Contents
Apa itu: Siklus bisnis (business cycle) mengacu pada fase naik dan turun output perekonomian secara berkala tetapi tidak teratur. Fasenya dapat kita lacak dari indikator aktivitas ekonomi seperti PDB riil dan pertumbuhan produksi industri. Fase-fase tersebut meliputi ekspansi, puncak (peak), kontraksi, dan palung (trough). Mereka berulang seiring waktu tetapi dengan lama bervariasi. Juga dikenal sebagai siklus ekonomi.
Selain keempat fase di atas, ada beberapa istilah terkait. Mereka adalah resesi, depresi, pemulihan ekonomi, dan ledakan ekonomi (economic boom). Resesi terjadi ketika PDB riil turun setidaknya untuk dua kuartal berturut-turut. Sedangkan, jika resesi berlangsung lebih parah dan lebih lama, biasanya selama lebih dari delapan kuartal, kita menyebutnya depresi ekonomi.
Resesi yang parah disebut dengan resesi besar (great recession) seperti yang terjadi selama krisis 2008-2009. Sedangkan, depresi yang parah kita sebut sebagai depresi besar (great depression) seperti yang terjadi di Amerika Serikat antara 1929 hingga 1939.
Sementara itu, pemulihan ekonomi merupakan fase awal dari ekspansi paska keluar dari fase palung. Sedangkan, ledakan ekonomi merupakan fase akhir ekspansi, sebelum fase puncak.
Mengapa memahami siklus bisnis penting?
Beberapa alasan mengapa memahami siklus bisnis penting. Pertama, memahami siklus bisnis membantu bisnis untuk memprediksi kondisi di masa depan. Sebelum merancang anggaran, mereka meramalkan ke arah mana perekonomian di masa mendatang, apakah ekspansi atau resesi. Prediksi tersebut menjadi informasi penting dan dasar dalam menyiapkan rencana bisnis di tahun berikutnya.
Misalnya, jika bisnis memprediksi perekonomian akan berekspansi, mereka mengharapkan pendapatan mereka naik. Mereka meramalkan permintaan akan tumbuh kuat, mendorong mereka untuk berinvestasi. Mereka berencana untuk membeli barang modal untuk meningkatkan produksi, berharap dapat memaksimalkan penjualan di tengah permintaan yang kuat.
Kedua, siklus mempengaruhi variabel makroekonomi lainnya. Jadi, itu tidak hanya tentang output perekonomian yang naik dan turun. Tapi, itu juga berimplikasi terhadap variabel-variabel seperti tingkat pengangguran, inflasi, permintaan konsumen, kepercayaan konsumen, dan investasi bisnis. Misalnya, selama fase ekspansi, tingkat pengangguran rendah. Konsumen menghadapi prospek pekerjaan dan pendapatan yang kuat, mendorong mereka untuk meningkatkan pengeluaran. Sebagai hasilnya, permintaan terhadap barang dan jasa tumbuh kuat.
Ketiga, siklus juga mempengaruhi suku bunga, pajak, dan keseimbangan fiskal. Kebijakan moneter mana yang bank sentral adopsi tergantung pada siklus yang sedang terjadi. Begitu juga, pemerintah mempertimbangkan siklus ketika menyiapkan anggaran.
Bank sentral dan pemerintah berusaha mempengaruhi perekonomian untuk mencapai tujuan makroekonomi seperti pertumbuhan ekonomi tinggi, tingkat inflasi stabil rendah atau tingkat pengangguran rendah. Kebijakan mereka pada akhirnya mempengaruhi variabel seperti suku bunga dan pajak di dalam perekonomian.
Misalnya, selama kontraksi ekonomi, bank sentral akan menurunkan suku bunga. Itu bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan menghindari resesi. Suku bunga rendah merangsang pengeluaran rumah tangga dan investasi bisnis karena mereka bisa meminjam dengan lebih murah. Sebagai hasilnya, permintaan terhadap barang dan jasa meningkat, mendorong bisnis meningkatkan produksi mereka.
Apa saja empat fase dalam siklus bisnis?
Ekonom membagi fase dalam sebuah siklus bisnis menjadi empat. Mereka secara berurutan adalah:
- Fase ekspansi
- Fase puncak
- Fase kontraksi
- Fase palung
Masing-masing fase berimplikasi luas pada variabel seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan tingkat pengangguran.
Fase ekspansi
Fase ini berlangsung setelah palung tapi sebelum puncak. Selama fase ini, kegiatan ekonomi meningkat. Rumah tangga menghadapi prospek pendapatan dan pekerjaan yang kuat. Sebagai akibatnya, mereka percaya diri untuk menghabiskan lebih banyak uang untuk barang dan jasa. Belanja mereka juga lebih beragam, tidak hanya untuk barang tahan lama.
Permintaan rumah tangga yang kuat mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi. Mereka beroperasi pada atau mendekati kapasitas penuh dengan produktivitas yang meningkat. Selain itu, beberapa bisnis meningkatkan investasi. Mereka membeli barang modal baru seperti mesin dan pabrik untuk meningkatkan output.
Pada saat yang sama, permintaan yang kuat memungkinkan bisnis untuk menaikkan harga jual. Akhirnya, mereka berharap dapat menghasilkan lebih banyak keuntungan dengan meningkatkan output dan menaikkan harga jual.
Sebagai hasilnya, output perekonomian meningkat. Perekonomian tumbuh tinggi. Tapi, itu juga disertai dengan tekanan ke atas tingkat inflasi.
Di pasar tenaga kerja, bisnis mempekerjakan lebih banyak pekerja untuk memenuhi kebutuhan peningkatan output. Mereka juga menawarkan upah yang lebih tinggi untuk menarik tenaga kerja yang terkualifikasi, selama biaya marjinal mereka membenarkan untuk melakukannya. Permintaan yang tinggi di pasar tenaga kerja mengurangi tingkat pengangguran. Sehingga, mereka akan sulit merekrut tenaga kerja baru tanpa menawarkan upah yang lebih tinggi.
Fase puncak
Di fase puncak, perekonomian menguji batas teratasnya. Perekonomian tumbuh tapi pada laju yang lebih lambat dibandingkan selama fase ekspansi. Pengeluaran konsumen masih kuat tetapi persentase kenaikannya lebih rendah dari sebelumnya.
Bisnis mulai memperlambat laju perekrutan. Oleh karena itu, tingkat pengangguran masih turun tetapi pada tingkat yang menurun. Misalnya, selama ekspansi, tingkat pengangguran turun setengahnya, dari 8% menjadi 4%. Tapi, ketika mendekati fase puncak, persentasenya hanya turun 1%, dari dari 4% menjadi 3%. Situasi ini terjadi karena bisnis menghadapi pasar tenaga kerja yang ketat. Sehingga, mereka kesulitan dalam menemukan pekerja yang berkualitas.
Pasar tenaga kerja yang ketat mendorong upah naik. Karena sulit untuk menemukan tenaga kerja baru yang berkualitas, bisnis menaikkan upah demi menang bersaing dengan calon pemberi kerja lainnya.
Kenaikan upah pada akhirnya menekan profitabilitas. Bisnis kemudian meneruskan pertumbuhan upah yang tinggi ke harga jual. Situasi ini akhirnya menciptakan tekanan tinggi atas inflasi. Harga barang dan jasa naik tinggi. Dan jika tidak dicegah, itu membuat perekonomian terlalu panas dan membahayakan stabilitas karena daya beli uang jatuh.
Untuk mencegah inflasi yang berlebihan dan tidak terkendali, pemerintah memperketat kebijakan. Misalnya, pemerintah mengambil kebijakan fiskal kontraksioner dengan mengurangi pengeluaran atau menaikkan pajak. Sementara, bank sentral mengadopsi kebijakan moneter kontraksioner dengan menaikkan suku bunga kebijakan.
Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk mengekang inflasi. Tapi, konsekuensi lainnya adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat. Dan jika terlalu agresif, itu bisa membuat perekonomian menuju kontraksi atau bahkan resesi, di mana PDB riil turun menuju teritori negatif.
Selama periode ini, bisnis mulai mengurangi belanja modal. Mereka meramalkan pertumbuhan ekonomi kuat tidak akan bertahan lama. Dan mereka berekspektasi belanja konsumen tumbuh lebih lambat ke depan, membuat prospek permintaan melemah. Sebagai hasilnya, mereka memilih untuk mengoptimalkan kapasitas produksi dan persediaan yang ada saat ini.
Fase kontraksi
Fase ini terjadi setelah puncak tetapi sebelum palung. Perekonomian tumbuh negatif dengan PDB riil jatuh. Demikian juga, indikator ekonomi lainnya untuk menunjukkan output seperti produksi industrial juga menurun.
Selama fase ini, rumah tangga menghadapi prospek pendapatan dan pekerjaan yang memburuk. Akibatnya, mereka mengurangi pengeluaran terhadap barang dan jasa. Sebaliknya, mereka lebih banyak menghemat. Dan barang-barang tahan lama mengalami yang terburuk pada periode ini karena mereka dipangkas pertama kali oleh konsumen.
Bisnis melihat prospek keuntungan mereka jatuh karena permintaan lemah. Persediaan mulai menumpuk. Situasi ini memaksa mereka untuk mengurangi output dan mengambil langkah-langkah efisiensi untuk mempertahankan profitabilitas. Mereka tidak lagi memesan peralatan yang baru. Sebaliknya, mereka memotong jam kerja dan membekukan perekrutan. Sebagai akibatnya, output di dalam perekonomian turun, dan pengangguran naik. Selain itu, tingkat inflasi juga melambat.
Fase kontraksi yang berkelanjutan dapat menyebabkan resesi. Output perekonomian turun secara berturut-turut. Tingkat pengangguran meningkat. Sementara itu, tingkat inflasi mungkin menuju teritori negatif (disebut dengan deflasi).
Untuk mencegah keadaan semakin buruk, pembuat kebijakan meluncurkan kebijakan ekspansioner (disebut juga dengan kebijakan ekonomi longgar). Misalnya, pemerintah mengadopsi kebijakan fiskal ekspansioner dengan meningkatkan pengeluaran atau memangkas pajak. Di sisi moneter, bank sentral menurunkan suku bunga atau mengambil langkah moneter yang longgar lainnya seperti menurunkan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio) dan operasi pasar terbuka dengan membeli surat berharga pemerintah.
Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan mendorong peningkatan permintaan agregat. Misalnya, suku bunga rendah menurunkan biaya pinjaman, mendorong rumah tangga untuk meningkatkan belanja (yang dibiayai dengan pinjaman). Jika berhasil, kebijakan tersebut mengantarkan perekonomian keluar dari resesi menuju tahap pemulihan sebelum akhirnya mengarah ke fase ekspansi.
Fase palung
Fase palung terjadi ketika output perekonomian jatuh dan berada di titik terendahnya. Pertumbuhan PDB riil akan berada pada persentase negatif tertingginya.
Selama fase ini, tingkat pengangguran tetap tinggi. Bisnis biasanya mengganti pekerja tetap mereka dengan pekerja sementara. Perekrutan baru belum terjadi. Meskipun demikian, PHK lebih lambat daripada sebelumnya.
Ekonom berbeda pendapat tentang bagaimana perekonomian keluar dari fase ini. Sementara ekonom klasik menyarankan tidak ada intervensi pemerintah, ekonom Keynesian menyarankan sebaliknya.
Ekonom klasik berpendapat perekonomian adalah self-regulating dan kembali dengan sendirinya menuju pemulihan. Tingkat pengangguran yang tinggi mendorong upah turun. Sebagai akibatnya, bisnis menghadapi perbaikan dalam profitabilitas karena biaya menurun. Mereka merekrut tenaga kerja baru pada biaya yang lebih rendah. Kemudian, secara perlahan, tingkat pengangguran turun, memperbaiki prospek pendapatan dan pekerjaan rumah tangga. Perekonomian kemudian bergerak menuju pemulihan karena permintaan menjadi lebih kuat.
Sebaliknya, ekonom Keynesian berpendapat perekonomian tidak akan bekerja dengan sendirinya sebagaimana argumen ekonom Klasik. Karena itu, mereka menyarankan pemerintah untuk mengintervensi melalui kebijakan ekonomi longgar, misalnya dengan menaikkan pengeluaran, memangkas pajak atau menurunkan suku bunga.
Mustahil mengandalkan sektor swasta untuk menggerakkan perekonomian, menurut ekonom Keynesian. Keputusan belanja dan investasi sangat tergantung pada situasi ekonomi yang terjadi. Sehingga, karena berpandangan rasional, bisnis dan rumah tangga cenderung lebih banyak berhemat karena menghadapi prospek keuntungan dan pendapatan yang memburuk. Dengan kata lain, perekonomian tidak cukup mengandalkan sektor swasta untuk memulihkan diri.
Karena alasan tersebut, pemerintah seharusnya mengintervensi. Tidak seperti sektor swasta, anggaran pemerintah tidak tergantung pada situasi ekonomi. Melainkan, itu tergantung pada tindakan diskresioner pemerintah. Sehingga, pemerintah bisa secara sengaja meningkatkan pengeluaran atau memangkas pajak untuk mempengaruhi perekonomian.
Apa saja jenis siklus bisnis?
Berapa lama masing-masing fase berlangsung akan bervariasi dari waktu ke waktu. Terkait dengan ini, para ekonom memberikan penjelasan melalui model-model berikut:
Siklus musiman
Siklus ini berlangsung satu tahun. Dengan kata lain, keempat fase di atas berlangsung dalam satu tahun.
Beberapa kegiatan ekonomi, seperti pertanian, berfluktuasi dalam satu tahun, terutama didorong oleh faktor cuaca. Siklus mungkin terdiri dari penurunan tajam pada kuartal pertama, kemudian peningkatan pada kuartal kedua. Ini kemudian diikuti oleh penurunan ringan pada kuartal ketiga dan kemudian meningkat pada kuartal keempat.
Siklus Kitchin
Siklus Kitchin berlangsung sekitar 40 bulan atau 3-5 tahun. Siklus tersebut disebabkan oleh jeda waktu informasi yang mengalir ke sektor bisnis. Ada kelambatan bagi bisnis untuk membuat keputusan dalam menambah atau mengurangi persediaan. Akibatnya, itu menyebabkan fluktuasi output.
Siklus Juglar
Siklus Juglar lebih lama dari siklus Kitchin tetapi bertahan sekitar 8-11 tahun. Dalam model ini, investasi dalam modal tetap memainkan peran besar.
Siklus Kuznets
Siklus Kuznets berlangsung sekitar 15 hingga 20 tahun. Siklus ini dikaitkan dengan investasi dalam konstruksi perumahan dan bangunan.
Siklus Kondratieff
Siklus Kondratieff berlangsung rata-rata 50 hingga 60 tahun dan memiliki dua fase fitur. Fase pertama dimulai ketika inovasi teknologi muncul, yang meningkatkan prospek laba. Prospek laba yang lebih baik membenarkan perusahaan untuk meningkatkan investasi. Itu kemudian mengarah pada peningkatan produksi dan produktivitas. Kemudian, inovasi teknologi menjadi hal yang umum, yang mengarah pada penurunan prospek laba oleh perusahaan.
Bacaan selanjutnya
- Depresi Ekonomi: Penyebab, Contoh, Efek, Solusi yang Mungkin
- Ekspansi Ekonomi: Definisi, Karakteristik, Faktor Pemicu, Dampak
- Fase Palung Dari Siklus Bisnis: Definisi dan Karakteristiknya
- Fase Puncak Siklus Bisnis: Arti, Karakteristik
- Keruntuhan Ekonomi: Tanda, Penyebab, dan Contoh
- Kontraksi Ekonomi: Definisi, Penyebab dan Dampaknya
- Krisis Ekonomi: Jenis dan Dampaknya
- Ledakan Ekonomi: Definisi, Ciri-Ciri, Dampak
- Pemulihan Ekonomi: Definisi, Jenis dan Karakteristiknya
- Resesi Ekonomi: Penyebab, Efek, dan Kemungkinan Solusi
- Siklus Bisnis Riil: Konsep, Asumsi, Penyebab, Kritik
- Siklus Bisnis: 4 Fase, Karakteristik dan Efeknya
- Siklus Kondratieff: Definisi, Rincian Siklus dan Kritik