Contents
Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation) mengacu pada inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Sumber kenaikan berasal dari harga input seperti upah, bahan baku, energi, biaya keuangan, yang lebih mahal. Untuk mempertahankan margin keuntungan, biaya yang lebih mahal memaksa produsen untuk menaikkan harga jual produk atau layanan yang dijual. Jika hanya satu atau dua perusahaan menaikkan harga, ini mungkin tidak menyebabkan inflasi dalam perekonomian. Dengan demikian, agar berdampak pada harga secara umum, kenaikan harga input harus memiliki eskalasi luas dari banyak produsen.
Lebih dalam tentang “Inflasi Dorongan Biaya”
Biaya produksi yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan tingkat harga dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek ke kiri. Ini menghasilkan kontraksi PDB riil.
Pembuat kebijakan berusaha untuk meningkatkan PDB riil dengan mengadopsi kebijakan longgar seperti menurunkan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman. Bisnis dan rumah tangga dapat mengajukan permohonan lebih murah untuk pinjaman baru.
Pinjaman baru yang lebih murah akan mendorong mereka untuk meningkatkan pengeluaran barang dan jasa, sehingga merangsang permintaan agregat. Meningkatnya permintaan agregat akan merangsang output untuk kembali ke tingkat potensinya. Namun, kebijakan tersebut mengorbankan inflasi karena tingkat harga akan naik jauh lebih tinggi. Salah satu risiko inflasi yang didorong oleh biaya adalah stagflasi, di mana output turun, tetapi tingkat harga naik.
Sumber-sumber pemicu inflasi dorongan biaya
Perlu diingat bahwa kenaikan biaya dapat meningkatkan inflasi jika skala dampaknya besar pada perekonomian, bukan hanya pada satu atau dua produsen. Menanggapi kenaikan biaya, bisnis akan menaikkan harga untuk melindungi margin keuntungan. Berikut ini adalah uraian sumber-sumber yang menyebabkan inflasi dorongan biaya:
- Upah
- Harga bahan baku dan energi
- Pajak
- Devaluasi
Upah. Biaya tenaga kerja biasanya mencakup sebagian besar biaya produksi, terutama di industri padat karya. Peningkatan biaya yang lebih tinggi dibandingkan produktivitas tenaga kerja dapat menekan margin laba.
Kenaikan upah biasanya tinggi ketika tingkat pengangguran rendah selama ekspansi ekonomi. Selama periode ini, permintaan tenaga kerja yang berkualitas lebih besar dibandingkan dengan pasokan tenaga kerja. Produsen akan bersaing memperebutkan tenaga kerja untuk meningkatkan output.
Sebagai pemanis, mereka menawarkan upah lebih tinggi demi mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas. Akibatnya, upah mungkin naik di atas levelnya selama periode normal.
Tekanan kenaikan lebih besar karena pada saat yang sama, pekerja melihat inflasi menjadi tinggi. Mereka akan menuntut kenaikan upah yang lebih tinggi untuk melindungi daya beli agar tidak tergerus inflasi.
Bahan baku dan energi. Kenaikan harga minyak adalah contoh paling umum dari penyebab inflasi yang didorong oleh biaya. Faktor lain adalah kurangnya pasokan bahan baku, yang biasanya disebabkan oleh bencana alam. Yang terakhir ini umum untuk produk pertanian seperti gandum dan minyak sayur.
Pajak. Kenaikan pajak seperti bea masuk alkohol, rokok, dan bensin, membuat biaya produksi lebih besar. Pemasok dapat meneruskan beban pajak kepada konsumen.
Devaluasi. Devaluasi terjadi ketika pemerintah menurunkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing. Ketika ini terjadi, harga barang impor menjadi lebih mahal, terutama untuk produk bahan baku dan produk jadi. Contohnya adalah penurunan nilai tukar Pounsterling terhadap Euro pada tahun 2008, yang menyebabkan lonjakan harga bahan impor dari negara-negara zona euro.
Inflasi dorongan biaya Vs. Inflasi tarikan permintaan
Dorongan biaya dan tarikan permintaan adalah dua penyebab inflasi dalam perekonomian. Jika tekanan ke atas pada biaya produksi menyebabkan inflasi dorongan biaya, inflasi tarikan permintaan (cost-pull inflation) terjadi karena permintaan agregat meningkat lebih cepat daripada penawaran agregat. Sumber peningkatan permintaan agregat dapat berasal dari peningkatan jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi, atau faktor-faktor lain yang menggeser kurva permintaan agregat ke kanan.
Peningkatan permintaan agregat menyebabkan inflasi meningkat. PDB riil berada di atas tingkat potensinya (dikenal sebagai kesenjangan inflasioner). Dalam situasi ini, tingkat pengangguran turun di bawah tingkat alaminya dan menyebabkan tekanan pada upah. Upah yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan biaya produksi dan mengurangi output, mengembalikan PDB riil ke tingkat potensinya.
Solusi mengatasi inflasi dorongan biaya
Jika pemerintah mengadopsi kebijakan yang lebih ketat seperti menaikkan suku bunga, inflasi memang menurun, tetapi PDB riil akan turun lebih jauh dan mengarah ke resesi. Dan kebijakan ini berdampak negatif pada pengangguran.
Sebaliknya, jika pemerintah melonggarkan kebijakan untuk merangsang permintaan agregat, output kembali ke tingkat potensinya, tetapi tingkat harga akan meningkat lebih tinggi lagi.
Solusi langsung untuk inflasi dorongan biaya adalah dengan mengurangi biaya produksi. Kebijakan sisi penawaran adalah solusi paling tepat, tetapi umumnya kebijakan ini akan membutuhkan waktu lama untuk memiliki efek.
Pemerintah dapat memberikan subsidi upah. Dalam hal ini, pemerintah membantu bisnis dengan membayar sebagian dari upah. Dengan demikian, biaya produksi akan menjadi lebih rendah.
Revaluasi juga merupakan alternatif untuk mengurangi tekanan inflasi dari impor bahan baku atau barang setengah jadi. Kebijakan ini sangat membantu terutama di negara-negara di mana sebagian besar input produksi berasal dari impor.
Yang terakhir adalah meningkatkan produktivitas ekonomi. Ini bisa dilakukan misalnya dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja. Meningkatnya produktivitas mendorong perekonomian untuk menghasilkan outut secara lebih efisien dan dengan biaya lebih rendah.