Contents
Unicorn merujuk perusahaan start-up swasta (belum masuk pasar modal) yang valuasi nilainya mencapai lebih dari USD1 miliar. Istilah ini popular di kalangan pemodal ventura dan pertama kali dipopulerkan oleh Aileen Lee, pendiri CowboyVC, dana modal ventura yang berasal dari Palo Alto, California. Beberapa Unicorn telah muncul dan cukup banyak yang berbasis di AS termasuk raksasa Airbnb, perusahaan video game Epic Games, serta perusahaan fintech Robinhood dan Sofi.
Jika Unicorn memiliki nilai valuasi lebih dari USD miliar, startup dengan nilai lebih dari USD10 miliar kadang-kadang disebut sebagai Decacorn. Sedangkan, untuk perusahaan dengan nilai valuasi lebih dari USD100 miliar seperti Google, Facebook, Alibaba (sebelum IPO) dinamakan dengan Super Unicorn.
Lebih dalam tentang “Unicorn”
Sebagaimana disebutkan istilah “Unicorn” muncul dari artikel Aileen Lee yang berjudul “Welcome to the Unicorn Club: Learning from Billion-Dollar Startups”. Mengapa dia memberikan nama ini? Pada tahun 2000-an banyak startup perangkat lunak yang muncul namun tidak banyak dari mereka yang mencapai valuasi USD1 miliar. Diperkirakan, hanya 0,07% start-up tersebut yang berhasil mencapainya. Karena saking sulitnya, Aileen Lee menyamakannya dengan menemukan seekor Unicorn (kuda bertanduk), yang merupakan mitos.
Sejak penerbitan artikel tersebut, istilah “Unicorn” telah semakin popular di dunia dan banyak digunakan untuk merujuk kepada startups dalam sektor teknologi informasi dengan valuasi yang sangat tinggi. Di Indonesia, Go-Jek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak adalah empat diantara yang masuk jajaran Unicorn, berdasarkan laporan CB Insights.
Bagaimana Unicorn divaluasi?
Valuasi nilai Unicorn umumnya didasarkan pada bagaimana pemodal ventura memperkirakan sebuah startup akan tumbuhn dan berkembang. Perkiraan tersebut semuanya akan melihat prospek dalam jangka panjang. Oleh karena itu, seringkali, valuasi mereka tidak ada kaitannya dengan kinerja keuangan saat ini. Bahkan, banyak dari perusahaan-perusahaan tersebut yang belum menghasilkan laba.
Prospes valuasi juga relatif sulit, terutama jika perusahaan start-up adalah yang pertama diindustrinya. Ini menjadikan tidak ada modal bisnis pembanding, sehingga proses valuasi agak rumit.