Perusahaan defensif (defensive stock) mengacu pada perusahaan yang penjualan dan keuntungannya kurang sensitif terhadap siklus bisnis dan kondisi ekonomi. Ketika PDB riil turun, laba mereka akan berkurang sedikit dibandingkan dengan perusahaan siklis. Namun, keuntungan mereka tidak akan meningkat secara signifikan ketika ekonomi sedang berekspansi. Contohnya adalah perusahaan makanan dan utilitas.
Lebih dalam tentang perusahaan defensif
Bagi perusahaan, permintaan terhadap produk mereka yang konstan, membuat pendapatan mereka cenderung tetap stabil selama berbagai fase siklus bisnis. Dividen dari mereka biasanya juga relatif rutin dibandingkan dengan perusahaan siklikal terlepas dari keadaan pasar saham keseluruhan.
Kinerja pertumbuhan pendapatan perusahaan defensif cenderung lebih baik daripada pasar yang lebih luas selama resesi. Sebaliknya, selama fase ekspansi, kinerja mereka cenderung di bawah pasar. Ini dikaitkan dengan permintaan produk mereka yang tidak tumbuh tinggi selama ekspansi dan tidak jatuh selama resesi.
Contoh perusahaan defensif
Kinerja perusahaan ini tidak sangat berkorelasi dengan siklus bisnis. Berikut ini adalah beberapa industri yang masuk kategori tersebut:
- Industri kesehatan. Perusahaan farmasi dan rumah sakit secara historis dianggap sebagai perusahaan yang cenderung defensif, karena akan selalu ada orang sakit yang membutuhkan perawatan. Tetapi meningkatnya persaingan dari obat-obatan baru bermerek dan generik, dan ketidakpastian seputar regulasi harga obat, menjadi tantangan bagi kinerja.
- Sektor utilitas. Sektor ini dapat mencakup berbagai subsektor termasuk, listrik, air dan gas. Semua orang membutuhkan layanan listrik, air dan gas untuk kegiatan sehari-hari.
- Produsen kebutuhan pokok. Mereka termasuk makanan, minuman, produk kebersihan, dan tembakau. Perusahaan-perusahaan ini menghasilkan arus kas yang stabil dan pendapatan yang dapat diprediksi selama ekonomi yang kuat dan lemah.
Saham perusahaan defensif
Investor biasanya mengkoleksi saham-saham yang defensive untuk mengurangi risiko akibat pelemahan ekonomi. Saham-saham seperti Unilever dianggap defensif karena selain memiliki arus kas yang kuat, mereka juga memiliki operasi yang kuat untuk menghadapi kondisi ekonomi yang melemah. Mereka juga membayar dividen, yang dapat memiliki efek meredam harga saham selama penurunan pasar.