• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Cerdasco

Pengetahuan Lebih Baik. Wawasan Anda Lebih Tajam

  • Bisnis
  • Ekonomi
  • Keuangan
Home › Bisnis › Pemasaran

Filosofi Pemasaran: Definisi, Pentingnya, dan Jenis

April 14, 2022 · Ahmad Nasrudin

Filosofi Pemasaran Definisi, Pentingnya, dan Jenis

Contents

  • Pentingnya filosofi pemasaran
  • Jenis filosofi pemasaran

Apa itu: Filosofi pemasaran (marketing philosophy) adalah ide fundamental yang memandu upaya perusahaan untuk memuaskan pelanggan dan mencapai tujuan organisasi. Ini dipertimbangkan pertama kali ketika perusahaan memutuskan bagaimana membangun strategi pemasaran mereka. Masing-masing filosofi ini mempertimbangkan kepentingan organisasi, pelanggan, dan masyarakat pada bobot relatif yang berbeda.

Pentingnya filosofi pemasaran

Pemasaran adalah tentang proses menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengirimkan produk kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan mereka secara menguntungkan. Filosofi pemasaran menggarisbawahi bagaimana perusahaan mencapai ini.

Ini adalah tentang cara berbisnis. Ini bukan hanya domain departemen pemasaran. Penerapannya mempengaruhi proses dan aktivitas di seluruh organisasi, membutuhkan sinergi antara departemen pemasaran dan departemen lain seperti operasi, keuangan, dan sumber daya manusia.

Jenis filosofi pemasaran

Filosofi atau konsep pemasaran berkembang dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan bobot relatif antara kepentingan organisasi, pelanggan, dan masyarakat. Berikut lima evolusinya:

  1. Konsep produksi (production concept)
  2. Konsep produk (product concept)
  3. Konsep penjualan (selling concept)
  4. Konsep pemasaran (marketing concept)
  5. Konsep pemasaran sosial (societal marketing concept)

Masing-masing filosofi ini dominan pada masanya. Namun, bukan berarti sebuah filosofi mati dengan berakhirnya era dominasi. Mereka masih digunakan sampai sekarang.

Konsep produksi

Konsep ini adalah yang tertua, dengan menitikberatkan pada produk yang murah dan banyak tersedia. Ini mengasumsikan konsumen tertarik pada ketersediaan produk dan harga rendah. Itu mengesampingkan unsur fitur dan kualitas produk.

Beberapa perusahaan mungkin masih mengadopsi filosofi ini, terutama di negara berkembang. Mereka melihat bahwa konsumen lebih tertarik pada produk yang lebih terjangkau dan lebih murah daripada fiturnya. Mereka berkonsentrasi pada pencapaian biaya rendah dan efisiensi produksi untuk menurunkan harga jual. Untuk menjual produk, mereka mengandalkan distribusi massal.

Namun, konsep ini mengabaikan bahwa tidak semua konsumen di pasar sadar harga. Beberapa dari mereka sadar akan kualitas. Mereka mengkompromikan harga dengan fitur produk.

Konsep produk

Konsep ini berorientasi pada kualitas, performa, atau fitur, dengan asumsi konsumen akan lebih menyukai produk yang paling inovatif. Perusahaan yang berfokus pada konsep ini berusaha keras untuk membuat produk unggulan dan memperbaikinya dari waktu ke waktu.

Dan, konsumen datang dengan sendirinya. Maksud saya, mereka akan membeli jika mereka mengagumi produknya, dengan sedikit usaha pemasaran atau penjualan.

Perusahaan mengembangkan produk dan menghasilkan fitur yang lebih canggih dari waktu ke waktu. Dengannya, konsumen mendapatkan produk unggulan, meyakinkan mereka untuk terus membeli produk perusahaan.

Namun, perusahaan terkadang jatuh ke dalam perangkap. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam membuat produk. Mereka terlalu fokus pada produknya, kurang memperhatikan apa yang dibutuhkan pasar.

Alhasil, produk memang inovatif tapi sepi peminat. Itu dapat menyebabkan penjualan yang buruk.

Konsep penjualan

Konsep penjualan memandang perusahaan harus melakukan upaya penjualan dan promosi yang agresif. Perusahaan bertujuan untuk menjual apa yang mereka buat daripada membuat apa yang diinginkan pasar.

Tanpa adanya rangsangan dari perusahaan, konsumen tidak akan cukup tertarik untuk membeli produk perusahaan. Mereka tidak akan membeli jika produk tersebut tidak diiklankan kepada mereka.

Ini juga mengasumsikan perusahaan memiliki semua alat penjualan dan promosi yang efektif untuk merangsang lebih banyak pembelian. Perusahaan berasumsi bahwa mereka dapat menjual produk apapun jika mereka memiliki tenaga penjualan yang terlatih dan termotivasi.

Perusahaan biasanya menerapkan konsep ini ketika memiliki kelebihan kapasitas. Daripada menumpuk di gudang – sehingga meningkatkan biaya -, mereka mempromosikan produk secara agresif.

Menjual produk melalui teknik promosi agresif tidak selalu berhasil. Lebih mudah menjual produk yang diinginkan pelanggan daripada menjual produk yang tidak diinginkan pelanggan. Perubahan paradigma inilah yang kemudian menggeser era konsep penjualan ke era konsep pemasaran.

Konsep pemasaran

Konsep ini mengedepankan penciptaan, penyampaian, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan melalui produk yang ditawarkan. Itu bersandar pada menemukan pasar sasaran yang tepat, mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, membangun pemasaran terintegrasi, dan mencapai profitabilitas. Ini meletakkan dasar bagi banyak perusahaan saat ini untuk mengejar keunggulan kompetitif.

Berbeda dengan konsep penjualan, konsep ini menitikberatkan pada kebutuhan konsumen di pasar sasaran. Melalui produknya, perusahaan menawarkan solusi untuk memuaskan mereka. Sedangkan konsep penjualan berfokus pada kebutuhan perusahaan yang berniat mengonversi produknya menjadi uang tunai.

Konsep pemasaran sosial

Konsep ini merupakan kompromi antara kesejahteraan pelanggan, masa kini, dan masa depan. Ini terdiri dari tiga tujuan: keuntungan, planet, dan manusia.

Perusahaan menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran. Mereka memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih efektif dan efisien daripada pesaing. Namun, mereka melakukannya dengan orientasi tidak hanya menuju jangka pendek tetapi juga kesejahteraan jangka panjang.

Pemasaran tradisional dianggap tidak sesuai di tengah degradasi lingkungan, kekurangan sumber daya, masalah kesehatan, dan layanan sosial yang terabaikan. Ini berfokus pada kebutuhan jangka pendek untuk menghasilkan keuntungan dan mengabaikan kepentingan jangka panjang konsumen.

No related posts.

TRENDING

  • Values, Attitudes and Lifestyles (VALS): Kategori dan Mengapa Penting
  • Teori Motivasi Herzberg: Contoh dan Penjelasan
  • Kurva Kemungkinan Produksi: Penjelasan, Asumsi, Faktor Yang Menggeser
  • Teori Kebutuhan McClelland: Jenis dan Cara Memuaskan
  • Days of Inventory on Hand: Formula dan Cara Menghitung
  • Nilai Tukar Riil: Cara Menghitung, Dampak, Faktor Penentu
  • Penawaran Agregat: Jenis, Kurva dan Faktor Penentu

TERBARU

  • Memahami Nilai Pelanggan Seumur Hidup: Pentingnya dan Faktor yang Mempengaruhinya
  • Strategi untuk Meningkatkan Nilai Pelanggan Seumur Hidup
  • Proposisi Nilai Pelanggan: Mengapa Itu Penting + Sebuah Contoh
  • Menyusun dan Memastikan Proposisi Nilai Pelanggan yang Efektif
  • Menciptakan Nilai bagi Karyawan: Kunci Membangun Tenaga Kerja yang Produktif [Dengan Contoh]
  • Bagaimana Bisnis Menciptakan Nilai bagi Pelanggan [Dengan Contoh]
  • Penciptaan Nilai bagi Pemegang Saham dan Investor [Dengan Contoh]

CARI LEBIH BANYAK

KATEGORI

Analisa keuangan Bisnis Ekonomi Investasi Keuangan Makroekonomi Mikroekonomi Operasi Pemasaran Sumber daya manusia

Primary Sidebar

TRENDING

  • Values, Attitudes and Lifestyles (VALS): Kategori dan Mengapa Penting
  • Teori Motivasi Herzberg: Contoh dan Penjelasan
  • Kurva Kemungkinan Produksi: Penjelasan, Asumsi, Faktor Yang Menggeser

TERBARU

  • Memahami Nilai Pelanggan Seumur Hidup: Pentingnya dan Faktor yang Mempengaruhinya
  • Strategi untuk Meningkatkan Nilai Pelanggan Seumur Hidup
  • Proposisi Nilai Pelanggan: Mengapa Itu Penting + Sebuah Contoh

Copyright © 2025 · Tentang Kami  · Kebijakan Privasi dan Disclaimer  ·  Disclaimer Afiliasi  ·  Ketentuan Penggunaan  ·  Kebijakan Komentar  ·  Kontak Kami