Contents
Pemangku kepentingan memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda, yang mana seringkali bertolak belakang. Konflik pemangku kepentingan terjadi karena ketidaksepahaman kepentingan antar pemangku kepentingan. Ada beberapa contoh untuk menjelaskannya.
Misalnya, karyawan menginginkan gaji lebih tinggi. Sebaliknya, pemegang saham tidak menyukainya karena kenaikan gaji menurunkan profitabilitas, mengurangi dividen kepada mereka. Selain itu, profitabilitas yang lebih rendah juga bisa berdampak pada harga saham perusahaan, menurunkan potensi capital gain.
Ambil contoh lainnya. Keputusan bisnis untuk merelokasi fasilitas produksi ke luar negeri disukai oleh pemegang saham karena membuat operasi lebih efisien. Tapi, karena mengurangi penciptaan lapangan kerja, pemerintah kurang senang dengan keputusan tersebut. Begitu juga, staf juga tidak suka karena potensial untuk kehilangan pekerjaan.
Menangani konflik seringkali menimbulkan dilema dalam pengambilan keputusan karena masing-masing berkontribusi terhadap kesuksesan bisnis. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah yang terukur untuk menangani pemangku kepentingan secara bijak.
Analisis pemangku kepentingan
Konflik antar pemangku kepentingan mengharuskan perusahaan untuk membuat prioritas. Mereka harus mengelola konflik dan berurusan secara adil dengan kepentingan dan harapan pemangku kepentingan. Sebelum menetapkan prioritas, mereka harus menganalisis siapa saja pemangku kepentingan perusahaan, apa kepentingan mereka, dan seberapa strategis pengaruh mereka terhadap perusahaan.
Cara pertama adalah dengan memetakan pemangku kepentingan untuk memilah mana yang strategis dan mana yang tidak. Seberapa strategis mereka tergantung pada seberapa kuat kepentingan mereka dan seberapa signifikan pengaruh mereka terhadap perusahaan.
Analisis berguna untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pemangku kepentingan perusahaan. Itu membantu untuk menilai seberapa strategis masing-masing pemangku kepentingan bagi perusahaan.
Analisis pemangku kepentingan berguna untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pemangku kepentingan perusahaan. Itu membantu perusahaan untuk memetakan siapa pemangku kepentingan strategis dan siapa yang bukan.
Evaluasi semacam itu penting untuk membantu manajemen dalam memprioritaskan kebijakan dan mengembangkan strategi untuk menangani mereka. Sehingga, mereka bisa mempertimbangkan dan mendahulukan pemangku kepentingan strategis terlebih dahulu sebelum pemangku kepentingan yang kurang strategis dan bukan sebaliknya.
Peta pemangku kepentingan
Peta pemangku kepentingan adalah alat untuk membantu perusahaan dalam menganalisis pemangku kepentingan mereka. Kadang kita juga menyebutnya sebagai matriks prioritas pemangku kepentingan (stakeholder priority matrix).
Matriks mengkategorikan dan mengelompokkan pemangku kepentingan berdasarkan seberapa strategis mereka bagi perusahaan. Itu menggunakan dua ukuran:
- Kepentingan mereka di perusahaan
- Kekuatan mereka untuk mempengaruhi perusahaan
Masing-masing variabel memiliki dua atribut, yakni kepentingan rendah vs. kepentingan tinggi dan pengaruh rendah vs. pengaruh tinggi. Seperti apa peta pemangku kepentingan, anda bisa melihatnya di bawah ini.
Melalui peta semacam itu, perusahaan seharusnya menempatkan prioritas tertinggi ke mereka yang strategis bagi kesuksesan perusahaan. Mereka signifikan mempengaruhi perusahaan.
Misalnya, perusahaan harus mengelola secara dekat “promoters” karena mereka memiliki kepentingan yang besar dan pengaruh yang kuat terhadap kesuksesan perusahaan. Sehingga, perusahaan harus menjalin hubungan kuat dalam jangka panjang dengan mereka.
Mengelola dan mengatasi konflik pemangku kepentingan
Perusahaan membutuhkan manajemen pemangku kepentingan untuk berurusan secara adil dengan pemangku kepentingan dan mengakomodasi kepentingan mereka secara optimal demi menjaga hubungan jangka panjang yang baik. Melalui peta di atas, perusahaan mengidentifikasi siapa saja pemangku kepentingan mereka, mengidentifikasi kepentingan mereka, menentukan signifikansi mereka, membuat prioritas, dan mengelola hubungan dengan mereka.
Namun, menangani konflik tidak semudah seperti dalam teori. Oleh karena itu, tidak semua perusahaan sukses menangani konflik.
Ada beberapa solusi berguna untuk mengatasi berbagai konflik pemangku kepentingan, termasuk:
- Partisipasi karyawan (employee participation)
- Skema bagi hasil (profit-sharing scheme)
- Skema kepemilikan saham (share-ownership scheme)
- Arbitrasi (arbitration)
Partisipasi karyawan (employee participation)
Meningkatkan partisipasi karyawan bias menjadi cara untuk mengurangi konflik antara karyawan dengan manajemen. Bagaimana melakukannya bisa melalui beberapa cara. Misalnya adalah dengan memperbaiki komunikasi melalui pertemuan regular dan umpan balik.
Delegasi dalam pengambilan keputusan adalah contoh lainnya. Memberi kesempatan karyawan untuk mengambil keputusan terkait area mereka tidak hanya meningkatkan keterlibatan mereka dalam pekerjaan mereka. Tapi, itu juga menjadi faktor pemotivasi untuk membuat mereka lebih bersemangat.
Delegasi juga penting untuk pengambilan keputusan yang cepat dan efektif. Karyawan lebih tahu masalah di sekitar mereka. Sehingga, pengambilan keputusan oleh mereka bisa jadi lebih baik untuk mengatasi masalah daripada manajer mereka.
Cara lain untuk meningkatkan keterlibatan dan partisipasi karyawan adalah melalui pengembangan profesional. Karyawan senang jika mereka memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi profesional. Selain berkontribusi pada kepuasan kerja, pengembangan profesional penting untuk peningkatan produktivitas dan inovasi.
Skema bagi hasil (profit-sharing scheme)
Perusahaan berbagi keuntungan tidak hanya kepada pemegang saham tapi juga karyawan dan manajemen. Itu mengurangi kecemburuan di antara karyawan dan manajemen karena mereka mendapatkan lebih sedikit bagian untuk seluruh upaya mereka dalam memaksimalkan keuntungan.
Skema bagi hasil melibatkan perusahaan membagikan bonus yang mana didasarkan pada keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Berapa bonus yang diterima oleh masing-masing karyawan mungkin bervariasi, tergantung pada kinerja dan pencapaian mereka.
Skema kepemilikan saham (share-ownership scheme)
Skema kepemilikan saham menjadi alternatif selain skema bagi hasil. Perusahaan menawarkan kepada karyawan dan manajemen untuk memiliki perusahaan. Dengan kata lain, mereka juga menjadi pemegang saham. Program terkenalnya adalah employee stock ownership plan (ESOP) dan management stock ownership plan (MSOP).
ESOP dan MSOP bisa menjadi cara untuk mengkompromikan kepentingan antara karyawan dan manajemen dengan pemegang saham. Di satu sisi, kedua program memotivasi karyawan dan manajemen untuk bekerja lebih produktif karena pada akhirnya berkontribusi untuk meningkatkan kekayaan mereka melalui kenaikan harga saham perusahaan.
Di sisi lain, pemegang saham yang ada juga senang karena nilai kekayaan mereka juga meningkat. Kenaikan harga saham membuat mereka memperoleh capital gain yang lebih tinggi. Selain itu, mereka potensial untuk mendapatkan dividen lebih besar karena keuntungan perusahaan lebih tinggi akibat peningkatan produktivitas.
Arbitrasi (arbitration)
Arbitrasi adalah solusi untuk menyelesaikan perselisihan industrial antara karyawan (melalui serikat pekerja) dan manajemen dengan menghadirkan pihak ketiga independen (arbitrator).
Arbitrator adalah tidak memiliki kepentingan dengan pihak yang berkonflik. Sehingga, mereka adalah independen dan tidak memihak dalam membuat keputusan yang mengikat dalam menyelesaikan perselisihan berdasarkan bukti yang diajukan oleh para pihak.