Contents
Mengapa pemangku kepentingan penting sebenarnya secara sekilas bisa kita tahu dari definisinya. Mereka adalah pihak-pihak yang tidak hanya memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Tapi, mereka juga mempengaruhi perusahaan.
Ada banyak cara pengaruh mereka bekerja. Misalnya, pelanggan adalah pemangku kepentingan primer karena bisnis memperoleh uang dari mereka. Begitu juga, pemasok juga merupakan pemangku kepentingan primer karena memproduksi produk membutuhkan input dari mereka.
Pemangku kepentingan tersebut juga memiliki kepentingan. Mereka berharap perusahaan bisa memenuhinya. Jika kepentingan mereka tidak terpenuhi, mereka kecewa dan bisa merugikan perusahaan.
Misalnya, konsumen menolak membeli produk. Sehingga, tidak ada uang masuk ke bisnis. Situasi ini bisa berbahaya karena bisa mengarah pada kegagalan bisnis.
Siapa itu pemangku kepentingan?
Pemangku kepentingan (stakeholders) merujuk pada semua pihak yang memiliki kepentingan langsung atau tidak langsung terhadap sebuah perusahaan. Tindakan, keputusan atau kinerja perusahaan bisa mempengaruhi mereka. Dan sebaliknya, ketertarikan mereka terhadap perusahaan juga mempengaruhi strategi, keputusan dan operasinya.
Pemangku kepentingan termasuk mereka yang berada di dalam organisasi seperti: karyawan dan manajemen. Contoh lainnya adalah pemegang saham, pelanggan, pemasok, pemerintah, kreditur, komunitas lokal, dan kelompok kepentingan khusus.
Operasi perusahaan mempengaruhi pemangku kepentingan tersebut, misalnya komunitas lokal di sekitar pabrik atau perusahaan beroperasi. Di sisi lain, mereka mungkin berkepentingan terhadap keuntungan perusahaan seperti karyawan, manajemen dan pemegang saham. Atau, mereka memiliki klaim atas aset dan pendapatan perusahaan seperti kreditur.
Mengapa pemangku kepentingan penting bagi bisnis?
Seperti dijelaskan sebelumnya, alasan utama pemangku kepentingan penting karena mereka mempengaruhi perusahaan dan memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Sebuah perusahaan bisa sukses jika bisa membangun hubungan baik dengan mereka. Dan ini membutuhkan perusahaan untuk menempatkan dan mengakomodasi kepentingan dan pengaruh masing-masing secara tepat.
Pengaruh pemangku kepentingan terhadap perusahaan
Setiap pemangku kepentingan memiliki pengaruh yang bervariasi. Seberapa besar pengaruh mereka, itu, diantaranya, bisa tergantung pada industri di mana perusahaan beroperasi atau sifat operasi mereka.
Misalnya, komunitas lokal bisa jadi lebih penting bagi manufaktur daripada perusahaan jasa konsultasi. Operasi di fasilitas manufaktur mungkin menimbulkan polusi ke masyarakat sekitar dan karena itu, menuntut tanggung jawab yang lebih tinggi.
Kemudian, beberapa pemangku kepentingan mempengaruhi perusahaan secara langsung. Semetara itu, yang lainnya mempengaruhi secara tidak langsung. Misalnya, karyawan, manajemen, pemegang saham, pelanggan dan pemasok memiliki pengaruh langsung terhadap perusahaan.
Contoh lainnya pemerintah. Kebijakan ekonomi mungkin memiliki efek tidak langsung terhadap perusahaan. Misalnya, pemerintah menaikkan suku bunga.
Kenaikan suku bunga mempengaruhi tidak langsung berdampak pada perusahaan. Melainkan, itu mempengaruhi perbankan. Suku bunga acuan yang lebih tinggi mendorong bank untuk menyesuaikan naik suku bunga yang mereka bebankan ke perusahaan. Tapi, transmisi perubahan kebijakan suku bunga ke kenaikan bunga pinjaman bank tersebut membutuhkan waktu panjang.
Signifikansi pengaruh bisa bervariasi antar bisnis. Misalnya adalah perbankan dan perusahaan pakaian dengan pemerintah sebagai pemangku kepentingan mereka.
Pemerintah memiliki pengaruh lebih kuat di industri perbankan daripada di industri pakaian. Pemerintah secara ketat mengatur industri perbankan karena berdampak signifikan terhadap perekonomian. Sebaliknya, industri pakaian mungkin memiliki dampak terhadap perekonomian yang relatif rendah.
Dan semakin tinggi pengaruh para pemangku kepentingan, semakin besar dampak mereka terhadap perusahaan. Ambil pemegang saham sebagai contoh. Jika seorang pemegang saham menguasai kepemilikan yang signifikan di sebuah perusahaan, maka menjadi semakin sulit untuk membuat keputusan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan mereka.
Kepentingan pemangku kepentingan terhadap perusahaan
Pemangku kepentingan memiliki kepentingan berbeda terhadap perusahaan. Dan mereka ingin perusahaan memenuhi kepentingan mereka.
Misalnya, pelanggan berkepentingan pada harga dan kualitas produk. Mereka ingin perusahaan menjual produk pada kualitas yang tinggi tapi pada harga yang rendah. Tapi, memenuhi tuntutan mereka bisa mengakibatkan profitabilitas yang rendah bagi perusahaan.
Sementara itu, pemasok berkepentingan terhadap pembayaran tepat waktu dan pesanan reguler. Mereka juga berkepentingan terhadap pembelian besar karena mereka bisa menghemat biaya seperti pergudangan dan pengiriman.
Kemudian, karyawan memiliki kepentingan yang berbeda dari pemegang saham. Karyawan berkepentingan terhadap keamanan kerja, gaji dan kondisi kerja. Sedangkan pemegang saham berkepentingan terhadap keuntungan, pembayaran dividen dan harga saham perusahaan, dan tata kelola yang baik.
Terakhir, kreditur berkepentingan untuk menerima pelunasan pokok beserta bunganya tepat waktu. Jika perusahaan gagal untuk memenuhi kewajiban keuangannya, mereka bisa mengajukan kebangkrutan terhadap perusahaan.
Kontribusi pemangku terhadap perusahaan
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, masing-masing pemangku kepentingan memiliki pengaruh dan kontribusi. Misalnya, perusahaan menghasilkan uang dengan menjual produk ke pelanggan. Sehingga, perusahaan harus memuaskan mereka untuk mengamankan uang terus mengalir masuk.
Memuaskan pelanggan membutuhkan perusahaan menawarkan produk yang unggul. Perusahaan mungkin menjual produk standar pada harga yang lebih rendah daripada pesaing. Atau, mereka menawarkan produk unik pada harga premium.
Perusahaan menggunakan uang yang mereka peroleh untuk beberapa pengeluaran. Misalnya, mereka menggunakannya untuk membeli bahan baku dan barang modal dari pemasok dan membayar upah kepada karyawan.
Selain itu, perusahaan menggunakan uang dari penjualan untuk membayar kreditor tepat waktu. Kemudian, uang terisa bisa didistribusikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan sebagai sebagai modal internal di masa depan (laba ditahan).
Terkadang, uang dari penjualan tidak cukup untuk menopang pertumbuhan di masa depan. Dan modal internal mereka tidak memadai. Oleh karena itu, perusahaan mengumpulkan dana dari investor dengan menerbitkan saham atau surat utang.
Dengan dana tersebut, mereka dapat membeli barang modal, membangun pabrik baru, atau mengakuisisi perusahaan lain. Sebagai hasilnya, ukuran bisnis dan skala operasi perusahaan meningkat.
Ketidakselarasan antar pemangku kepentingan
Masing-masing pemangku kepentingan dan tujuan berbeda. Bahkan, mereka seringkali bertentangan satu sama lain. Situasi ini kemudian memunculkan konflik kepentingan.
Misalnya, karyawan meminta kenaikan gaji yang tinggi. Kenaikan tersebut tidak disukai oleh pemegang saham. Gaji yang lebih tinggi menurunkan profitabilitas, yang mana berarti lebih sedikit dividen kepada mereka.
Konflik kepentingan adalah hal yang lazim. Perusahaan harus bisa menangani itu dan mengelolanya secara bijak.
Misalnya, perusahaan seharusnya tidak hanya berfokus pada tanggung jawab kepada pemegang saham, yang mana umum dalam pemikiran konvensional. Tapi, mereka juga harus menghormati pemangku kepentingan lainnya, dalam contoh di atas adalah karyawan.
Misalnya, perusahaan membutuhkan karyawan untuk mengoperasikan bisnis. Katakanlah, penolakan kenaikan gaji karyawan bisa mengakibatkan motivasi dan semangat mereka turun. Akhirnya, itu bisa menurunkan produktivitas dan meningkatkan retensi.
Bagaimanapun, masing-masing pemangku kepentingan memberikan kontribusi spesifik dan strategis bagi kesuksesan perusahaan. Di sisi lain, mereka berharap kepentingan mereka dipenuhi oleh perusahaan.
Menjalin hubungan kuat dengan pemangku kepentingan mungkin mengharuskan perusahaan untuk memberikan perhatian pada porsi yang tepat, tergantung pada seberapa strategis masing-masing. Sehingga, perusahaan seharusnya memetakan pemangku kepentingan berdasarkan kepentingan mereka dan signifikansi pengaruh mereka terhadap perusahaan sebelum sebelum merancang kebijakan atau program untuk masing-masing.