
Adverse supply shock atau guncangan pasokan yang merugikan adalah perubahan mendadak atas pasokan barang atau jasa. Guncangan bukan hanya berarti penurunan pasokan, tetapi juga peningkatan pasokan. Istilah ini juga disebut dengan kejutan pasokan yang merugikan.
Ketika diaplikasikan dalam makroekonomi, penurunan tersebut mempengaruhi produksi nasional. Sedangkan, jika diaplikasikan dalam lingkup mikro, guncangan hanya menyebabkan penurunan produksi pada satu atau dua perusahaan saja. Walaupun, memang, istilah ini lebih sering dikaitkan dengan makroekonomi.
Penyebab guncangan pasokan
Contoh penyebab guncangan adalah:
- Bencana alam seperti banjir, kekeringan atau gempa bumi
- Bencana akibat ulah manusia, seperti kebakaran
- Pergolakan politik besar seperti perang atau revolusi
- Faktor teknologi
- Ulah sebagian perusahaan, seperti dalam kasus kartel OPEC
Poin terakhir ini pernah terjadi pada tahun tahun 1970-an, di mana OPEC memberlakukan embargo secara besar-besaran. Anggota dari wilayah Arab mengumumkan embargo minyak sebagai bentuk perlawanan terhadap negara-negara barat yang mendukung Israel selama Perang Yom Kippur. Ini kemudian memicu krisis dan menyebabkan harga minyak melonjak hingga 400%.
Efek
Dalam jangka pendek, penurunan pasokan akan menggeser kurva penawaran agregat ke kiri. Akibatnya, output berkurang dan tingkat harga/inflasi melonjak.
Misalnya, pengenaan embargo pada perdagangan minyak akan menyebabkan guncangan pasokan yang merugikan, karena minyak merupakan input utama produksi untuk berbagai macam barang. Guncangan penawaran dapat menyebabkan sebuah stagflasi, kombinasi kenaikan harga dan penurunan output.
Sementara itu, guncangan akibat kenaikan pasokan akan menggeser kurva penawaran agregat ke kanan. Hasilnya, output meningkat dan inflasi turun.
Lonjakan pasokan dapat diakibatkan oleh kemajuan dalam teknologi (guncangan teknologi). Teknologi membuat produksi lebih efisien, sehingga meningkatkan output. Contohnya kemunculan internet dan inovasi peralatan jaringan dan perangkat lunak terkait.