikan untuk perekonomian secara agregat. Untuk melakukannya, kita dapat menggunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai penyebut dan komponen konsumsi rumah tangga sebagai pembilang.

Perbedaan dengan kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume atau MPC)

Jika APS menghitung rata-rata, maka MPC menghitung porsi dari pendapatan tambahan yang konsumen habiskan untuk belanja barang dan jasa. MPC adalah sebuah konsep kunci dan mengukur perubahan dalam APS.

MPC = Perubahan total konsumsi/Perubahan pendapatan disposabel

Dalam contoh sebelumnya, jika pendapatan disposabel meningkat menjadi Rp300.000.000 dan konsumsi barang dan jasa naik menjadi Rp120.000.000. Kita menghitung nilai MPC sebagai berikut:

MPC = (Rp120 juta – Rp60 juta)/(Rp300 juta – Rp100 juta) = Rp60 juta/Rp200 juta = 0,3

Nilai MPC tersebut mengindikasikan bahwa dari peningkatan pendapatan sebesar Rp200 juta, rumah tangga tersebut menghabiskan sekitar 30%-nya untuk belanja barang dan jasa.

If you click on this link, thank you for contributing to us. We may earn a commission when you buy through our links. Learn more ›

Most Comprehensive Reading Books For You To Become A Financial Analyst
  • CFA Program Curriculum Level I by CFA Institute
  • CFA Program Curriculum Level II by CFA Institute
  • CFA Program Curriculum Level III by CFA Institute
  • Wiley's Level I CFA Program Study Guide by Wiley (Short and concise, I highly recommend you start with this.)
  • Wiley's Level II CFA Program Study Guide by Wiley
  • Wiley's Level III CFA Program Study Guide by Wiley
If you want to focus more on valuation, I recommend these books:
  • Valuation: Measuring and Managing the Value of Companies by McKinsey & Company Inc., Tim Koller, Marc Goedhart, David Wessels
  • Investment Banking: Valuation, LBOs, M&A, and IPOs by by Joshua Rosenbaum, Joshua Pearl
Recommended Book for IB Diploma
  • Business Management by by Paul Hoang
  • Economics for the IB Diploma by Ellie Tragakes

Kategori: Pengantar Ilmu Ekonomi

AFFILIATE

If you click on this link, thank you for contributing to us. We may earn a commission when you buy through our links. Learn more ›

5 ARTIKEL TERBARU

Mazhab Ekonomi Austria Pandangan, Kritik, dan Literatur

Mazhab Ekonomi Austria: Pandangan, Kritik, dan Literatur

Apa itu: Mazhab ekonomi Austria (Austrian school of economics) adalah mazhab ekonomi yang

Licensing: Contoh, Perbedaan Dengan Franchising, Keuntungan dan Kerugian

Licensing: Contoh, Perbedaan Dengan Franchising, Keuntungan dan Kerugian

Apa itu: Pemberian lisensi (licensing) adalah pengaturan di mana pemberi lisensi memberikan hak

Opsi Definisi, Karakteristik, Jenis, Cara Kerja, dan Contoh

Opsi: Definisi, Karakteristik, Jenis, Cara Kerja, dan Contoh

Apa itu: Opsi (option) adalah hak untuk membeli atau menjual sejumlah komoditas, mata uang, atau

Kontrak di Pasar Keuangan: Forward, Future, Swap dan Opsi

Kontrak di Pasar Keuangan: Forward, Future, Swap dan Opsi

Apa itu: Kontrak adalah perjanjian yang dapat ditegakkan secara hukum antara dua pihak atau lebih.

Surat Berharga. Contohnya Ekuitas, Surat Utang, Pooled investment, Derivatif

Surat Berharga di Pasar Keuangan: Ekuitas, Surat Utang, Pooled investment, Derivatif

Apa itu: Efek atau surat berharga (securities) adalah sertifikat atau aset keuangan yang dapat

Primary Sidebar

TOP-3 ARTIKEL

  • Kepemimpinan Transaksional: Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
  • Apa saja 4 klasifikasi produk konsumen?
  • Pasar Ceruk: Contoh, Strategi, Keunggulan dan Kerugian

Footer

TOP-5 ARTIKEL

  • Kepemimpinan Transaksional: Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
  • Apa saja 4 klasifikasi produk konsumen?
  • Pasar Ceruk: Contoh, Strategi, Keunggulan dan Kerugian
  • Teori Kebutuhan McClelland: Jenis dan Cara Memuaskan
  • Penawaran Agregat: Jenis, Kurva dan Faktor Penentu

TELUSURI LAGI

KATEGORI

Akuntansi dan Keuangan Analisa Keuangan Bisnis dan strategi Investasi Makroekonomi Mikroekonomi Operasi Pemasaran Sumber daya manusia

TOPIK

Anggaran Pemerintah Ekonomi Internasional Ekuilibrium Pasar Makroekonomi Manajemen Bisnis Motivasi PDB Pemasaran Perdagangan Internasional Permintaan Agregat Pertumbuhan Ekonomi Rasio Keuangan Struktur Organisasi

Copyright © 2023 · Tentang Kami  · Kebijakan Privasi dan Disclaimer  ·  Disclaimer Afiliasi  ·  Ketentuan Penggunaan  ·  Kebijakan Komentar  ·  Kontak Kami