Contents
Apa itu: Proteksi perdagangan (trade protection) adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi arus ekspor dan impor barang dan jasa. Proteksi mengambil berbagai bentuk seperti tarif impor, subsidi, kuota, pelabelan, persyaratan keamanan dan kesehatan produk. Tujuannya adalah untuk melindungi kepentingan perekonomian domestik, misalnya melindungi produsen lokal dari persaingan impor.
Proteksionisme adalah adalah musuh perdagangan bebas. Pengkritik mengatakan kebijakan semacam itu hanya akan menghasilkan alokasi sumber daya yang tidak efisien pada tingkat global. Itu mungkin memberi manfaat bagi satu pihak, tapi merugikan pihak lainnya. Alih-alih mendukung perkembangan perekonomian domestik, proteksi menghasilkan industri yang kurang kompetitif dalam perdagangan internasional karena terlalu menggantungkan pada kekuatan pemerintah.
Alasan proteksi perdagangan
Meski banyak yang menentang, negara-negara di dunia masih mempraktekannya. Motif mereka bervariasi, mulai dari melindungi perekonomian domestik hingga sebagai pembalasan atas praktik serupa di negara lain.
Berikutnya, saya akan mencoba merinci alasan mengapa sebuah negara memberlakukan proteksi perdagangan.
Mencegah kompetisi yang tidak adil
Proteksi perdagangan bisa jadi merupakan bentuk pembalasan kepada negara mitra. Produsen di negara mitra mungkin menerapkan praktek anti persaingan seperti dumping.
Dumping adalah praktik di mana produsen mereka mengekspor pada harga lebih murah dibandingkan dengan harga pasar dalam negeri mereka. Karena lebih murah dari yang seharusnya, perusahaan domestik harus menghadapi persaingan yang tidak wajar dari barang impor. Untuk mencegah efek buruknya, pemerintah menerapkan proteksi dengan memberlakukan tarif antidumping.
Dalam kasus ini, proteksi merupakan bentuk pertahanan diri alih-alih menyerang negara mitra.
Menyelamatkan lapangan kerja domestik
Peningkatan impor mengurangi peluang penciptaan lapangan kerja domestik. Lonjakan impor meningkatkan pasokan di pasar domestik. Itu menciptakan tekanan terhadap produsen domestik.
Pembeli domestik mungkin lebih menyukai produk impor daripada produk lokal. Produk impor berharga lebih murah karena skala ekonomi produsennya. Selain itu, mereka mungkin menawarkan fitur yang lebih menarik.
Sebagai hasilnya, produsen domestik kalah bersaing dan posisi mereka terancam. Beberapa mungkin tutup, sementara yang lain masih beroperasi tapi di bawah tekanan. Itu pada akhirnya mengurangi penyerapan tenaga kerja.
Sebaliknya, impor yang rendah seharusnya menciptakan lebih banyak pekerjaan bagi pekerja domestik. Ketika impor rendah, produsen domestik meningkatkan outputnya untuk memenuhi kenaikan permintaan dari konsumen. Mereka berinvestasi di barang modal dan merekrut tenaga kerja baru.
Menyelamatkan lingkungan dan konsumen
Produk impor mungkin gagal memenuhi persyaratan keamanan produk. Itu mengakibatkan bahaya serius, baik terhadap lingkungan maupun kesehatan konsumen. Dalam hal ini, proteksi membantu untuk membatasi kerusakan yang ditimbulkan akibat tingginya impor.
Produsen domestik mungkin menuntut perlakuan yang adil antara produk domestik dengan produk impor. Jika mereka harus mengikuti standar tersebut, maka produsen asing juga harus memenuhinya. Mereka kemudian melobi pemerintah untuk menerapkan standar yang sama.
Melindungi industri yang baru tumbuh
Ini sering kita sebut sebagai argumen industri bayi (infant industry argument). Industri bayi (infant industry) adalah industri yang baru tumbuh dan membutuhkan lingkungan yang ramah untuk berkembang.
Pemerintah melindungi industri tersebut karena beberapa alasan. Mereka strategis bagi kepentingan nasional karena menciptakan banyak lapangan kerja. Atau, mereka berkontribusi besar terhadap keamanan nasional seperti industri teknologi. Atau, mereka memiliki rantai produksi yang panjang, sehingga menumbuhkannya akan menumbuhkan industri lainnya.
Infant industry rentan terhadap tekanan persaingan produk impor. Untuk itu, pemerintah berusaha melindunginya melalui proteksi. Pemerintah mungkin akan mengurangi proteksi ketika industri menjadi kompetitif secara global.
Melindungi industri yang telah matang dan strategis
Proteksi tidak hanya untuk industri baru, tetapi juga yang telah mencapai tahap matang. Mereka strategis karena menyerap banyak sekali tenaga kerja dan memiliki rantai produksi yang panjang.
Proteksi semacam itu pernah diberlakukan Amerika Serikat. Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat memberlakukan pembatasan impor terhadap produk mobil Jepang untuk melindungi industri dalam negerinya.
Pemerintah mungkin memberlakukan proteksi secara ketat. Maksud saya, tujuannya adalah untuk menjamin industri tersebut tetap hidup. Atau, pemerintah memberlakukan proteksi secara longgar, yang mana memungkinkan industri menurun secara perlahan demi menghindari efek kejutan pada tingkat pengangguran.
Jenis-jenis proteksi perdagangan
Proteksi perdagangan mengambil beragam bentuk. Berikut ini adalah daftarnya:
- Tarif impor
- Kuota
- Subsidi
- Devaluasi mata uang
- Lisensi
- Pengekangan ekspor sukarela
Tarif impor
Tarif impor adalah pajak atas barang impor. Pemerintah mungkin mengenakan tarif sebagai persentase dari harga barang impor (ad-valorem tariff). Atau, itu sebagai nominal tetap (tarif spesifik), misalnya $100 per ton.
Tarif secara langsung menaikkan harga barang impor ketika memasuki wilayah domestik. Karena harga naik, itu kurang menarik bagi pembeli domestik. Harapannya, mereka beralih ke produk domestik.
Kuota impor
Kuota impor membatasi kuantitas produk impor yang masuk ke pasar domestik. Penurunan kuota impor secara langsung mengurangi pasokan di pasar domestik. Sebagai hasilnya, harga di pasar domestik cenderung naik.
Efek kenaikan harga mungkin akan lebih minimal jika produsen domestik dapat meningkatkan output sebesar kuantitas yang hilang akibat kuota.
Berkurangnya pasokan impor mengurangi tekanan kompetitif di pasar domestik. Produsen domestik seharusnya mengambil kesempatan itu untuk meningkatkan produksi dan penjualan.
Subsidi
Subsidi membantu mengurangi biaya produksi dan harga jual. Sehingga, ketika mereka menjual produk ke luar negeri, harganya akan lebih kompetitif.
Subsidi dapat mengambil bentuk seperti keringanan pajak, pinjaman lunak, subsidi harga jual atau pembayaran langsung.
Subsidi penting bagi negara-negara yang mengandalkan ekspor. Contoh subsidi yang paling umum adalah subsidi pertanian.
Subsidi bekerja lebih baik daripada tarif. Produsen dapat meningkatkan ekspor dan produksi mereka. Itu pada akhirnya akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan bagi perekonomian domestik.
Selama penerapan kebijakan, pemerintah seharusnya mendorong produsen untuk meningkatkan efisiensi misalnya melalui skala ekonomi atau otomatisasi. Dengan begitu, biaya unit perlahan turun. Ketika mereka lebih kompetitif, pemerintah dapat mengurangi subsidi.
Tapi, tidak seperti tarif, pemberian subsidi meningkatkan pengeluaran pemerintah. Karena pendapatan pemerintah sebagian besar berasal dari pajak, maka secara tidak langsung, pembayar pajaklah yang menyumbang subsidi, bukan pemerintah.
Devaluasi mata uang
Devaluasi adalah upaya yang disengaja oleh suatu negara untuk menurunkan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang lain. Dengan kata lain, itu adalah depresiasi yang disengaja.
Biasanya, negara yang melakukannya adalah negara-negara yang mengadopsi sistem nilai tukar tetap atau mengambang terkendali. Jika nilai tukar mengambang bebas, devaluasi adalah sia-sia karena nilai tukar bergerak sesuai dengan permintaan dan penawaran di pasar.
Devaluasi menjadi cara ampuh untuk mendongkrak ekspor sekaligus menurunkan impor. Devaluasi mata uang membuat barang impor menjadi lebih mahal bagi pembeli domestik.
Sebaliknya, itu membuat harga barang domestik menjadi lebih murah ketika memasuki pasar internasional. Oleh karena itu, barang domestik menjadi lebih kompetitif, mendorong permintaan oleh pembeli luar negeri. Sebagai hasilnya, ekspor meningkat.
Tapi, devaluasi rentan terhadap pembalasan dari negara yang dirugikan. Jika pembalasan semakin intens, itu mengarah pada perang mata uang.
Lisensi
Untuk mengirimkan barang dari luar negeri, pemerintah menerbitkan lisensi impor. Untuk mengurangi impor, pemerintah dapat memperketat pemberian lisensi.
Selanjutnya, lisensi juga berlaku untuk ekspor. Ketika memperketat penerbitannya, pemerintah berusaha membatasi pergerakan keluar barang domestik. Tujuannya adalah menghindari kelangkaan dan lonjakan harga di pasar domestik.
Pengekangan Ekspor Sukarela
Pengekangan ekspor sukarela (voluntary export restraints atau VERs) bekerja secara terbalik dengan kuota impor. Di bawah kuota konvensional, negara pengimpor adalah yang menerbitkan kebijakan. Sebaliknya, di bawah VERs, negara pengekspor adalah yang mengambil kebijakan kebijakan.
Negara pengekspor bersedia membatasi barang yang keluar dari negara mereka karena sejumlah alasan. Mereka mungkin menghindari pembalasan dari negara mitra. Atau, itu sebagai kesepakatan untuk perjanjian perdagangan yang menguntungkan lainnya. Misalnya, negara mitra menurunkan tarif jika negara pengekspor bersedia memberlakukan VERs.
Pro dan kontra proteksi perdagangan
Secara umum, keuntungan dari proteksi perdagangan terefleksi dari motif-motif yang telah saya bahas di atas. Ketika sebuah negara berusaha untuk tumbuh kuat di industri baru, proteksi akan mengurangi tekanan persaingan. Itu memberi kesempatan bagi perusahaan-perusahaan di industri baru untuk membangun keunggulan kompetitif.
Proteksi perdagangan menawarkan lebih banyak peluang pertumbuhan, pekerjaan dan pendapatan bagi perekonomian domestik. Impor mengurangi manfaat semacam itu karena produksi berada di luar negeri. Ketika tekanan impor lebih rendah, produsen domestik seharusnya meningkatkan produksi dan daya saing mereka. Itu pada akhirnya akan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan bagi rumah tangga domestik. Peningkatan pendapatan mendorong konsumsi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Tapi pengkritik berargumen, proteksi perdagangan hanya akan membawa manfaat bagi satu pihak tetapi merugikan pihak lainnya. Itu mengarah pada inefisiensi alokasi sumber daya
Proteksi merugikan konsumen domestik. Mereka harus menanggung harga yang lebih tinggi. Selain itu, pilihan mereka juga menjadi lebih sedikit. Beberapa produk impor mungkin menawarkan fitur-fitur yang tidak dapat mereka peroleh dari produk domestik.
Selain itu, proteksi membuat produsen domestik malas. Mereka menjadi sangat tergantung pada kebijakan pemerintah untuk mendukung daya saing mereka di pasar internasional.
Penurunan intensitas persaingan juga berpotensi untuk melemahkan industri dalam negeri. Tanpa persaingan, tidak ada insentif untuk lebih inovatif dan lebih efisien.
Terakhir, proteksionisme memicu pembalasan kuat dari negara mitra. Itu dapat memunculkan perang dagang, yang mana dapat merusak perekonomian. Tidak hanya negara yang terlibat, perang dagang juga merugikan negara lain. Contoh terbaru adalah perang dagang antara China dan Amerika Serikat, yang mana membawa perekonomian global menuju ketidakpastian.