Contents
Apa itu: Pengeluaran sekali pakai atau pendapatan disposabel (disposable income) adalah sisa uang yang anda miliki setelah membayar pajak. Anda dapat menggunakannya untuk ditabung atau membeli barang dan jasa.
Pendapatan disposabel penting untuk menggambarkan daya beli rumah tangga. Ketika itu meningkat, kita mengharapkan mereka akan meningkatkan belanja. Peningkatan belanja merangsang bisnis untuk meningkatkan produksi dan merekrut tenaga kerja. Sebagai hasilnya, perekonomian tumbuh, tingkat pengangguran menurun dan prospek pendapatan rumah tangga membaik.
Dari data OECD, Amerika Serikat menempati urutan pertama negara dengan pendapatan disposabel per kapita tertinggi di 2018 dengan US$53,123. Di posisi kedua dan ketiga, ada Luksemburg (US$47,139) dan Swiss (US$41,561).
Menghitung pendapatan disposabel
Pendapatan disposabel terdiri dari berbagai pendapatan anda setelah menguranginya dengan pajak. Pendapatan dapat bersumber dari gaji, capital gain, dividen saham, kupon obligasi dan termasuk pembayaran transfer dari pemerintah. Anda tidak akan menghabiskan pendapatan karena harus membayar pajak.
Anda kemudian dapat menggunakan uang sisanya untuk keperluan anda apa saja. Anda dapat menggunakannya untuk membeli produk guna memenuhi kebutuhan dan keinginan anda. Atau, anda dapat menabungnya, mengalokasikannya ke berbagai instrumen keuangan seperti saham dan reksa dana.
Secara matematis, rumus pendapatan disposabel adalah sebagai berikut:
- Pendapatan disposabel = Total pendapatan – Pajak pribadi
Sebagai contoh sederhana, asumsikan, pendapatan anda adalah sebesar Rp100. Pemerintah memungut pajak penghasilan sekitar 20%.
Mengaplikasikan rumus di atas, pendapatan disposabel anda adalah sebesar Rp80 = Rp100- (20% x Rp100). Itu tersedia untuk anda belanjakan atau tabung.
Perbedaan antara pendapatan disposabel dengan pendapatan diskresioner
Pendapatan disposabel hanya mempertimbangkan pajak sebagai pengurang karena itu adalah beban wajib anda sebagai warga negara. Namun, anda mungkin juga memiliki pengeluaran tetap lainnya dan tidak dapat ditunda, seperti hipotek, utilitas, dan kebutuhan pokok lainnya. Mereka mewakili biaya hidup, yang jika anda tidak bayar, anda akan mendapat denda atau berdampak pada kualitas kesehatan atau hidup anda.
Kita menyebut uang tersisa setelah membayar pengeluaran tetap tersebut sebagai pendapatan diskresioner. Itu mewakili uang tersisa setelah anda memenuhi semua kebutuhan tetap anda. Anda dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan sekunder lainnya.
Dalam sebuah persamaan matematis, kita dapat menulis formula pendapatan diskresioner sebagai berikut:
- Pendapatan diskresioner = Total pendapatan – Pajak pribadi – Pengeluaran rutin = Pendapatan disposabel – Pengeluaran rutin
Sebagai sebuah catatan, anda hanya memasukkan pajak pribadi sebagai pengurang pendapatan. Itu mengecualikan pajak tidak langsung lainnya, seperti pajak penjualan dan pajak pertambahan nilai (PPN).
Memang, peningkatan pajak tidak langsung dapat menurunkan daya beli. Tapi, sulit bagi kita untuk menelusuri efek pajak tidak langsung terhadap masing-masing individu.
Mengapa pendapatan disposabel penting
Pendapatan disposabel adalah indikator utama daya beli dan konsumsi rumah tangga. Perubahannya mempengaruhi permintaan barang dan jasa dan aktivitas perekonomian di berbagai negara. Pengeluaran rumah tangga mencakup bagian yang signifikan dari produk domestik bruto (PDB). Bahkan, di beberapa negara, kontribusinya mencapai lebih dari 50% PDB.
Ekonom menggunakan pendapatan disposable untuk mengidentifikasi tren tabungan dan konsumsi rumah tangga. Ketika pendapatan disposabel naik, kita mengharapkan permintaan barang dan jasa juga akan meningkat. Itu akan merangsang sektor bisnis untuk meningkatkan produksi dan merekrut lebih banyak tenaga kerja. Sebagai hasilnya, pertumbuhan ekonomi (diukur dari PDB riil) meningkat dan tingkat pengangguran menurun.
Biasanya, ekonom juga mengamati tren Indeks Harga Konsumen (IHK), sebuah ukuran kenaikan harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Jika tren inflasi IHK juga rendah, daya beli rumah tangga terhadap barang dan jasa lebih kuat. Sehingga, itu akan memperbesar dampaknya terhadap permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi.
Seberapa besar dampak konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi? Itu tergantung pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC).
MPC adalah ekstra pendapatan disposabel yang dibelanjakan rumah tangga. Semakin tinggi MPC, semakin besar pengaruh konsumsi terhadap perekonomian. Misalnya, negara A memiliki MPC 0,75 dan Negara B memiliki MPC 0,50. Jika pendapatan disposabel di kedua negara meningkat pada persentase yang sama, dampaknya akan lebih signifikan terhadap Negara A dibandingkan dengan Negara B.
Para ekonom menyebut efek ini sebagai pengganda fiskal (fiscal multiplier). Mereka merumuskannya sebagai berikut:
- Pengganda = 1 / [1-MPC (1-t)]
Di mana t adalah tarif pajak.
Penurunan pajak meningkatkan pendapatan disposabel. Itu memperbesar efek konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian. Katakanlah, tarif pajak di kedua negara turun menjadi 17%. Menggunakan rumus di atas, kita dapat menghitung efek multiplier di kedua negara sebagai berikut:
- Negara A = 1 / [1-0.75 (1-0.17)] = 2.65 kali peningkatan dalam output agregat
- Negara B= 1 / [1-0.50 (1-0.17)] = 1.71 kali peningkatan dalam output agregat
Faktor yang mempengaruhi pendapatan disposabel
Dari rumus, dapat anda lihat, dua faktor utama mempengaruhi pendapatan disposabel: pajak dan pendapatan nominal. Itu meningkat ketika:
- Tarif pajak pribadi turun
- Pendapatan nominal meningkat
Ketika pemerintah menurunkan tarif pajak, rumah tangga memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan ke barang dan jasa. Itu biasanya ketika pemerintah menjalankan kebijakan fiskal ekspansioner. Pemangkasan pajak bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi selama resesi.
Semenntara itu, banyak faktor mempengaruhi pendapatan nominal rumah tangga, tergantung dari jenis pendapatannya. Tapi, secara umum, itu terjadi selama ekonomi makmur. Pertumbuhan ekonomi yang kuat membawa lebih banyak pendapatan bagi rumah tangga.
Selama periode tersebut, prospek gaji dan pekerjaan membaik. Keuntungan bisnis juga tumbuh, memungkinkan perusahaan untuk memberikan lebih banyak dividen. Selain itu, kenaikan laba juga mendorong naik harga saham mereka, membuat rumah tangga menerima lebih banyak pendapatan dari capital gain.