Contents
Apa itu: Krisis ekonomi (economic crisis) merujuk pada kemerosotan ekonomi yang muncul secara tiba-tiba. Pemicunya dapat mengambil beragam bentuk seperti krisis utang, krisis perbankan, pecahnya gelembung aset, dan krisis neraca pembayaran.
Misalnya, krisis utang terjadi ketika risiko gagal bayar melonjak. Kemampuan pemerintah untuk membayar kembali utang jatuh. Utang pemerintah meningkat drastis, lebih tinggi daripada peningkatan pendapatan pajak. Pemerintah tidak dapat meminjam uang lagi karena orang-orang kehilangan kepercayaan pada kemampuan pemerintah untuk membayar.
Beberapa ekonom berpendapat bahwa sebagian besar resesi atau depresi ekonomi berawal dari krisis keuangan. Salah satu contoh penting adalah Depresi Hebat, yang mana berawal dari bank run dan crash pasar saham.
Krisis subprime mortgage 2008-2009 juga memicu resesi hebat di Amerika Serikat. Efeknya menyebar ke seluruh dunia. Penyebabnya adalah pecahnya gelembung real estat. Harga real estate telah meningkat begitu tinggi sehingga melampaui nilai wajarnya. Dan, tiba-tiba harganya jatuh. Itu memicu kepanikan dalam perekonomian karena besarnya uang yang diinvestasikan ke real estate.
Krisis berdampak pada aktivitas ekonomi dan memunculkan sejumlah masalah sosial politik. Pertumbuhan PDB merosot, tingkat pengangguran melonjak dan banyak orang kehilangan uang mereka. Kemiskinan dan kelaparan meningkat, memunculkan masalah kejahatan dan kerusuhan. Di beberapa negara, krisis menyebabkan pelengseran pemerintah yang sedang berkuasa.
Jenis krisis ekonomi
Banyak ekonom menawarkan teori tentang bagaimana krisis ekonomi muncul, berkembang dan menjalar dalam perekonomian. Mereka juga mengajukan beberapa opsi untuk mencegah efek yang lebih buruk.
Tapi, tidak ada konsensus atau formula yang tepat. Krisis terus terjadi dari waktu ke waktu.
Secara umum, krisis ekonomi dapat mengambil beragam bentuk. Saya akan mencoba membahas lima diantaranya, yakni:
- Krisis mata uang
- Krisis perbankan
- Gelembung aset
- Krisis neraca pembayaran
- Krisis utang
Krisis mata uang
Krisis mata uang dianggap sebagai bagian dari krisis keuangan. Krisis mata uang terjadi ketika nilai tukar sebuah mata uang terhadap mata uang lainnya jatuh. Dengan kata lain, itu adalah depresiasi mata uang, hanya saja berlangsung parah.
Krisis mata uang mungkin akibat hiperinflasi. Daya beli mata uang domestik terhadap barang dan jasa merosot. Orang lagi tidak percaya dengan mata uang domestik. Mereka menjual mata uang domestik dan menukarnya dengan mata uang yang lebih stabil seperti dolar AS. Sebagai hasilnya, nilai tukar mata uang domestik terhadap dolar AS jatuh.
Krisis mata uang mungkin juga terjadi karena aktivitas spekulasi. Spekulan menyerang mata uang lemah, terutama negara dengan fundamental ekonomi yang lemah. Target biasanya adalah negara yang:
- Mengadopsi sistem nilai tukar tetap
- Menjalankan defisit ganda (defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan)
- Cadangan devisa kecil
Negara-negara tersebut rentan terhadap spekulasi kecil di pasar nilai tukar. Cadangan devisa tidak mencukupi untuk intervensi dan meredam efek serangan spekulan. Sebagai hasilnya, nilai tukar terdepresiasi.
Depresiasi meningkatkan utang dalam denominasi mata uang asing, katakanlah dolar AS. Pemerintah dan bisnis harus mengumpulkan lebih banyak uang untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo.
Bisnis berusaha menghindari lonjakan beban utang dengan membeli dolar. Langkah tersebut mungkin menyelamatkan mereka dari gagal bayar. Tapi, itu memiliki konsekuensi lain. Pembelian dolar semakin memperparah kejatuhan nilai tukar.
Krisis perbankan
Krisis biasanya berawal dari bank run, yakni ketika penabung tiba-tiba menarik simpanan mereka dari bank. Kepanikan semacam itu mungkin karena mereka tidak percaya terhadap daya beli mata uang domestik sebagaimana selama hiperinflasi. Atau, mereka tidak percaya lagi pada bank karena masalah insolvent.
Selama hiperinflasi, daya beli mata uang jatuh. Orang lebih suka memegang uang tunai karena dapat menggunakannya sewaktu-waktu. Itu memicu penarikan masif simpanan di bank.
Bank kesulitan untuk membayar kembali simpanan. Mereka biasanya hanya menyisihkan sebagian kecil simpanan sebagai cadangan. Sisanya, mereka pinjamkan ke rumah tangga atau bisnis. Bank, tentu saja tidak dapat menarik tiba-tiba pinjaman mereka.
Penarikan simpanan secara tiba-tiba membuat bank bangkrut. Itu memicu kepanikan, tidak hanya di antara penabung tetapi juga bank lainnya. Bank-bank biasanya saling terhubung misalnya melalui pinjaman antar bank. Situasi semacam itu kemudian mengarah pada kepanikan perbankan dan krisis sistemik.
Gelembung aset
Krisis biasanya terjadi ketika gelembung aset tiba-tiba pecah. Aset dapat mengambil beragam bentuk seperti saham atau real estate. Signifikansi efeknya tergantung pada seberapa besar uang yang diinvestasikan ke aset-aset tersebut. Semakin besar uang yang diinvestasikan semakin parah efeknya.
Gelembung aset berlangsung ketika harga aset terus melonjak secara cepat, jauh melebihi fundamentalnya. Harga sudah tidak lagi masuk akal dan jauh melebihi nilai wajarnya. Salah satu penyebabnya adalah aktivitas spekulasi.
Spekulan berusaha mengambil keuntungan dari kenaikan harga dalam jangka pendek. Mereka membeli aset hanya berdasarkan harapan bahwa mereka nantinya dapat menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Pembelian membuat harga semakin meroket.
Karena telah melebihi fundamentalnya, harga tiba-tiba jatuh. Itu memicu kepanikan, tidak hanya di kalangan spekulan tetapi investor jangka panjang lainnya. Rumah tangga kehilangan sebagian kekayaan mereka, begitu juga dengan bisnis.
Krisis neraca pembayaran
Krisis ini terjadi ketika suatu negara tidak mampu membayar impor atau melayani pembayaran utang luar negerinya. Kejatuhan nilai tukar biasanya akan menyertai krisis.
Salah satu sumber penyebab krisis neraca pembayaran adalah aliran modal jangka pendek (atau kita sebut sebagai hot money). Investasi asing mengalir ke perekonomian domestik untuk mengambil keuntungan dari pertumbuhan ekonomi yang cepat. Orang asing memburu aset-aset seperti saham dan obligasi.
Sementara yang lain lebih berorientasi jangka panjang. Mereka berinvestasi langsung dengan membangun fasilitas produksi atau akuisis perusahaan domestik.
Jika kondisi perekonomian melemah (misalnya kontraksi), itu mendorong investasi asing jangka pendek keluar dari pasar domestik. Arus keluar modal menghasilkan depresiasi mata uang yang tajam.
Pemerintah mencoba mengintervensi nilai tukar menggunakan cadangan devisa. Tapi, itu mungkin tidak berhasil karena arus modal keluar yang masif.
Pemerintah kemudian mengambil opsi lainnya, misalnya dengan menaikkan suku bunga. Harapannya kenaikan suku bunga mencegah penurunan lebih lanjut dalam nilai mata uang. Tapi, kenaikan suku bunga yang tajam pada akhirnya hanya akan semakin menekan perekonomian domestik dan mengurangi kepercayaan investor.
Krisis utang
Krisis utang muncul ketika risiko gagal bayar meningkat. Utang melonjak karena pemerintah menjalankan defisit anggaran yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Pada saat yang sama, kemampuan untuk meningkatkan pendapatan pajak terbatas.
Tingginya utang membuat kemampuan pemerintah untuk membayar bunga dan pokok jatuh. Kepercayaan investor terhadap kesinambungan perekonomian domestik merosot.
Krisis utang Eropa sejak 2010 adalah contohnya. Beberapa negara anggota zona euro Yunani dan Spanyol tidak dapat membayar kembali utang mereka. Mereka kemudian terpaksa meminta bantuan pihak ketiga seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan International Monetary Fund (IMF).
Kreditur tersebut memaksa pemerintah untuk menerapkan kebijakan penghematan dan disiplin fiskal. Mereka harus mengurangi tingkat defisit anggarannya melalui kenaikan pajak dan penurunan pengeluaran pemerintah.
Dampak krisis ekonomi
Krisis ekonomi berdampak luas terhadap perekonomian dan bahkan kondisi sosial masyarakat. Saya akan mencoba merinci beberapa efek negatifnya:
- Lonjakan tingkat pengangguran. Krisis ekonomi mengarah pada resesi atau bahkan depresi. Bisnis memangkas output karena lemahnya permintaan. Mereka mulai rasionalisasi biaya produksi dengan memecat sebagian pekerjanya.
- Jatuhnya kekayaan rumah tangga. Pendapatan masyarakat jatuh karena tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Mereka yang masih bekerja mungkin juga harus menerima gaji yang lebih rendah seiring langkah efisiensi dan rasionalisasi biaya operasi oleh bisnis. Kejatuhan aset semakin memperburuk keadaan dan memerosotkan kekayaan rumah tangga. Mereka menanggung kerugian modal dan tidak lagi menerima pembayaran rutin seperti dividen.
- Jatuhnya keuntungan bisnis. Permintaan barang dan jasa merosot seiring dengan jatuhnya pendapatan dan kekayaan rumah tangga. Jatuhnya permintaan membuat sebagian besar fasilitas produksi menganggur. Bisnis tidak dapat beroperasi pada skala ekonomis, meningkatkan biaya unit produk.
- Krisis sosial. Tingkat kemiskinan melonjak seiring jatuhnya pendapatan dan kekayaan rumah tangga. Itu memicu peningkatan masalah sosial seperti kejahatan dan kelaparan.
Bacaan selanjutnya
- Depresi Ekonomi: Penyebab, Contoh, Efek, Solusi yang Mungkin
- Ekspansi Ekonomi: Definisi, Karakteristik, Faktor Pemicu, Dampak
- Fase Palung Dari Siklus Bisnis: Definisi dan Karakteristiknya
- Fase Puncak Siklus Bisnis: Arti, Karakteristik
- Keruntuhan Ekonomi: Tanda, Penyebab, dan Contoh
- Kontraksi Ekonomi: Definisi, Penyebab dan Dampaknya
- Krisis Ekonomi: Jenis dan Dampaknya
- Ledakan Ekonomi: Definisi, Ciri-Ciri, Dampak
- Pemulihan Ekonomi: Definisi, Jenis dan Karakteristiknya
- Resesi Ekonomi: Penyebab, Efek, dan Kemungkinan Solusi
- Siklus Bisnis Riil: Konsep, Asumsi, Penyebab, Kritik
- Siklus Bisnis: 4 Fase, Karakteristik dan Efeknya
- Siklus Kondratieff: Definisi, Rincian Siklus dan Kritik