Contents
Meski berlaku pada hampir sebagian besar barang-barang yang kita jumpai sehari-hari, ada pengecualian terhadap hukum permintaan. Dua diantaranya adalah barang Veblen dan barang Giffen. Mereka menunjukkan hubungan positif antara harga mereka dengan kuantitas yang diminta oleh konsumen.
Dalam beberapa kasus, konsumen tidak semata-mata mempertimbangkan harga dalam mengambil keputusan pembelian. Mereka lebih memperhitungkan aspek lain. Misalnya, mereka memperhitungkan pendapatan. Sehingga, ketika harga naik, mereka tetap menaikkan pembelian karena memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan.
Sebelum membahas pengecualian terhadap hukum permintaan, mari kita bahas secara singkat apa itu hukum permintaan dan mengapa itu penting.
Apa itu hukum permintaan?
Hukum permintaan adalah sebuah prinsip dalam mikroekonomi, menggarisbawahi hubungan terbalik antara harga dengan kuantitas yang diminta. Itu menjadi landasan untuk membangun kurva permintaan.
Konsep lainnya adalah hukum penawaran, yang mana melandasi kurva penawaran. Itu menyatakan hubungan positif antara harga dengan kuantitas yang dipasok.
Menurut hukum permintaan, kuantitas yang diminta naik ketika harga turun. Jadi, konsumen menginginkan kuantitas yang lebih banyak pada harga yang lebih rendah. Tapi, jika harus membayar pada harga lebih tinggi, mereka akan meminta lebih sedikit. Atau dengan kata lain, kuantitas yang diminta menurun ketika harga naik.
Di sisi lain, menurut hukum penawaran, penurunan harga menyebabkan kuantitas yang dipasok turun. Produsen bersedia memasok lebih sedikit. Tapi, jika harga naik, kuantitas yang dipasok meningkat karena mereka bersedia memasok lebih banyak.
Kedua kekuatan tersebut kemudian diselesaikan di pasar. Dan, kurva permintaan-penawaran mewakili kepentingan masing-masing: konsumen dan produsen. Jika kedua kurva berpotongan, itu menghasilkan ekuilibrium pasar. Di titik ekuilibrium, harga dan kuantitas ditentukan, yang mana mewakili hasil terbaik bagi konsumen dan produsen.
Cara kerja hukum permintaan
Sebagaimana telah saya sebutkan, menurut hukum permintaan, kenaikan harga membuat kuantitas yang diminta oleh konsumen akan turun. Sebaliknya, penurunan harga mendorong kuantitas yang diminta naik. Ingat, dalam menjelaskan hubungan tersebut, kita mengisolasi faktor lainnya. Kita mengasumsikan mereka konstan, tidak berubah atau ceteris paribus.
Katakanlah, di harga $10, seorang konsumen bersedia dan mampu membeli 20 unit. Tapi, jika harga naik menjadi $15, dia hanya meminta 10 unit. Sebaliknya, jika turun menjadi $5, dia meminta 30 unit.
Perlu kita ingat, ekonom mendefinisikan permintaan sebagai kesediaan konsumen untuk membeli dan didukung dengan kemampuan untuk membeli. Yang terakhir kita asosiaskan konsumen memiliki uang yang cukup untuk membeli. Ketika mereka menginginkan sebuah produk tapi tidak memiliki uang cukup, itu tidak menghasilkan permintaan. Sebaliknya, memiliki uang tapi tidak menginginkan produk juga tidak mengarah ke permintaan.
Sekarang, ambil contoh jeruk. Ketika harganya naik, pelanggan mungkin masih menginginkan produk. Tapi, mereka mungkin membatasi permintaan karena anggaran mereka tidak cukup (kemampuan untuk membayar terbatas). Sehingga, kuantitas yang diminta lebih sedikit ketika harga naik.
Sementara itu, ketika harganya turun, konsumen bisa membeli lebih banyak dengan nominal dolar yang sama. Sehingga, mereka bisa menambahkan beberapa jeruk ke keranjang belanja mereka. Bagaimanapun, harga lebih murah tidak datang dua kali. Sehingga, dengan membeli lebih banyak, mereka memiliki persediaan. Mereka bisa menyimpannya di kulkas dan mengkonsumsinya beberapa hari.
Selain itu, beberapa konsumen lain mungkin beralih dari apel ke jeruk, mempertimbangkan harganya yang lebih murah daripada sebelumnya. Ingat, dalam kasus ini, kita mengasumsikan harga apel tidak berubah. Sehingga, penurunan harga jeruk mendorong kuantitasnya yang diminta naik.
Apa saja pengecualian terhadap hukum permintaan?
Meski berlaku dalam banyak kasus, ada pengecualian terhadap hukum permintaan. Pengecualian tersebut biasanya karena konsumen tidak sepenuhnya menganggap harga sebagai pertimbangan utama. Misalnya, mereka mungkin lebih mempertimbangkan kualitas, citra diri dan pendapatan.
Tapi, sebelum kita bahas satu per satu, mari kita ulas sedikit tentang efek pendapatan dan efek substitusi. Keduanya penting ketika nanti kita membahas tentang barang Giffen dan barang Veblen.
Kedua konsep menjelaskan ke kita tentang apa yang akan terjadi dengan kuantitas yang diminta jika harga sebuah produk berubah. Kita kemudian mengaitkan itu dengan pendapatan riil konsumen dan harga relatifnya terhadap produk terkait.
Efek pendapatan. Ketika harga turun, pendapatan riil konsumen meningkat, mendorong mereka meminta lebih banyak. Dengan nominal dolar yang sama, mereka bisa membeli lebih banyak. Katakanlah, jika sebelumnya, dengan $20 di tangan, mereka mendapatkan 10 unit pada harga $2. Dan, jika harga turun menjadi $1, mereka bisa mendapatkan 20 unit.
Sebaliknya, ketika harga naik, pendapat riil jatuh, mendorong mereka mengurangi kuantitas yang diminta. Meski membeli dengan nominal dolar yang setara, mereka mendapatkan lebih sedikit. Misalnya, dalam kasus sebelumnya, jika harga naik menjadi $4, mereka hanya bisa membeli 5 unit.
Efek substitusi. Itu menjelaskan tentang bagaimana kita merubah pilihan ketika harga barang berubah. Kita akan cenderung beralih dari barang yang mahal ke yang lebih murah jika sama-sama memuaskan dan memenuhi kebutuhan yang sama.
Sekarang, kita asumsikan harga barang substitusi tidak berubah. Ketika harga sebuah produk naik, beberapa konsumen akan beralih ke produk substitusi karena harga relatif adalah lebih murah, mengurangi kuantitas yang diminta. Sebaliknya, jika harganya turun, beberapa konsumen beralih dari produk substitusi ke produk tersebut, meningkatkan kuantitas yang diminta.
Barang Giffen
Giffen Goods adalah kasus spesifik barang inferior. Sehingga, ketika pendapatan konsumen naik, permintaan terhadap mereka turun. Sebaliknya, ketika pendapatan turun, permintaan terhadap mereka naik.
Tapi, tidak seperti barang inferior lainnya, penurunan harga barang Giffen justru membuat konsumen mengurangi permintaan terhadap mereka. Sehingga, harga dengan kuantitas yang diminta memiliki korelasi positif.
Ambil contoh pakaian bekas. Konsumen biasanya mengasosiasikan penurunan harganya dengan kualitas yang lebih jelek sehingga mereka berpikir itu tidak layak untuk dipakai.
Korelasi positif semacam itu terjadi karena efek pendapatan negatif melebihi efek substitusi positif ketika harga turun. Mari kita urai. Ketika harga turun:
- Pendapatan riil naik. Tapi, karena barang Giffen adalah barang inferior, maka itu mengakibatkan kuantitas yang diminta turun. Sehingga, itu menghasilkan efek pendapatan negatif.
- Efek substitusi adalah positif. Karena harga turun, beberapa konsumen beralih dari produk substitusi ke barang Giffen, meningkatkan kuantitas yang diminta.
Jadi, jika harga barang Giffen turun, kuantitas yang diminta benar-benar menurun karena efek pendapatan melebihi efek substitusi. Sebaliknya, jika harganya naik, permintaan menjadi lebih tinggi karena efek pendapatan melebihi efek substitusi. Sebagai hasilnya, kurva permintaannya miring ke atas.
Barang Veblen
Barang Veblen adalah pengecualian kedua terhadap hukum permintaan. Tapi, mereka bukanlah barang inferior. Mereka memiliki kurva permintaan miring ke atas. Permintaan mereka naik ketika harganya meningkat. Harga yang lebih tinggi membuat mereka semakin diinginkan oleh konsumen. T
Mengapa hubungan semacam itu terjadi? Bagi kebanyakan barang, harga adalah biaya. Tapi, untuk barang Veblen, itu adalah fungsi dari utilitas atau kepuasan. Sehingga, jika harganya mahal, mereka dianggap memiliki nilai atau utilitas lebih. Sehingga, permintaan mereka meningkat.
Barang Veblen bisa kita katakan sebagai barang posisional, di mana membeli mereka menunjukkan status seseorang. Itu umum untuk konsumsi yang mencolok (conspicuous consumption). Harga lebih tinggi disukai untuk menunjukkan simbol status yang tinggi.
Barang mewah seperti berlian dan mobil mewah adalah contoh bagus. Harga lebih tinggi menunjukan prestise yang lebih tinggi, membuat konsumen kaya bisa mengaktualisasikan citra diri mereka dengan status sosial yang lebih tinggi.
Sebaliknya, jika produsen menurunkan harganya sedikit, daya tariknya bagi individu kaya berkurang. Karena mereka sadar status, harga yang lebih rendah bisa merusak citra mereka, mendorong mereka untuk menjauhinya.
Barang kebutuhan dan esensial
Dalam beberapa kasus, permintaan akan barang-barang penting tetap tidak berubah meskipun ada perubahan harga. Ambil contoh garam dapur. Ketika harga naik, konsumen tidak serta merta akan mengurangi permintaan. Sebaliknya, ketika harganya turun, mereka tidak juga akan meningkatkan permintaan.
Contoh lain adalah obat flu dan obat sakit kepala. Kita memerlukannya untuk persedian dan berjaga-jaga ketika suatu saat membutuhkannya. Kita membeli mereka bukan semata-mata pertimbangan harga, tapi ketersediaan mereka dan manfaat mereka. Sehingga, ketika harga mereka naik atau turun, itu tidak serta merta mendorong kita untuk mengurangi atau menaikkan permintaan terhadap mereka.
Ekspektasi perubahan harga
Ada kalanya, konsumen tidak mempertimbangkan harga saat ini. Alih-alih mereka melihat tren harganya di masa depan. Itu mungkin karena harga barang yang ingin mereka beli mahal dan memiliki masa ekonomi yang lama. Atau, itu karena anggaran mereka terbatas. Sehingga, mereka harus membuat keputusan yang bijak dalam membelanjakan uang. Alasan lainnya adalah membeli untuk dijual kembali bukan untuk konsumsi.
Ketika mereka mengekspektasikan harga naik di masa depan, mereka akan membelanjakan uang dan membeli lebih banyak sekarang sebelum harga naik lebih jauh. Sehingga, ketika harga saat ini sedikit menurun, itu tidak mempengaruhi keputusan belanja mereka.
Atau ketika membeli untuk dijual kembali, tren harga yang meningkat adalah peluang untuk mengambil keuntungan. Mereka membeli sekarang pada harga lebih murah dan menjualnya kembali dengan untung ketika harga naik di masa depan.
Sebaliknya, jika konsumen mengantisipasi harga turun di masa mendatang, mereka menunda pembelian untuk memanfaatkan harga yang lebih rendah. Dan, sebagaimana kenaikan harga, penurunan sedikit harga saat ini tidak mempengaruhi keputusan mereka.
Akhirnya, kuantitas yang diminta dengan harga saat ini tidak berhubungan secara terbalik. Melainkan, mereka memiliki hubungan positif. Konsumen lebih mendasarkan pembelian pada ekspektasi harga di masa depan daripada harga saat ini.
Perubahan pendapatan
Keputusan untuk membeli tidak hanya dipengaruhi oleh harga, tapi juga uang yang dimiliki oleh konsumen. Dengan kata lain, mereka kurang mempertimbangkan harga tapi lebih mempertimbangkan pendapatan mereka.
Ketika pendapatan mereka meningkat, mereka memiliki dolar lebih banyak, mendorong mereka membeli lebih banyak bahkan jika harga naik.
Ambil keputusan membeli mobil sebagai contoh. Ketika pendapatan meningkat, kita kemungkinan akan menambah mobil. Katakanlah, sekarang kita memiliki satu mobil untuk transportasi kita ke kantor. Jika pendapatan kita naik, kita bisa berencana untuk membeli mobil untuk istri atau anak kita.
Kemudian, ambil kasus spesifik selama resesi sebagai contoh lainnya. Pendapatan konsumen jatuh karena mereka menganggur. Kesempatan kerja menyusut dan sulit untuk menemukan pekerjaan baru.
Dalam situasi tersebut, konsumen harus lebih banyak berhemat dan bijak dalam mengalokasikan uang. Sehingga, meski harga secara umum berada pada tren yang menurun, mereka tidak serta merta meningkatkan permintaan.
Bacaan selanjutnya
- Kurva Permintaan: Jenis, Cara Menggambarnya Dari Fungsi Permintaan
- Alasan Kurva Permintaan Miring Ke Bawah
- Apa perbedaan pergerakan dan pergeseran kurva permintaan?
- Apa itu Hukum Permintaan? Bagaimana Cara Kerjanya?
- Tiga Asumsi yang Mendasari Hukum Permintaan
- Apa Lima Pengecualian Terhadap Hukum Permintaan?
- Apa Perbedaan Antara Perubahan Permintaan dan Perubahan Kuantitas yang Diminta?
- Permintaan Individu: Definisi, Kurvanya, Faktor Penentu
- Permintaan Pasar: Definisi, Cara Menghitung, Penentu
- Apa enam penentu permintaan non-harga? Contoh-contohnya.
- Apa saja jenis-jenis permintaan?
- Permintaan Dalam Ilmu Ekonomi: Arti dan Faktor Penentu