Contents
Harga pokok penjualan (cost of goods sold atau COGS) mewakili semua biaya yang perusahaan keluarkan untuk memproduksi dan menyediakan barang. Itu terdiri dari biaya tenaga kerja, bahan langsung, overhead dan biaya persediaan barang jadi.
COGS mencakup sebagian besar dari beban perusahaan. Selain itu, nilainya juga variabel, maksud saya, itu mengikuti volume produk yang perusahaan hasilkan.
Perusahaan biasanya menyajikannya pada baris kedua setelah pendapatan di laporan laba rugi. Untuk perusahaan publik, Anda juga dapat melihat rincian lengkap dari perhitungan COGS pada catatan atas laporan keuangan teraudit.
Bagaimana menghitung harga pokok penjualan
Anda dapat menghitung harga pokok penjualan dengan mengurangi persediaan barang jadi awal dengan persediaan barang jadi akhir dan kemudian menambahkan hasilnya ke pembelian barang jadi selama periode pelaporan. Atau jika disajikan dalam persamaan matematis maka rumus harga pokok penjualan adalah sebagai berikut:
- COGS = Persediaan awal – Persediaan akhir + Pembelian
Sebagai contoh, sebuah perusahaan melaporkan persediaan awal di tahun sebesar Rp100 dan membeli persediaan sebesar Rp20. Di akhir tahun, persediaan akhir adalah sebesar Rp90. Itu berarti nilai COGS adalah sebesar Rp30 (Rp100 – Rp90 +20).
Satu lagi contoh.
Sebuah perusahaan melaporkan biaya langsung terkait dengan produksi sebagai berikut:
Bahan langsung | 4.000 |
Tenaga kerja langsung | 200 |
Overhead pabrik | 1.000 |
Persediaan barang dalam proses awal tahun | 60 |
Persediaan barang dalam proses akhir tahun | 70 |
Persediaan barang jadi awal tahun | 600 |
Persediaan barang jadi akhir tahun | 800 |
Pembelian | 600 |
Untuk menyelesaikan kasus di atas, anda menghitung harga pokok penjualan sebagai berikut:
- COGS = Persediaan barang jadi awal tahun + Harga pokok produksi – Persediaan barang jadi akhir tahun
Karena perusahaan juga membeli barang jadi sebesar Rp600, anda harus menambahkannya ke dalam rumus di atas. Sementara itu, untuk menghitung harga pokok produksi, anda dapat menggunakan formula berikut:
- Harga pokok produksi = Total biaya manufaktur + Persediaan barang dalam proses awal tahun – Persediaan barang dalam proses akhir tahun
Di mana, total biaya manufaktur sama dengan penjumlahan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Sehingga, kasus di atas dapat kita selesaikan sebagai berikut:
Bahan langsung | + 4.000 |
Tenaga kerja langsung | + 200 |
Overhead pabrik | + 1.000 |
Persediaan barang dalam proses awal tahun | + 60 |
Persediaan barang dalam proses akhir tahun | – 70 |
Persediaan barang jadi awal tahun | + 600 |
Persediaan barang jadi akhir tahun | – 800 |
Pembelian | + 600 |
COGS | 5.590 |
Apa saja yang termasuk dalam harga pokok penjualan
COGS hanya memasukkan biaya-biaya yang terkait langsung dengan produksi barang. Itu tidak mencakup biaya tidak langsung seperti beban penjualan, beban administrasi dan beban umum.
Jenis biaya dapat bervariasi tergantung produk perusahaan. Misalnya, perusahaan jasa tidak memiliki persediaan terkait dengan penyediaan jasa. Sementara itu, biaya langsung di perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja dan overhead manufaktur. Tenaga penjual tidak termasuk dalam kategori biaya langsung.
Meski sebagian besar COGS mencakup biaya variabel, ada juga biaya tetap seperti overhead pabrik. Terkadang, biaya penyusutan juga masuk kategori ini, namun itu tergantung pada kebijakan akuntansi masing-masing perusahaan.
Singkatnya, COGS biasanya mencakup biaya-biaya seperti:
- Biaya bahan baku (+)
- Biaya tenaga kerja langsung (+)
- Biaya pembelian barang yang masuk ke persediaan (+)
- Biaya overhead seperti listrik, air, dan sewa (+)
- Biaya angkut pembelian (+)
- Retur pembelian dan diskon harga input (-)
- Potongan pembelian (-)
Tanda plus berarti menambah COGS, tanda minus berarti menguranginya.
Bagaimana harga pokok penjualan mempengaruhi laba perusahaan
Untuk mendapatkan laba bruto, anda perlu mengurangi pendapatan penjualan dengan COGS. Kenaikan COGS menurunkan laba kotor yang perusahan bukukan, yang mana pada akhirnya mengurangi margin laba kotor.
Margin laba kotor adalah rasio antara laba kotor dengan pendapatan penjualan. Metrik itu biasanya untuk mengevaluasi efisiensi produksi perusahaan. Idealnya, perusahaan membukukan margin yang tinggi. Itu menunjukkan perusahaan membukukan pendapatan yang cukup besar untuk menutupi biaya langsung produksi.
Setelah menutupi biaya langsung, perusahaan juga perlu membayar beban operasi (beban penjualan, umum dan administrasi). Oleh karena itu, mengasumsikan beban lainnya konstan, kenaikan COGS mengurangi tidak hanya laba kotor, tetapi juga laba operasi dan laba bersih.
Bagaimana persediaan mempengaruhi harga pokok penjualan
Sebagaimana anda lihat dari formula, nilai COGS tergantung pada selisih antara nilai persediaan awal dan akhir. Selanjutnya, nilai persediaan juga tergantung pada metode akuntansi dalam melaporkanya. Masing-masing memiliki konsekuensi yang berbeda ketika harga barang berubah. Tiga metode untuk mengukur persediaan adalah:
- First-in, first-out (FIFO)
- Last-in first-out (LIFO)
- Weighted average cost (WAC)
Metode FIFO, mengasumsikan barang pertama yang masuk ke persediaan adalah yang terlebih dahulu dijual. Itu berarti persediaan akhir menyisakan barang yang terakhir anda beli. Jika harga naik, maka nilai persediaan akhir akan lebih tinggi. Oleh karena itu, nilai COGS akan lebih kecil.
Misalnya, pada awalnya, anda membeli bahan baku seharga Rp50. Kemudian, anda membeli lagi dan harganya naik menjadi Rp60. Di bawah metode FIFO, anda akan menggunakan harga terakhir, Rp60, dalam perhitungan persediaan akhir. Hasilnya, nilai COGS akan lebih rendah.
Sebaliknya, metode LIFO mengasumsi barang yang terakhir anda beli adalah yang pertama kali terjual. Oleh karena itu, persediaan akhir hanya akan berisi pembelian awal. Untuk contoh di atas, anda menggunakan harga pertama, Rp50, sebagai perhitungan persediaan akhir. Hasilnya, nilai COGS akan lebih tinggi.
Sementara itu, di bawah weighted average cost, anda mengalokasikan biaya persediaan secara merata di semua unit. Nilai COGS akan di antara nilai FIFO dan LIFO.
Singkatnya,
- Jika harga naik, maka nilai COGS: LIFO > WAC > FIFO
- Jika harga turun, maka nilai COGS: FIFO > WAC > LIFO
Bagaimana menurunkan harga pokok penjualan
Diskon pembelian input. Jika perusahaan membeli bahan baku dalam skala besar, pemasok biasanya akan menawarkan diskon harga. Potongan harga berarti biaya input yang lebih rendah. Diskon semacam itu juga umum untuk pengiriman barang dalam jumlah yang besar.
Perusahaan juga mendapatkan harga yang lebih rendah dengan mengamankan perjanjian pasokan jangka panjang atau membayar pemasok secara tepat waktu.
Adopsi teknologi dan metode produksi yang lebih maju. Otomasi dan mekanisasi memungkinkan perusahaan mengurangi biaya tenaga kerja. Itu menghemat biaya sekaligus juga meningkatkan produktivitas. Demikian juga, metode seperti just in time dan lean produksi juga berkontribusi terhadap COGS yang lebih rendah.
Beralih ke input yang lebih murah atau berkualitas. Menggunakan input yang lebih berkualitas mengurangi biaya-biaya seperti inspeksi kualitas input dan menghindari kemacetan mesin akibat input tidak sesuai spesifikasi.
Input yang lebih murah tentu saja menghasilkan COGS yang lebih rendah. Tapi, perusahaan harus memastikan bahwa itu tidak mengurangi kualitas output.
Memindahkan fasilitas produksi. Outsourcing ke negara yang memiliki upah rendah adalah salah satu opsi untuk mengurangi COGS. Atau, perusahaan juga dapat memindahkan lokasinya ke dekat pusat bahan baku, sehingga mengurangi biaya transportasi.