Contents
Wholesale price index atau Indeks Harga Grosir adalah indeks harga barang di pasar grosir atau perdagangan besar. Transaksi melibatkan jumlah besar antara penjual pertama dan penjual berikutnya, tetapi tidak eceran. Penjual pertama adalah penjual utama setelah produsen. Jadi, penjual berikutnya bukan konsumen, atau dengan kata lain, ini adalah pasar setelah pasar produsen. Ini sering juga dikenal sebagai Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).
Perbedaannya dengan indeks harga produsen dan indeks harga konsumen
Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks harga barang yang dibeli oleh produsen. Barang-barang ini adalah bahan baku, barang modal, dan barang setengah jadi. Mereka menggunakannya untuk menghasilkan produk jadi.
Produsen menyimpannya sebagai stok input produksi. Untuk membuat mobil, misalnya, IHP akan mencakup lembaran baja di gudang sebagai komponennya.
Sebaliknya, indeks harga grosir tidak hanya mencakup barang setengah jadi atau bahan baku tetapi juga barang jadi. Produk jadi akan memasuki pasar ritel setelah melalui beberapa rantai penjualan. Sementara itu, bahan baku dan bahan setengah jadi akan pindah ke produsen. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, indeks harga produsen menggantikan indeks harga grosir karena hanya menghitung barang dan jasa yang digunakan sebagai input produksi.
Akhirnya, Indeks Harga Konsumen (IHK) mewakili harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Mereka adalah produk jadi yang dibeli konsumen di pasar ritel. Pembuat kebijakan mengamati statistik ini untuk memantau daya beli rumah tangga.
Komponen indeks harga grosir
Dalam artikel ini, kami akan mengutip indeks harga grosir Indonesia sebagai contoh. Namanya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).
Komponen indeks harga perdagangan besar Indonesia terdiri dari barang-barang domestik yang dijual di pasar domestik dan asing, yang mencakup 503 komoditas. Perhitungannya didasarkan pada indeks Laspeyres. Item diklasifikasikan ke dalam lima grup:
- Pertanian
- Pertambangan
- Pabrikan
- Impor
- Ekspor
Berikut adalah data historis indeks:
Menghitung tingkat inflasi dari indeks harga grosir
Sama seperti inflasi indeks harga konsumen, kita mendapatkan inflasi indeks grosir dengan menghitung perubahan persentase dari waktu ke waktu, biasanya berdasarkan tahun-ke-tahun (year-on-year). Berikut rumusnya:
Tingkat inflasi = [(IHPBt/ IHPB(t-1) ) – 1] * 100%
Mari kita tarik data dari tabel di atas, kami menghitung tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2018 sebagai: [(164.5 / 159.0) -1] * 100% = 3,4%.
Mengapa indeks grosir penting?
IHPB mengukur perubahan harga di tingkat grosir. Ini adalah alternatif dari indeks harga konsumen dan indeks harga produsen dalam mengukur tingkat inflasi. Pembuat kebijakan menggunakannya untuk memeriksa inflasi dalam rantai pasokan barang dan jasa dalam perekonomian.
Tapi, sebelum menghitung perubahan indeks dari waktu ke waktu dan menarik kesimpulan, kita harus terlebih dahulu memilah komponennya. Komponen indeks seringkali tidak seragam antar negara.
Seperti yang kita bahas sebelumnya, di beberapa daerah seperti Indonesia, indeks grosir tidak hanya mencakup bahan baku dan input produksi tetapi juga barang jadi. Jadi, ini akan menyesatkan informasi jika kita menggunakannya sebagai indikator utama indeks harga konsumen atau indeks harga produsen. Tentu saja, untuk menjadi indikator utama, kita harus memisahkan komponennya menjadi input dan barang jadi.