Contents
Apa itu: Obligasi yang dijaminkan atau obligasi sekuritisasi (securitized bonds) adalah obligasi di mana pembayaran kupon dan bunga berasal dari kumpulan aset dasar lainnya. Sebagai contoh, bank menggabungkan hipoteknya ke dalam efek utang. Efek ini adalah apa yang kita sebut obligasi sekuritisasi.
Dalam model sederhana dari obligasi sekuritisasi
Dari penerbitan obligasi, bank mendapat uang segar. Mereka dapat menggunakannya untuk mengeluarkan hipotek baru atau jenis pinjaman lainnya.
Di sisi lain, bank menggunakan uang pembayaran hipotek dari debitur untuk membayar kupon dan pemegang obligasi utama. Dengan kata lain, debitur hipotek secara tidak langsung membayar pemegang obligasi. Oleh karena itu, bank mentransfer risiko dari neraca mereka ke pasar utang melalui penjualan obligasi sekuritisasi.
Itu berbeda dengan obligasi konvensional, yang dibayar bank dengan sumber kas internal. Dalam obligasi ini, kas internal yang tidak mencukupi dapat menyebabkan bank gagal bayar.
Sebaliknya, dalam obligasi sekuritisasi, risiko hipotek kredit macet dapat menyebabkan gagal bayar (default) pada obligasi. Dalam kasus-kasus ekstrem, bank mungkin tidak memiliki cukup kas internal. Namun, itu tidak menyebabkan default ketika debitur masih lancar membayar cicilan hipotek.
Model kompleks melibatkan pihak ketiga
Bagian di atas adalah model paling sederhana tentang cara kerja obligasi sekuritisasi. Cara kerja sekuritisasi lebih rumit. Lembaga keuangan sebagai penerbit atau pencetus atau originator (misalnya, bank) tidak secara langsung menerbitkan obligasi. Ini melibatkan pihak ketiga, yaitu Special Purpose Vehicle (SPV).
SPV adalah entitas yang terpisah dan siap untuk membeli aset dari lembaga keuangan. Mereka adalah entitas khusus yang menangani sekuritisasi aset. Dua contoh SPV tertua dan paling terkenal adalah Fannie Mae dan Freddie Mac di Amerika Serikat.
Bank menjual aset ke SPV dan menerima uang tunai. Itu berarti bank mentransfer aset dari neraca ke SPV, yang akan menstrukturisasi menjadi obligasi. SPV menerbitkan obligasi ini untuk mengumpulkan dana. Mereka menggunakan dana itu untuk membayar pembelian aset bank.
Jenis instrumen sekuritisasi
Penerbit dapat menggunakan aset apa pun asalkan menghasilkan arus kas. Contoh paling umum adalah hipotek. Sekuritisasi hipotek dikenal sebagai mortgage-based securities (MBS) atau di Indonesia dikenal dengan istilah efek beragun hipotek.
Tidak hanya hipotek, tetapi penerbit juga dapat menggunakan arus kas masuk dari beberapa aset. Contohnya adalah pinjaman mobil, pinjaman mahasiswa, pendapatan jalan tol, piutang usaha, pembiayaan kartu kredit, penyewaan peralatan, dll. Obligasi dengan aset non-hipotek disebut asset-backed securities (ABS) atau di Indonesia, dikenal dengan istilah efek beragun aset (EBA).
Manfaat obligasi sekuritisasi
Obligasi sekuritisasi memungkinkan originator untuk meningkatkan leverage operasional mereka. Arus kas mereka tidak berkurang karena tidak membayar pemegang obligasi menggunakan kas internal alih-alih dari cicilan pinjaman hipotek.
Dengan mentransfer aset dan menerima arus kas, likuiditas originator meningkat. Oleh karena itu, mereka dapat memberikan pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Pinjaman yang lebih murah pada akhirnya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, untuk perantara seperti SPV, mereka mendapat manfaat dari spread, yang mana merupakan perbedaan antara tingkat bunga yang timbul ketika membeli aset dari bank dan tingkat bunga pada penerbitan obligasi.
Bagi investor, obligasi sekuritas menawarkan diversifikasi alternatif. Mereka memperoleh sumber pendapatan tetap selain dari sumber pendapatan tetap konvensional, seperti obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.