Contents
Salah satu jalur transmisi kebijakan moneter adalah melalui nilai aset keuangan. Kekayaan mencakup aset finansial maupun aset fisik (aset riil). Contoh kekayaan finansial mencakup kepemilikan saham perusahaan, obligasi korporasi, obligasi pemerintah dan instrumen keuangan lainnya. Sedangkan, contoh kekayaan fisik mencakup properti, tanah, barang mewah dan lain sebagainya.
Efek kekayaan
Misalnya, ketika bank Indonesia menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian, ini menandai lingkungan suku bunga rendah. Suku bunga rendah membuat harga obligasi naik. Selain itu, ekspektasi bahwa penurunan suku bunga mendorong aktivitas sektor riil, harga saham juga terdorong naik.
Peningkatan harga aset keuangan tersebut menyebabkan peningkatan kekayaan finansial rumah tangga. Karena tujuan investasi adalah akumulasi kekayaan, maka kenaikan harga aset keuangan di atas membuat rumah tangga merasa akan mencapai target akumulasi kekayaan tanpa harus mengalokasikan lebih banyak porsi pendapatan ekstra ke instrumen investasi. Oleh karena itu, rumah tangga terdorong untuk membelanjakan lebih banyak uang untuk konsumsi barang dan jasa. Perubahan dalam pengeluaran yang menyertai perubahan dalam kekayaan yang dirasakan oleh rumah tangga inilah yang kita kenal dengan istilah efek kekayaan.
Sebaliknya, ketika harga aset keuangan turun, sebagai akibat kenaikan suku bunga (kebijakan moneter kontraksioner), maka rumah tangga akan mengalokasikan lebih banyak pendapatan ekstra mereka ke investasi. Tujuannya adalah untuk mencapai akumulasi kekayaan yang ditargetkan.
Efek terhadap ekonomi
Konsumsi rumah tangga adalah salah satu komponen produk domestik bruto (PDB) dalam pendekatan pengeluaran. Karena pertumbuhan PDB riil adalah cerminan dari pertumbuhan ekonomi, maka ketika konsumsi rumah tangga meningkat sebagai akibat peningkatan kekayaan mereka, maka PDB riil juga akan terdorong naik.
Lebih banyak pengeluaran rumah tangga mendorong sektor bisnis untuk meningkatkan produksi. Untuk memenuhi target produksi yang lebih tinggi, mereka mulai meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hasilnya, pengangguran akan terdorong turun.
Sebaliknya, ketika kekayaan rumah tangga menurun, konsumsi rumah tangga melemah. Bisnis melihat ini sebagai sinyal bagi mereka untuk mengefisienkan produksi. Mereka tidak lagi menambah jumlah tenaga kerja. Ketika konsumsi selanjutnya menurun, beberapa diantara perusahaan mungkin akan mengurangi jumlah tenaga kerja, menghasilkan kenaikan tingkat pengangguran dalam perekonomian.