Contents
Apa itu: Obligasi (bonds) adalah efek utang dengan janji untuk membayar kembali pokok pada saat jatuh tempo dan membayar kupon secara rutin. Mereka biasanya jatuh tempo lebih dari 10 tahun. Dan kita bedakan mereka dengan notes, yang mana jatuh tempo 10 tahun atau kurang. Selanjutnya, ada bills, yakni jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Kemudian, definisi di atas bisa lebih luas. Misalnya, beberapa bond mungkin tidak membayar kupon – disebut dengan zero-coupon bond – atau tidak memiliki jatuh tempo – disebut dengan obligasi perpetual.
Obligasi mungkin diterbitkan oleh perusahaan – disebut dengan obligasi korporasi. Mereka menerbitkan obligasi – sebagai alternatif penerbitan saham – untuk menggalang dana untuk membiayai investasi.
Kemudian, obligasi mungkin juga datang dari pemerintah, baik pemerintah nasional – disebut dengan sovereign bond – maupun pemerintah daerah – obligasi daerah. Selain itu, lembaga supranasional seperti World Bank juga menerbitkan obligasi.
Bagi investor, berinvestasi di obligasi menawarkan ke mereka pendapatan rutin, yakni kupon. Selain itu, ketika jatuh tempo, mereka menerima pokok yang mereka investasikan. Dan, selama belum jatuh tempo, mereka juga potensial mendapatkan capital gain ketika harga obligasi naik.
Apa perbedaan antara obligasi dengan pinjaman bank?
Obligasi dan pinjaman bank adalah utang. Obligasi mirip dengan pinjaman bank tetapi bekerja sedikit berbeda. Ambil pinjaman korporasi sebagai contoh. Dalam kasus ini, bank meminjami perusahaan sejumlah uang. Pinjaman biasanya datang dari satu bank. Tapi, terkadang, beberapa bank mungkin membentuk konsorsium untuk meminjami. Perusahaan kemudian membayar angsuran secara rutin, yang mana mencakup pokok dan bunga.
Sementara itu, ketika perusahaan berutang melalui obligasi, mereka meminjam ke investor. Bank adalah di antara investor potensial. Selain bank, investor lainnya termasuk dana pensiun, asuransi, dan bahkan individu. Singkat cerita, ketika menerbitkan obligasi, perusahaan meminjam dari banyak pihak.
Saat membeli obligasi, uang mengalir dari investor ke perusahaan. Sebagai kompensasi, perusahaan membayar kupon secara rutin kepada pemegang obligasi. Dan ketika jatuh tempo, mereka membayar pokok. Sehingga, berbeda dari angsuran bank, cicilan rutin untuk membayar obligasi hanya melibatkan bunga.
Apa perbedaan antara obligasi dengan saham?
Obligasi adalah alternatif bagi saham untuk menggalang dana oleh perusahaan. Sementara yang pertama menghasilkan kewajiban untuk membayar kupon dan pokok, yang terakhir tidak. Saham mewakili kepemilikan di perusahaan. Sehingga, misalnya, jika kita membelinya, kita menjadi pemegang saham di perusahaan penerbit.
Menerbitkan saham dan obligasi meningkatkan modal perusahaan. Namun, tidak seperti obligasi, saham tidak berkontribusi terhadap peningkatan leverage. Melainkan, itu meningkatkan ekuitas perusahaan.
Sebaliknya, menerbitkan obligasi meningkatkan leverage keuangan karena perusahaan memiliki kewajiban rutin yang lebih tinggi. Mereka harus membayar kupon dan pokok. Kegagalan untuk memenuhi kewajiban bisa mengarahkan perusahaan ke gagal bayar.
Sementara itu, menerbitkan saham tidak berkonsekuensi pembayaran rutin. Perusahaan tidak harus membayar rutin bunga, pokok atau sejenisnya. Meskipun demikian, saham seringkali membawa hak suara, yang mana memungkinkan investor mempengaruhi keputusan perusahaan selama rapat pemegang saham. Dan hak suara tidak ada di obligasi.
Apakah obligasi itu investasi yang bagus?
Obligasi adalah alternatif yang baik untuk mendiversifikasi portofolio. Sebagian besar obligasi akan membayar bunga (disebut kupon) kepada kita secara berkala. Selain itu, kita juga akan menerima pokok ketika jatuh tempo.
Namun, beberapa obligasi tidak menawarkan kupon melainkan dijual dengan diskon. Mereka kita sebut dengan zero-coupon bonds. Mereka memungkinkan kita mendapatkan capital gain yang tinggi dari kenaikan harga. Karena tidak menawarkan kupon, mereka biasanya dijual di bawah par value untuk menarik investor, jauh lebih rendah dibandingkan dengan obligasi konvensional.
Seperti saham, harga obligasi berubah seiring waktu. Kenaikan harga memungkinkan kita untuk mendapatkan keuntungan saat menjualnya. Selisih harga jual dengan harga beli kita sebut sebagai capital gain. Namun, terkadang, harga obligasi juga bisa turun, misalnya karena kenaikan suku bunga, membuat kita menderita capital loss.
Faktor risiko
Harga obligasi sensitif terhadap suku bunga pasar dan berkorelasi secara terbalik. Harga akan naik (yield turun) ketika suku bunga turun. Sebaliknya, harga turun (yield naik) ketika suku bunga naik.
Kenaikan suku bunga biasanya terjadi ketika tekanan inflasi naik. Selama periode tersebut, bank sentral biasanya akan mengenalkan kebijakan moneter yang lebih ketat. Mereka menaikkan suku bunga sebagai kebijakan untuk memoderasi tingkat inflasi, mengarah ke tingkat suku bunga pasar yang lebih tinggi. Karena alasan ini, inflasi adalah risiko lain ketika kita membeli obligasi.
Risiko obligasi juga datang dari kelayakan kredit. Kita bisa menilai kelayakan kredit dari peringkat kredit yang disematkan oleh lembaga pemeringkat. Peringkat AAA memiliki kelayakan kredit tertinggi daripada peringkat AA atau di bawahnya. Oleh karena itu, kita mengharapkan obligasi berperingkat AAA memiliki peluang gagal bayar yang terendah.
Kemudian, jika kita agregatkan, obligasi berperingkat BBB- hingga AAA mewakili obligasi investment grade. Sedangkan, obligasi di bawah BBB- mewakili obligasi non investment grade atau obligasi sampah. Obligasi sampah menawarkan yield yang tinggi karena lebih berisiko – karena itu, mereka juga disebut dengan obligasi berimbal hasil tinggi.
Jatuh tempo juga mempengaruhi risiko kita ketika memegang obligasi. Obligasi dengan jatuh tempo lebih lama membawa lebih banyak ketidakpastian tentang pembayaran kupon dan pokok. Sehingga, mereka lebih berisiko – karena alasan ini, mereka menawarkan bunga yang lebih tinggi.
Berinvestasi di obligasi atau di saham
Obligasi dan saham menawarkan kita keuntungan saat harga meraka naik. Kita bisa menjualnya dan mendapatkan capital gain.
Selain capital gain, kita menerima kupon secara rutin ketika membeli obligasi. Dan kita potensial menerima dividen ketika membeli saham – meski tidak selalu. Namun, secara umum, obligasi dan saham memiliki risiko berbeda.
Obligasi dianggap lebih aman daripada saham. Mereka menawarkan ke kita penghasilan berkala dari pembayaran kupon. Sementara itu, perusahaan mungkin membayar dividen secara teratur dan mungkin tidak.
Saham tidak selalu membayar dividen
Pembayaran dividen tergantung pada kebijakan dan kinerja perusahaan. Tidak semua perusahaan membayar dividen secara teratur. Misalnya, beberapa perusahaan lebih suka menahan dividen untuk mendukung pertumbuhan bisnis di masa depan. Mereka menahan keuntungan sebagai laba ditahan untuk meningkatkan modal ekuitas.
Modal ekuitas yang lebih kuat memungkinkan perusahaan untuk membiayai ekspansi melalui modal internal. Jika berjalan sukses, perusahaan tersebut bisa menghasilkan lebih banyak keuntungan. Kita kemudian mengharapkan mereka akan mendistribusikan dividen. Singkat cerita, kita tidak menerima dividen hari ini untuk mendapatkannya di masa depan dengan nominal yang lebih besar.
Tapi, beberapa perusahaan lain tidak membayar dividen sama sekali karena kinerja keuangan yang buruk. Mereka membukukan kerugian bersih. Sehingga, alih-alih membayar dividen dan memiliki modal internal lebih kuat, kerugian mengekspos mereka terhadap penurunan modal ekuitas.
Karena alasan tersebut, ada ketidakpastian terhadap pembayaran dividen. Oleh karena itu, jika kita mengejar pendapatan rutin, memilih perusahaan dengan rekam jejak baik dalam membayarkan dividen adalah panduan bagus. Meskipun demikian, meski mereka membayar dividen di masa lalu, itu tidak menjamin mereka akan mendistribusikannya hari ini dan di masa depan.
Obligasi selalu membayar kupon
Obligasi memberi kita aliran pendapatan yang stabil dan rutin dari kupon. Sebagian besar obligasi melakukannya. Pengecualian adalah untuk zero-coupon bond, meskipun mereka jarang.
Kemudian, pembayaran kupon tidak tergantung pada kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan tetap harus membayar kupon meski membukukan kerugian karena obligasi mewakili kewajiban. Sehingga, ketika kita membelinya, kita menerima pendapatan bunga sambil menunggu obligasi mencapai jatuh tempo dan mendapatkan pokok kembali.
Pembayaran kupon pada akhirnya mengimbangi volatilitas dalam harga obligasi. Sama seperti saham, kita dapat membeli dan menjual obligasi di pasar sekunder. Setelah diterbitkan, itu akan diperdagangkan terus menerus hingga jatuh tempo – selama mereka likuid, dan nilainya akan berfluktuasi seperti saham.
Namun, jika kita memegang obligasi hingga jatuh tempo, fluktuasi tidak akan mempengaruhi pembayaran kupon. Nilai nominal juga tidak akan berubah. Fluktuasi harga hanya terjadi selama belum jatuh tempo dan itu akan selalu sama dengan nilai nominal ketika jatuh tempo. Hanya saja, jika kita tidak aktif memperdagangkan obligasi, kita tidak mendapatkan capital gain dari selisih harga jual dengan harga beli.
Apa saja keuntungan dan kerugian obligasi?
Obligasi mungkin tidak memberikan potensi pengembalian setinggi saham. Namun, mereka juga tidak membawa risiko yang tinggi seperti ketika berinvestasi di saham. Obligasi membayar bunga secara teratur, sehingga mereka dapat membantu kita menghasilkan pendapatan yang stabil dan dapat diprediksi. Saat berinvestasi ke instrumen tersebut, kemungkinan kecil kita kehilangan uang dibandingkan saham.
Selain uang tunai, obligasi pemerintah adalah investasi paling aman dan paling likuid. Obligasi jangka pendek juga dapat menjadi tempat yang baik untuk berinvestasi dalam dana darurat atau uang yang kita perlukan segera.
Namun, kita juga perlu memperhatikan risiko yang melekat pada obligasi sebagaimana dijelaskan pada paragraf di atas. Sehingga, misalnya, jika tingkat toleransi kita terhadap risiko adalah rendah, obligasi berperingkat AAA dengan jatuh tempo pendek bisa menjadi pilihan. Jika kita ingin mendapatkan pengembalian yang sedikit lebih tinggi, kita bisa membeli yang jatuh tempo lebih panjang dan berperingkat lebih rendah. Kemudian, jika kita memiliki toleransi yang tinggi terhadap risiko, membeli saham mungkin pilihan yang tepat daripada memegang obligasi.
Apa saja fitur obligasi?
Beberapa fitur membedakan antara obligasi yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, kita membedakan mereka berdasarkan kualitas kredit, diukur dari peringkat mereka. Kita membedakan obligasi menjadi obligasi investment grade dan non-investment grade. Investment grade berarti memiliki peringkat BBB- atau lebih tinggi.
Sebaliknya, jika obligasi memiliki peringkat di bawah BBB-, kita menyebut mereka sebagai obligasi non-investment grade atau obligasi sampah (junk bonds). Obligasi sampah juga dikenal sebagai obligasi berimbal hasil tinggi (high-yield bonds) karena risiko gagal bayar mereka yang tinggi membuat investor hanya bersedia membeli jika memiliki imbal hasil tinggi.
Kemudian, kita juga membedakan obligasi berdasarkan jatuh tempo mereka. Penerbit mungkin menerbitkan obligasi dengan tenor lebih dari 10 tahun atau lebih. Jika mereka jatuh tempo dalam 10 tahun atau kurang, kita menyebut mereka secara spesifik sebagai notes. Dan, jika kurang dari 1 tahun, kita menyebut mereka sebagai bills. Secara keseluruhan, obligasi dengan jatuh tempo untuk semua tenor kita sebut sebagai efek surat utang.
Kemudian, secara umum, semakin lama jatuh tempo, semakin berisiko obligasi. Karena alasan ini, obligasi dengan jatuh tempo yang lebih panjang akan menawarkan bunga yang lebih tinggi.
Selain kualitas kredit dan jatuh tempo, kita juga membedakan obligasi berdasarkan variabel seperti penerbit, nilai nominal, kupon, denominasi mata uang, provisi terbenam (embedded provision) dan senioritas.
- Penerbit: obligasi korporasi, obligasi sovereign, obligasi pemerintah daerah, dan supranational bonds.
- Nilai nominal: obligasi jumbo dan mini-bonds.
- Tingkat kupon: obligasi fixed-rate, obligasi floating-rate, dan zero-coupon bonds.
- Denominasi mata uang: eurobonds, samurai bonds, euroyen bonds, eurodollars bonds, dan local-currency bonds.
- Embedded provision: putable bonds, callable bonds, dan convertible bonds.
- Senioritas: secured bonds, unsecured bonds, dan subordinate bonds.
Bacaan selanjutnya untuk anda
- Obligasi: Jenis, Fitur, Risiko, Pro dan Kontra untuk Berinvestasi
- Fitur Obligasi Secara Lengkap. Apa Saja Yang Anda Perlu Ketahui.
- Penerbit Obligasi: Siapa Saja Mereka?