Contents
Apa itu: Kebijakan penghematan (austerity policy) adalah tindakan oleh pemerintah untuk mengurangi utang pemerintah. Pemerintah biasanya mengadopsinya ketika utang terlalu tinggi.
Utang yang tinggi cenderung tidak terkendali. Itu membahayakan dan menyebabkan ketidakstabilan keuangan dalam perekonomian.
Utang menumpuk karena pemerintah menjalankan fiskal defisit terus menerus. Pada saat yang sama, pertumbuhan pendapatan pajak lebih rendah daripada pengeluaran pemerintah. Itu menghasilkan defisit yang semakin tinggi. Untuk menutupnya, pemerintah harus mengambil utang, misalnya dengan menerbitkan obligasi.
Tingginya utang meningkatkan risiko gagal bayar. Untuk mengkompensasi risiko, investor meminta bunga yang lebih tinggi. Sebagai hasilnya, tingkat bunga dalam perekonomian sulit turun ketika utang tinggi.
Tingginya suku bunga membebani pertumbuhan ekonomi. Itu merugikan konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis.
Untuk menghemat dan mengurangi beban utang, pemerintah memangkas belanjanya, bahkan, ketika pertumbuhan lemah. Memangkas anggaran ketika perekonomian lemah memunculkan masalah lain. Pertumbuhan semakin jatuh dan pengangguran melonjak.
Tujuan kebijakan penghematan
Tujuan utama kebijakan penghematan adalah mengurangi utang dengan menurunkan defisit fiskal. Pada dasarnya, utang yang beredar saat ini adalah akumulasi defisit anggaran selama bertahun-tahun sebelumnya.
Utang yang tinggi meningkatkan risiko gagal bayar. Kemampuan pemerintah untuk membayar bunga atau pokok pinjaman menurun. Risiko gagal yang lebih tinggi meningkatkan premi yang diminta pemberi pinjaman.
Pemberi pinjaman meminta bunga yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko. Sebagai hasilnya, itu membuat beban bunga melonjak. Jika nilainya melebihi tambahan pendapatan pajak, beban utang menjadi tidak lagi terkendali.
Dalam situasi semacam itu, pemberi pinjaman biasanya memaksa pemerintah untuk menjalankan disiplin fiskal. Pemerintah harus lebih berhemat untuk mengurangi defisit. Pemerintah kemudian memangkas sejumlah pos belanja atau menaikkan beberapa jenis pajak.
Cara kerja kebijakan penghematan
Penganggaran pemerintah tidak seperti penganggaran perusahaan. Perusahaan memiliki dua sumber modal: utang dan ekuitas. Untuk mengurangi utang dan menurunkan risiko gagal bayar, manajemen dapat mengumpulkan modal ekuitas.
Sebaliknya, pemerintah tidak memiliki modal ekuitas. Oleh karena itu, opsi utama untuk mengurangi utang adalah menurunkan defisit. Dalam hal ini, pemerintah seharusnya memangkas pengeluaran, menaikkan pajak, atau keduanya.
Mengurangi defisit adalah cara tepat untuk mengurangi risiko gagal bayar dan memperbaiki peringkat sovereign. Itu membutuhkan disiplin fiskal dan komitmen yang kuat agar sukses, bahkan di tengah tekanan publik.
Penurunan defisit meningkatkan kepercayaan dari lembaga kredit dan lembaga pemberi pinjaman internasional seperti IMF.
Tapi, langkah penghematan juga tidak populer. Disiplin fiskal ketat, sebagaimana yang dianjurkan oleh IMF, mengharuskan pemerintah untuk mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak, bahkan ketika perekonomian sedang lemah. Kenaikan pajak dan penurunan belanja melemahkan permintaan agregat. Sebagai hasilnya, pertumbuhan ekonomi jatuh dan tingkat pengangguran meningkat.
Kebijakan penghematan
Walau pemerintah masih menjalankan kebijakan defisit fiskal, penghematan mengurangi nilainya. Hasilnya adalah kebutuhan pembiayaan melalui utang menurun.
Langkah yang lebih signifikan adalah beralih dari defisit ke surplus fiskal. Pemerintah menekan belanjanya sehingga tidak melebihi pendapatan. Kemudian, pemerintah dapat menggunakan surplus pendapatan untuk membayar utang.
Beberapa negara lebih memilih untuk mengkombinasikan kenaikan pajak dengan kenaikan pengeluaran secara kurang proporsional. Tambahan pendapatan pajak lebih tinggi daripada kenaikan pengeluaran. Tujuan kenaikan belanja adalah untuk merangsang pertumbuhan. sehingga pemerintah dapat mengumpulkan pajak yang lebih tinggi. Misalnya, pendapatan pajak naik Rp300 dan pengeluaran naik sekitar Rp100. Secara neto, defisit berkurang sebesar Rp200 (Rp300-Rp100).
Secara umum, mengurangi defisit fiskal dapat mengambil beberapa alternatif, termasuk:
- Menaikkan pajak secara lebih tinggi daripada kenaikan pengeluaran pemerintah
- Menaikkan pajak dan mempertahankan belanja pemerintah tetap.
- Menaikkan pajak dan menurunkan belanja. .
- Pajak tidak berubah tapi pemerintah memangkas belanjanya.
- Menurunkan pajak tapi lebih rendah daripada pemangkasan pengeluaran.
Para ekonom biasanya lebih suka opsi yang terakhir. Pajak memiliki implikasi yang luas terhadap perekonomian daripada pengeluaran. Pajak mempengaruhi keputusan konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis. Sebagai hasilnya, penurunan pajak menghasilkan intervensi yang lebih minimal terhadap ekuilibrium pasar.
Contoh kebijakan penghematan
Selama krisis utang di Zona Euro, beberapa negara Eropa, seperti Inggris, Yunani, dan Spanyol, menjalankan penghematan demi mengurangi masalah anggaran.
- Di Inggris, kebijakan menargetkan pengurangan drastis pengeluaran publik dan kenaikan pajak. Pemerintah memotong belanja langsung lebih dari £30 miliar antara tahun 2010 dan 2019. Sasaran utama pemangkasan adalah pembayaran kesejahteraan, subsidi perumahan dan layanan sosial.
- Krisis utang memaksa pemerintah Yunani untuk melaksanakan program penghematan yang diajukan oleh Uni Eropa, Bank Sentral Eropa dan IMF. Parlemen Yunani menyetujui paket penghematan sebesar €13,5 miliar pada November 2012, bersumber dari pemotongan belanja dan kenaikan pajak.
- Spanyol di tahun 2012 juga mengumumkan penghematan anggaran dari kenaikan pajak sebesar €12,3 miliar dan penurunan anggaran pemerintah pusat sebesar €12,3 miliar (dari €79,2 miliar menjadi €65,8 miliar).
Pro dan kontra kebijakan penghematan
Kebijakan penghematan memunculkan pro dan kontra. Menjalankan program penghematan menyakitkan dalam jangka pendek, tapi itu bermanfaat di masa depan. Tapi rasa sakit jangka pendek mungkin bertahan lebih lama karena pesimisme terlanjur menyebar dan membuat perekonomian semakin buruk. Jatuhnya perekonomian mungkin berlangsung hingga beberapa tahun. Itu tidak hanya menyebabkan krisis ekonomi, tetapi juga krisis sosial di mana kemiskinan, kerusuhan dan kejahatan melonjak.
Kekurangan kebijakan penghematan
Para pengkritik berargumen penghematan menyakitkan, tidak hanya perekonomian tetapi juga kondisi sosial di sebuah negara. Kenaikan pajak membuat rumah tangga memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan.
Rumah tangga lebih pesimis. Meski mereka telah bekerja keras untuk menghasilkan uang, mereka tidak dapat menikmatinya karena harus membayar pajak yang lebih tinggi.
Selanjutnya, pemangkasan pengeluaran pemerintah berdampak pada pemotongan program-program sosial seperti layanan kesehatan dan layanan kesejahteraan. Itu tentu saja merugikan masyarakat kelas bawah yang selama ini mengandalkan program semacam itu.
Menjalankan program penghematan di tengah kelesuan ekonomi hanya akan menghasilkan kondisi semakin buruk. Peningkatan pajak dan pemangkasan pengeluaran pemerintah mengakibatkan penurunan permintaan agregat. Turunnya permintaan agregat menyebabkan pertumbuhan ekonomi semakin jatuh dan dapat mengarah pada resesi. Itu menghasilkan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dan memperburuk prospek pendapatan.
Manfaat kebijakan penghematan
Sebaliknya, para pendukung mengatakan kebijakan penghematan adalah sangat penting. Melambungnya utang pemerintah dapat melumpuhkan perekonomian ke depan. Meski langkah-langkah penghematan sebagai langkah tidak populer, tetapi itu perlu agar perekonomian berjalan pada jalur yang sehat.
Utang tinggi mengarah pada suku bunga tinggi di dalam perekonomian. Kondisi tersebut membebani pertumbuhan dalam jangka panjang. Rumah tangga dan bisnis harus membayar beban bunga tinggi ketika mengajukan pinjaman baru atau menerbitkan obligasi.
Oleh karena itu, memangkas defisit dan utang adalah langkah yang lebih baik untuk mendukung kinerja ekonomi jangka panjang. Ketika suku bunga turun seiring penurunan utang, itu akan mendorong swasta untuk berinvestasi.
Investasi menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan. Masyarakat lebih makmur. Bisnis juga melihat perbaikan keuntungan. Itu ada akhirnya menciptakan lebih banyak pendapatan pajak.