• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to footer

Cerdasco

Pengetahuan Lebih Baik. Wawasan Lebih Tajam

  • Manajemen
  • Ekonomi
  • Keuangan
Keuangan

Harga Pokok Produksi: Komponen, Cara Menghitung

Oleh Ahmad Nasrudin · Diupdate pada July 7, 2019

Harga Pokok Produksi Komponen Cara Menghitung
Advertisement

Apa itu: Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) merujuk pada kumpulan biaya produksi ditambah perubahan persediaan produk dalam proses. Biaya produksi (atau biaya manufaktur) tersebut terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Jika tidak ada ada persediaan produk dalam proses, maka harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi.

Mengapa harga pokok produksi penting

Menghitung harga pokok produksi berguna untuk kontrol operasi dan mengambil beberapa keputusan operasi. Secara spesifik, manajemen biasanya menggunakannya untuk:

Pertama, Menentukan harga jual produk. Di bawah metode penetapan harga berbasis biaya (cost-based pricing), informasi harga pokok produksi per unit merupakan input penting untuk menentukan harga jual produk.

Dalam perhitungan yang sederhana, harga jual sama dengan harga pokok produksi per unit plus margin keuntungan (markup). Katakanlah, harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp100. Perusahaan menetapkan margin keuntungan sebesar 10%. Dalam kasus ini, harga jual sama dengan Rp110 = 100 x (1+10%). 

Advertisement

Kedua, Memantau realisasi biaya produksi. Manajemen biasanya akan membandingkan realisasi biaya produksi aktual dengan yang direncanakan, apakah sesuai dengan target atau tidak. Jika tidak, manajemen kemudian mendalami sumber masalahnya dan mengambil tindakan perbaikan.

Ketiga, Menghitung laba rugi periodik. Untuk menghitung laba, manajemen tidak hanya memerlukan data pendapatan, tetapi juga biaya produksi. Mengasumsikan pendapatan tidak berubah, perusahaan dapat meningkatkan laba dengan mengefisiensikan produksi, menghasilkan biaya yang lebih rendah.

Keempat, Menentukan harga pokok penjualan. Pada akhir periode akuntansi, biaya yang melekat pada produk jadi disajikan dalam persediaan produk jadi. Anda dapat melihatnya di laporan laba rugi. Sedangkan, biaya yang melekat pada produk dalam proses disajikan dalam neraca.

Komponen harga pokok produksi

Harga pokok produksi terdiri dari tiga komponen utama, yakni:

  • Biaya bahan langsung
  • Biaya tenaga kerja langsung
  • Biaya overhead

Biaya bahan langsung mencakup semua biaya terkait dengan semua bahan yang diidentifikasi sebagai bagian dari produk jadi. Itu termasuk bahan mentah atau bahan setengah jadi.

Advertisement

Biaya tenaga kerja langsung mencakup gaji dan upah untuk tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Mereka berkontribusi langsung dalam membuat produk. Mereka mungkin adalah operator mesin atau pekerja di setiap stasiun perakitan.

Biaya overhead terdiri dari biaya bahan penolong, gaji dan upah tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya. Contohnya adalah biaya sewa mesin produksi.

Menghitung harga pokok produksi

Anda dapat menghitung harga pokok produksi dengan rumus sebagai berikut:

Harga pokok produksi = Total biaya manufaktur + Beginning work in process – Ending work in process

Total biaya manufaktur (atau biaya produksi) mencakup biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Sementara itu, beginning work in process mewakili nilai produk yang berada dalam produksi dan belum diselesaikan pada akhir periode akuntansi. Oleh karena itu, perusahan tidak menghitungnya sebagai persediaan bahan mentah maupun sebagai persediaan produk akhir. Ending work in process mewakili biaya pekerjaan yang telah selesai sebagian pada akhir periode akuntansi.

Advertisement

Total biaya manufaktur = Biaya bahan langsung + Biaya tenaga kerja langsung + Overhead pabrik

Untuk menghitung biaya bahan langsung yang digunakan dalam proses produksi, anda mengurangi persediaan awal bahan langsung dengan persediaan akhir bahan langsung.

Biaya bahan langsung = Pembelian bahan + Persediaan awal bahan langsung – Persediaan akhir bahan langsung

Mari ambil contoh sederhana untuk mengaplikasikan rumus di atas. Katakanlah, sebuah produsen furniture memiliki persediaan bahan langsung senilai Rp100 pada awal periode. Di akhir periode akuntansi, persediaannya menjadi Rp95.

Sepanjang periode tersebut, produsen membelanjakan Rp50 untuk membeli bahan baku. Selain itu, perusahaan mengeluarkan Rp125 untuk gaji pegawai dan Rp65 untuk sewa tempat dan utilitas. Sementara itu, persediaan dalam proses (work in process) di awal periode adalah sebesar Rp10 dan nilainya, di akhir periode adalah sebesar Rp30.

Advertisement

Dari kasus tersebut, mari kita buat daftar biaya yang terlibat:

  • Persediaan awal bahan langsung: Rp100
  • Persediaan akhir bahan langsung: Rp95
  • Pembelian bahan langsung: Rp50
  • Tenaga kerja langsung: Rp125
  • Overhead pabrik: Rp65
  • Beginning work in process: Rp10
  • Ending work in process: Rp30

Mengaplikasikan rumus di atas, kita mendapatkan:

  • Biaya bahan langsung = Rp50+ Rp100 – Rp95 = Rp55
  • Total biaya manufaktur = Rp55 + Rp125 + Rp65 = Rp245
  • Harga pokok produksi = Rp245 + Rp10 – Rp30 = Rp225

Perbedaan antara harga pokok penjualan dan harga pokok produksi

Harga pokok produksi berbeda dengan harga pokok penjualan (cost of goods sold atau COGS). COGS memperhitungkan barang-barang jadi, yang mana mereka mungkin mencakup produk usang yang tidak terjual. Sedangkan, harga pokok produksi hanya memperhitungkan barang-barang yang baru diproduksi. Selama produksi nol, harga pokok produksi nol sedangkan harga pokok penjualan mungkin tidak sama dengan nol jika penjualan kurang dari persediaan awal.

Untuk menghitung harga pokok penjualan, anda dapat menggunakan rumus di bawah ini:

COGS = Persediaan awal barang jadi + Harga pokok produksi – Persediaan akhir barang jadi 

Advertisement

Dari rumus di atas, anda dapat lihat, harga pokok produksi adalah komponen dalam perhitungan COGS. Perusahaan kemudian menampilkan COGS dalam laporan laba rugi. Sedangkan, untuk harga pokok produksi, mereka biasanya menampilkannya di bagian aset lancar dari neraca.

Mari ambil contoh untuk mengaplikasikan rumus di atas. Sebuah perusahaan melaporkan biaya sebagai berikut:

  • Bahan langsung: 4.000
  • Tenaga kerja langsung: 200
  • Overhead pabrik: 1.000
  • Persediaan awal barang dalam proses: 60
  • Persediaan akhir barang dalam proses: 70
  • Persediaan awal barang jadi: 600
  • Persediaan akhir barang jadi: 800

Dari data tersebut, kita dapat menghitung:

  • Harga pokok produksi = Rp4.000 + Rp200 + Rp1.000 + Rp60 – Rpp70 = Rp5.190.
  • Harga pokok penjualan = Rp5.190 + Rp600 – Rp800 = Rp4.990

Bagikan

Related

  • Harga Pokok Penjualan:  Mengapa Itu Penting, Bagaimana Menghitungnya
  • Cara menghitung Harga Pokok Penjualan
  • Cost-plus Pricing: Konsep, Formula, Cara Menghitung, Pro dan Kontra
  • Cost-plus Pricing Konsep, Formula, Cara Menghitung, Pro dan Kontra
  • Marginal Cost Pricing: Konsep, Cara Menghitung, Keunggulan dan Kelemahan
  • Marginal Cost Pricing Konsep, Cara Menghitung, Keunggulan dan Kelemahan
  • Akuntansi Biaya: Definisi, Konsep, dan Metode
  • Akuntansi Biaya Definisi, Konsep, dan Metode
  • Total Biaya Variabel: Definisi, Contoh, Kurva, Pentingnya
  • Total Biaya Variabel Definisi, Contoh, Kurva, Pentingnya
  • Rumus Nilai Tambah dan Cara Menghitungnya
  • Rumus Nilai Tambah dan Cara Menghitungnya

Topics: Analisis Keuangan

Advertisement
Utang Nasional Apa itu dan Apa Implikasinya

Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?

Apa itu: Utang nasional (national debt) adalah uang yang terutang oleh pemerintah kepada krediturnya. Pemerintah berutang untuk menutup defisit anggaran,

Kebijakan Fiskal Diskresioner Cara Kerja, Jenis, Efek

Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek

Apa itu: Kebijakan fiskal diskresioner (discretionary fiscal policy) adalah kebijakan pemerintah yang disengaja untuk mempengaruhi perekonomian dengan

Pajak Yang Diinduksi Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian

Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian

Apa itu: Pajak yang diinduksi (induced tax) adalah tipe pajak di mana kenaikan dan penurunan tarifnya tergantung pada kemampuan wajib pajak. Sehingga,

Advertisement
Utang Nasional Apa itu dan Apa Implikasinya

Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?

Apa itu: Utang nasional (national debt) adalah uang yang terutang oleh pemerintah kepada krediturnya. Pemerintah berutang untuk menutup defisit anggaran,

Kebijakan Fiskal Diskresioner Cara Kerja, Jenis, Efek

Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek

Apa itu: Kebijakan fiskal diskresioner (discretionary fiscal policy) adalah kebijakan pemerintah yang disengaja untuk mempengaruhi perekonomian dengan

Pajak Yang Diinduksi Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian

Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian

Apa itu: Pajak yang diinduksi (induced tax) adalah tipe pajak di mana kenaikan dan penurunan tarifnya tergantung pada kemampuan wajib pajak. Sehingga,

Advertisement

Footer

CARI

POPULER

  • Strategi Penetapan Harga: Jenis, Faktor yang Perlu Dipertimbangkan
  • Weighted Average Cost of Capital (WACC): Formula, Cara Menghitungnya
  • Kurva Permintaan Agregat: Concept, Alasan Miring ke Bawah, dan Faktor yang Mempengaruhi
  • Permintaan Agregat: Definisi, Alasan Miring, Determinan
  • Penilaian 360 Derajat: Kelebihan dan Kelemahan

TOPIK

Analisis Keuangan Ekonomi Internasional Makroekonomi Mikroekonomi Motivasi Organisasi Bisnis Pemasaran Permintaan Produk Rasio Keuangan Sektor Ekonomi Strategi Struktur Organisasi

Copyright © 2022 · Tentang Kami  · Kebijakan Privasi dan Disclaimer  ·  Ketentuan Penggunaan  ·  Kebijakan Komentar  ·  Kontak Kami