Contents
Apa itu: Pembagian kerja (division of labor) berarti membagi pekerjaan yang diperlukan untuk menghasilkan produk menjadi beberapa tugas yang berbeda dan saling tergantung. Perusahaan memecah sistem produksi yang kompleks menjadi beberapa unit. Mereka kemudian menetapkan tugas dan pekerja di masing-masing unit. Masing-masing pekerja memiliki pekerjaan yang unik dan rutin namun saling terkait dengan unit lainnya.
Pembagian kerja memungkinkan sistem menjadi lebih produktif. Pekerja semakin mahir dan mengerjakan tugas semakin cepat. Akhirnya, perusahaan dapat meningkatkan output pada skala yang signifikan.
Pentingnya pembagian kerja
Kita harus membuat pilihan dalam menggunakan sumber daya kita yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang tidak terbatas. Oleh karena itu, kita harus menggunakan sumber daya tersebut dengan cara yang seefisien mungkin.
Produksi dikatakan efisien jika kita dapat menghasilkan lebih banyak output dengan input yang sama. Dengan kata lain, kita harus lebih produktif. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan spesialisasi, yaitu dengan membagi tenaga kerja menurut keterampilan dan tugas.
Spesialisasi membutuhkan perusahaan untuk membagi operasi bisnis menjadi berbagai tugas spesifik. Dalam bisnis manufaktur mobil misalnya, itu melibatkan membagi sistem produksi ke dalam beberapa stasiun di sepanjang jalur perakitan. Di masing-masing stasiun, pekerja memiliki tugas spesifik. Mereka melakukan pekerjaan yang sama secara rutin.
Sementara itu, dalam bisnis jasa, spesialisasi membutuhkan perusahaan untuk membagi operasi bisnis menjadi beberapa area fungsional, seperti pemasaran, keuangan, sumber daya manusia dan operasi (penyediaan jasa). Masing-masing membutuhkan pekerja dengan keterampilan dan melakukan tugas fungsional yang berbeda.
Karena setiap pekerja melakukan tugas tertentu, mereka akan menjadi semakin terampil melakukannya dari waktu ke waktu. Dan, spesialisasi pada akhirnya mengarah pada output per pekerja yang lebih tinggi.
Sejarah pembagian kerja
Kemajuan teknis dalam produksi telah menghasilkan barang dan jasa dalam skala yang besar. Sistem produksi yang sangat kompleks dipecah menjadi serangkaian tugas dan masing-masing pekerja berspesialisasi untuk masing-masing tugas.
Sebenarnya, kita telah membagi kerja sejak zaman kita sebagai pemburu dan pengumpul. Pada saat itu, tugas dibagi berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Kemudian, pembagian kerja menjadi bagian penting masyarakat setelah Revolusi Pertanian. Pada saat itu, kita mengalami surplus makanan untuk pertama kalinya. Pada saat tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk mendapatkan makanan, mereka diizinkan untuk berspesialisasi dan melakukan tugas-tugas lain.
Tapi, konsep ini menjadi populer selama Revolusi Industri. Pemanufaktur memecah sistem produksi menjadi unit kerja spesifik di jalur perakitan. Mereka menugaskan pekerja berbeda ke setiap stasiun. Dan masing-masing stasiun memiliki tugas spesifik. Ketika selesai dari satu stasiun, produk bergerak ke stasiun selanjutnya. Proses ini terus berlanjut hingga produk akhir diselesaikan.
Konsep ini muncul setelah Adam Smith menulis pada akhir abad ke-18 tentang mengapa membagi pekerjaan di pabrik adalah penting. Dia menyarankan pemanufaktur membagi proses produksi di pabrik menjadi beberapa tugas yang berbeda untuk mendapat manfaat yang lebih tinggi. Masing-masing orang melakukan tugas yang spesifik. Karena fokus pada satu area, produktivitas mereka dapat meningkat. Dan sebagai hasilnya, output juga akan meningkat.
Misalnya di pabrik garmen, setiap bagian operasi menghasilkan satu bagian item dari pakaian seperti lengan baju dan lubang kancing. Itu membuat produksi lebih cepat dan lebih murah daripada jika satu orang menyelesaikan setiap pakaian secara sendiri-sendiri.
Selain itu, pekerja juga menjadi lebih terspesialisasi. Mereka lebih cepat dalam mengerjakan tugas dan melakukannya dengan lebih baik karena telah belajar dari kesalahan masa lalu. Sehingga, spesialisasi mengarah pada peningkatan produktivitas dan kualitas produk jadi.
Kelebihan dan kekurangan pembagian kerja
Berikut kelebihan pembagian kerja:
- Memperbaiki pengalaman dan pengetahuan pekerja dengan lebih cepat karena hanya fokus pada satu atau sedikit tugas.
- Membutuhkan lebih sedikit pelatihan karena pekerja hanya perlu menguasai beberapa keterampilan untuk menjadi ahli dalam melakukan tugas.
- Lebih sedikit kesalahan dengan lebih cepat belajar dari pengalaman karena tidak harus mempelajari banyak aspek.
- Waktu yang lebih optimal karena pekerja tidak perlu pindah ke tempat atau stasiun lain untuk melakukan tugas lain
- Mengurangi tumpang tindih pekerjaan karena bisnis telah membagi proses produksi ke dalam beberapa tugas spesifik yang berbeda.
- Lebih cepat untuk meraih skala ekonomi dengan meningkatkan produktivitas pekerja yang ada.
Meskipun memungkinkan bisnis meningkatkan produktivitas, tapi penerapan pembagian kerja juga dikritik. Penerapannya secara ekstrim dapat berdampak buruk bagi perkembangan intelektual dan emosional pekerja. Mereka dapat menjadi bosan dengan sifat pekerjaan yang monoton. Kelemahan pembagian kerja lainnya adalah:
- Penurunan produktivitas karena pekerja bosan dan kurang bersemangat.
- Tidak fleksibel karena pekerja hanya dapat melakukan satu pekerjaan dan tidak dapat melakukan pekerjaan lain, misalnya untuk mengurangi kebosanan mereka.
- Pengangguran struktural karena pekerja tidak bisa beralih ke pekerjaan lain ketika perusahaan mereka bangkrut atau tutup.
- Kegagalan sistem produksi karena kerusakan mesin pada satu tahap berdampak pada semua tahap yang berurutan.
- Operasi yang terhenti jika satu pekerja tidak hadir dan tidak ada yang menggantikan.
Kemudian, beberapa solusi adalah berguna untuk mengatasi kelemahan di atas. Misalnya adalah dengan memvariasikan tugas. Itu cenderung meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dengan memberi kesempatan pekerja untuk belajar keterampilan lainya.
Kemudian, pengalaman yang lebih luas pada tugas yang berbeda juga membuat lebih banyak fleksibilitas. Pekerja bisa saling menggantikan satu sama lain selama absen karena liburan, penyakit, atau keadaan darurat.
Selain itu, pekerja juga dapat menambah keahlian sehingga lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan baru jika mereka kehilangan pekerjaan mereka saat ini. Dengan demikian, ini mengurangi potensi pengangguran struktural ketika perusahaan bangkrut atau tutup.