• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Cerdasco

Pengetahuan Lebih Baik. Wawasan Anda Lebih Tajam

  • Bisnis
  • Ekonomi
  • Keuangan
Home › Keuangan › Analisa keuangan

Rasio Efisiensi: Jenis, Formula, Interpretasinya

April 15, 2022 · Ahmad Nasrudin

Rasio Efisiensi Jenis, Formula, Interpretasinya

Contents

  • Mengapa rasio efisiensi penting?
  • Apa saja jenis rasio efisiensi? Dan, bagaimana formula dan interpretasi mereka?
  • Bagaimana menggunakan rasio efisiensi?
  • BACAAN SELANJUTNYA

Apa itu: Rasio efisiensi (efficiency ratio) adalah rasio keuangan untuk menunjukkan ke kita seberapa baik perusahaan memanfaatkan asetnya, dikaitkan dengan kemampuannya menghasilkan pendapatan. Beberapa contohnya termasuk rasio perputaran utang usaha, rasio perputaran persediaan dan rasio perputaran utang usaha. Beberapa memberi wawasan ke kita seberapa efektif perusahaan mengelola aset jangka pendeknya atau modal kerja. Sedangkan, yang lainnya berguna untuk menilai pemanfaatan aset jangka panjang.

Mengapa rasio efisiensi penting?

Aset mewakili sumber daya ekonomi milik perusahaan. Mereka bisa berupa jangka pendek seperti investasi jangka pendek dan persediaan dan jangka panjang seperti properti, pabrik, dan perlengkapan (PP&E). Perusahaan memanfaatkan mereka untuk menjalankan operasinya dan menghasilkan pendapatan.

Seberapa baik perusahaan memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan pendapatan?

Kita mengukurnya dengan rasio efisiensi. Itu adalah metrik penting untuk mengukur kinerja perusahaan, selain rasio profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas. Itu memberi wawasan ke kita tentang seberapa efisien dan efektif perusahaan dalam mengelola asetnya dan menjalankan operasi sehari-hari, seperti menagih piutang, mengelola persediaan, dan mengelola utang usaha. Selain itu, itu juga mengukur seberapa baik perusahaan mengelola kewajibannya terkait dengan modal kerja.

Apa saja jenis rasio efisiensi? Dan, bagaimana formula dan interpretasi mereka?

Beberapa rasio efisiensi bisa kita gunakan untuk mengukur pengelolaan aset perusahaan dikaitkan dengan kemampuannya menghasilkan pendapatan dan pemenuhan kewajiban dalam modal kerja. Mereka termasuk:

  • Rasio perputaran persediaan
  • Days of inventory on hand (DOH)
  • Rasio perputaran piutang usaha
  • Days sales outstanding (DSO)
  • Rasio perputaran utang usaha
  • Days payable outstanding (DPO)
  • Rasio perputaran modal kerja
  • Rasio perputaran aset tetap
  • Rasio perputaran total aset

Perhitungan mereka relatif mudah karena hanya membutuhkan operasi aritmatika sederhana. Kita membandingkan akun di laporan laba rugi dengan akun di neraca keuangan. Dalam kasus spesifik, seperti modal kerja dan pembelian, kita membutuhkan perhitungan manual karena data yang kita butuhkan tidak tersaji di kedua bagian tersebut.

Sekarang, mari kita bahas mereka satu per satu.

Rasio perputaran persediaan

Rasio perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur kemampuan perusahaan dalam mengkonversi persediaan menjadi penjualan dalam satu periode akuntansi, biasanya satu tahun. Perhitungannya membutuhkan kita untuk membagi harga pokok penjualan (cost of goods sold) dengan rata-rata persediaan. Kedua akun bisa anda temukan di laporan laba rugi dan neraca keuangan.

Kita menggunakan rata-rata persediaan dalam dua tahun terakhir untuk menghindari salah tafsir akibat perubahan signifikan akibat fluktuasi tajam dalam angkanya. Untuk menghitungnya, jumlahkan angka persediaan tahun ini dengan persediaan tahun sebelumnya. Kemudian, bagi hasilnya dengan 2.

Rumus matematis untuk rasio perputaran persediaan adalah sebagai berikut:

  • Perputaran persediaan = Harga pokok penjualan / Rata-rata persediaan

Rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai karena menunjukkan manajemen persediaan yang relatif efektif. Perusahaan relatif cepat dalam mengubah persediaannya menjadi penjualan. Sehingga, itu bisa mengurangi biaya terkait persediaan. Selain itu, perusahan juga dengan cepat menjual produk ke pelanggan.

Sebaliknya, rasio yang lebih rendah secara umum menunjukkan manajemen persediaan yang kurang efektif. Perusahaan relatif lambat menjual persediaannya, menghasilkan penumpukan, meningkatkan biaya terkait persediaan dan membebani keuntungan perusahaan. Atau, itu menunjukkan perusahaan kemungkinan mengalami masalah dalam menjual produk kepada pelanggan.

Tapi, kita juga harus berhati-hati menarik kesimpulan. Misalnya, rasio yang tinggi juga bisa terjadi akibat persediaan yang tidak memadai. Lebih banyak barang yang dijual daripada yang ditambahkan ke gudang. Dengan kata lain, penjualan meningkat lebih cepat daripada peningkatan persediaan. Sehingga, ketika permintaan ke depan masih akan tetap kuat, perusahaan kemungkinan kehilangan kesempatan karena persediaan tidak mencukupi.

Days of inventory on hand

Kita bisa menggunakan rasio perputaran persediaan di atas untuk menghitung rasio lainnya yakni, days of inventory on hand (DOH). Jika rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali sebuah perusahaan mengkonversi persediaannya menjadi penjualan dalam satu tahun, maka DOH memberitahu, secara rata-rata, berapa hari itu dilakukan. Untuk mendapatkan DOH, kita membagi jumlah hari dalam satu tahun (365 hari) dengan perputaran persediaan. Berikut adalah rumusnya:

  • DOH = 365 / Rasio perputaran persediaan

Seperti yang kita lihat dari formula di atas, DOH berhubungan secara terbalik dengan rasio perputaran persediaan. Sehingga, DOH yang lebih kecil adalah lebih diinginkan, menunjukkan perusahaan memiliki perputaran persediaan yang lebih tinggi. Perusahaan lebih cepat mengkonversi persediaan menjadi penjualan dan membutuhkan lebih sedikit hari untuk melakukannya.

Sebaliknya, DOH yang lebih tinggi menunjukkan perusahaan membutuhkan lebih banyak hari untuk menjual persediaan. Sehingga, lebih banyak uang terikat di persediaan.

Rasio perputaran piutang

Rasio perputaran piutang usaha (accounts receivable turnover) mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola piutang usaha. Piutang usaha muncul karena perusahaan menjual produk secara kredit. Sehingga, perusahaan telah menyerahkan produk tapi belum menerima pembayaran dari pelanggan ketika laporan keuangan dibuat. Perusahaan harus menagihnya.

Lebih banyak piutang usaha, lebih banyak uang terikat di pelanggan. Dan, itu adalah masalah jika pelanggan telat membayar atau gagal membayar. Itu bisa terjadi akibat kebijakan kredit dan penagihan piutang yang terlalu bermurah hati, masalah dalam manajemen penagihan atau pelanggan mengalami masalah keuangan.

Seberapa efektif perusahaan mengelola piutang kita bisa mengukurnya dengan rasio perputaran piutang usaha. Untuk menghitungnya, kita membagi akun pendapatan di laporan laba rugi dan piutang usaha di aset lancar. Berikut rumus perputaran piutang usaha:

  • Perputaran piutang usaha= Pendapatan / Rata-rata piutang

Rasio yang lebih tinggi adalah disukai karena menunjukkan manajemen piutang yang lebih baik. Perusahaan mungkin memiliki prosedur dan kebijakan pengumpulan kredit yang efektif. Sehingga, perusahaan lebih cepat dalam mengumpulkan pembayaran tunai dari pelanggan.

Sementara itu, rasio yang lebih rendah menunjukkan manajemen piutang yang kurang efektif. Perusahaan kesulitan atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan uang. Beberapa alasan menjelaskan itu. Perusahaan mungkin terlalu longgar dalam memberikan kredit; sehingga, pelanggan lebih senang untuk membayar di akhir jatuh tempo piutang. Atau, itu mungkin terjadi karena proses dan prosedur pengumpulan kredit perusahaan yang memang tidak efektif.

Tapi, kita juga harus berhati-hati dalam menerjemahkan rasio ini. Misalnya, rasio yang tinggi bisa menimbulkan kecurigaan lainnya. Jika itu akibat persyaratan kredit atau kebijakan penagihan yang ketat, itu bisa memunculkan masalah di kemudian hari. Itu dapat memperburuk hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Jika pada saat yang sama, mereka menemukan perusahaan alternatif dengan persyaratan yang lebih longgar, mereka mungkin akan beralih ke sana.

Days of sales outstanding

Days of sales outstanding (DSO) adalah rasio turunan dari perputaran piutang usaha. Itu menunjukkan berapa hari rata-rata perusahaan mengumpulkan pembayaran dari pelanggan dalam satu tahun. Untuk mendapatkannya, kita membagi jumlah hari dalam satu tahun (365 hari) dengan perputaran piutang usaha. Rumus days of sales outstanding adalah sebagai berikut:

  • DSO = 365 / Perputaran piutang

DSO berbanding terbalik dengan perputaran piutang. Sehingga, ketika perputaran piutang lebih tinggi, DSO akan lebih rendah. Itu menunjukkan perusahaan lebih cepat mengumpulkan pembayaran dan membutuhkan lebih sedikit hari untuk melakukanya. Misalnya, DSO 30 berarti perusahan rata-rata membutuhkan 30 hari untuk mengumpulkan uang dari pelanggan. Sehingga, DSO yang lebih rendah adalah lebih disukai.

Sebaliknya, DSO yang lebih tinggi kurang disukai karena lebih banyak uang terikat di pelanggan. Perusahaan membutuhkan lebih banyak hari untuk mengumpulkan uang dari pelanggan.

Rasio perputaran utang usaha

Perputaran utang usaha (accounts payable turnover) mengukur seberapa cepat perusahaan membayar utang usaha. Itu adalah akun di liabilitas lancar dan muncul ketika perusahaan membeli barang secara kredit dari pemasok. Perusahaan telah menerima barang tapi belum membayarnya pada saat laporan keuangan diterbitkan. Sehingga, perusahan memiliki kewajiban untuk membayarnya. Singkat cerita, utang usaha adalah kebalikan dari piutang usaha.

  • Perputaran utang usaha = Pembelian / Rata-rata utang usaha

Kita menghitung rasio perputaran utang usaha dengan membagi pembelian dengan utang usaha. Data pembelian tidak disajikan di laporan keuangan. Sehingga, kita harus menghitungnya secara manual menggunakan rumus berikut:

  • Pembelian = Persediaan akhir + Harga pokok penjualan – Persediaan awal

Persediaan akhir dan persediaan awal mewakili angka persediaan di tahun ini dan di tahun lalu. Keduanya ada di aset lancar. Sedangkan, harga pokok penjualan (COGS) ada di laporan laba rugi.

Perputaran utang usaha memberi tahu kita berapa kali perusahaan membayar pemasok dalam satu tahun. Semakin cepat perusahaan membayar, semakin cepat kas keluar. Sehingga, secara umum, rasio yang lebih rendah adalah lebih disukai.

Rasio yang lebih rendah menunjukkan perusahaan membayar pemasok lebih lama. Perusahaan dapat menggunakan kasnya untuk keperluan lain sebelum memberikannya ke pemasok.

  • Jika tersedia cukup kas, rasio yang rendah seharusnya bukan merupakan sinyal awal krisis likuiditas. Sebaliknya, perusahaan berhasil mengelola utang usahanya dengan baik. Misalnya, perusahaan mampu mengeksploitasi persyaratan kredit yang lunak dari pemasok.
  • Tapi, jika posisi kas tidak mencukupi, itu bisa mengindikasikan masalah likuiditas. Perusahaan kekurangan kas sehingga kesulitan dan lebih lama membayar pemasok tepat waktu.

Sebaliknya, rasio yang lebih tinggi mengindikasikan perusahaan lebih cepat dalam membayar pemasok. Itu biasanya kurang disukai karena ada peluang keuntungan yang hilang. Misalnya, perusahaan bisa menggunakan uangnya untuk diinvestasikan di instrumen likuid jangka pendek (setara kas) untuk memperoleh pendapatan.

  • Beberapa alasan menjelaskan itu. Pertama, persyaratan kredit pemasok lebih ketat. Kedua, perusahaan tersebut tidak bisa memanfaatkan sepenuhnya fasilitas kredit yang tersedia dan membayar kreditor terlalu cepat. Ketiga, perusahaan tersebut ingin memanfaatkan fasilitas seperti diskon yang ditawarkan pemasok jika perusahaan membayar lebih awal. Jika rasio lebih tinggi karena alasan ketiga, itu seharusnya bukan menjadi masalah.

Days payable outstanding

Days payable outstanding (DPO) berhubungan terbalik dengan perputaran utang usaha. Jika perputaran usaha menunjukkan berapa kali perusahaan membayar pemasok dalam satu tahun, maka DSO menunjukkan berapa hari itu dilakukan. Kita menghitung DSO dengan membagi jumlah hari dalam satu tahun dengan perputaran utang usaha.

  • Days payable outstanding = 365 / Perputaran utang usaha

Karena berbanding terbalik, DSO yang lebih tinggi biasanya lebih disukai. Perusahaan lebih lama membayar pemasok. Itu bisa mensinyalkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola utang usaha dan memanfaatkan fasilitas kredit yang tersedia. Misalnya, nilai DPO 60 berarti perusahaan secara rata-rata membutuhkan 60 hari untuk membayar pemasoknya.

Perputaran modal kerja

Perputaran modal kerja (working capital turnover) mengukur seberapa efisien perusahaan dalam beroperasi sehari-hari. Modal kerja adalah selisih antara aset lancar dengan liabilitas lancar. Kedua akun ada di neraca keuangan. Sementara itu, untuk menghitung rasio, kita membandingkan pendapatan di laporan laba rugi dengan rata-rata modal kerja dalam dua tahun terakhir. Berikut adalah rumus perputaran modal kerja:

  • Perputaran modal kerja = Pendapatan / Rata-rata modal kerja

Rasio yang lebih tinggi adalah lebih diinginkan, mengindikasikan manajemen modal kerja yang lebih efisien. perusahaan mampu memanfaatkan modal kerjanya dengan baik untuk menghasilkan uang.

Rasio perputaran aset tetap

Rasio perputaran aset tetap (fixed assets turnover ratio) mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola aset tetap untuk menghasilkan pendapatan. Untuk menghitungnya, kita membagi pendapatan dengan rata-rata aset tetap dalam dua tahun terakhir. Di laporan keuangannya, anda mungkin menemukan aset tetap tersaji sebagai akun properti, pabrik dan peralatan (property, plant, and equipment atau PP&E). Itu ada di aset tidak lancar di neraca.

  • Perputaran aset tetap = Pendapatan / Rata-rata aset tetap bersih

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan efisiensi yang lebih baik dalam memanfaatkan aset tetap untuk menghasilkan pendapatan. Sementara itu, rasio yang rendah mungkin mengindikasikan inefisiensi operasi.

Rasio ini akan bervariasi antar perusahaan, apakah mereka beroperasi di industri padat karya atau padat modal. Secara umum, rasio akan lebih rendah di perusahaan pada modal karena mereka lebih banyak mengandalkan aset tetap seperti mesin dan peralatan berat.

Selanjutnya, berapa lama perusahaan telah beroperasi juga mempengaruhi rasio ini. Misalnya, perusahaan baru belum bisa menghasilkan penjualan yang tinggi. Sehingga, pembilang dari rasio ini juga akan rendah.

Perputaran total aset

Rasio perputaran aset (assets turnover) menggambarkan efisiensi secara keseluruhan. Itu mengukur seberapa baik perusahaan mengelola asetnya, baik jangka pendek dan jangka panjang, untuk menghasilkan pendapatan.Untuk mendapatkannya, kita membagi pendapatan dengan rata-rata total aset dalam dua tahun terakhir. Rumus perputaran aset adalah sebagai berikut:

  • Perputaran aset = Penghasilan / Rata-rata total aset

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan efisiensi yang lebih baik. Sebaliknya, rasio yang lebih rendah menunjukkan perusahan kurang efisien.

Bagaimana menggunakan rasio efisiensi?

Rasio berguna ketika kita membandingkan antar perusahaan dalam industri yang sama. Kita bisa memiliki gambaran dan pemahaman tentang mengapa sebuah perusahaan lebih unggul daripada pesaingnya.

Selain itu, membandingkan rasio yang sama antar waktu dari waktu ke waktu adalah cara lainnya untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam. Kita bisa melacak seberapa efektif strategi dan upaya yang dilakukan manajemen untuk mengelola bisnis dan menghasilkan uang dari waktu ke waktu.

Kedua pendekatan – perbandingan dengan peers dan antar waktu – penting mengambil kesimpulan dan penilaian yang lebih objektif.

BACAAN SELANJUTNYA

  • Margin Laba Operasi: Rumus, Perhitungan dan Interpretasi
  • Rasio Solvabilitas: Formula, Contoh dan Perhitungannya
  • Rasio Utang Terhadap Aset: Perhitungan dan Interpretasi
  • Days Sales Outstanding: Rumus, Cara Menghitung dan Membacanya
  • Rasio Perputaran Persediaan: Formula, Perhitungan dan Cara Membacanya
  • Rasio Kas: Rumus, Perhitungan dan Interpretasi
  • Rasio Perputaran Aset: Perhitungan dan Interpretasi
  • Jenis Rasio Keuangan: Analisis dan Interpretasinya
  • Rasio Aktivitas: Jenis, dan Interpretasi

TRENDING

  • Barang Publik: Definisi, Karakteristik, Contoh
  • Penawaran Agregat Jangka Panjang: Kurva Dan Faktor Yang Berpengaruh
  • Penawaran Agregat Jangka Pendek: Kurva dan Faktor Penentu
  • Penawaran Agregat: Jenis, Kurva dan Faktor Penentu
  • Nilai Tukar Tetap: Faktor, Dampak, Keuntungan, Kerugian
  • Neraca Pembayaran: Definisi, Rumus, Komponen, Pentingnya
  • Eksternalitas: Konsep, Jenis, dan Solusi

TERBARU

  • Memahami Nilai Pelanggan Seumur Hidup: Pentingnya dan Faktor yang Mempengaruhinya
  • Strategi untuk Meningkatkan Nilai Pelanggan Seumur Hidup
  • Proposisi Nilai Pelanggan: Mengapa Itu Penting + Sebuah Contoh
  • Menyusun dan Memastikan Proposisi Nilai Pelanggan yang Efektif
  • Menciptakan Nilai bagi Karyawan: Kunci Membangun Tenaga Kerja yang Produktif [Dengan Contoh]
  • Bagaimana Bisnis Menciptakan Nilai bagi Pelanggan [Dengan Contoh]
  • Penciptaan Nilai bagi Pemegang Saham dan Investor [Dengan Contoh]

CARI LEBIH BANYAK

KATEGORI

Analisa keuangan Bisnis Ekonomi Investasi Keuangan Makroekonomi Mikroekonomi Operasi Pemasaran Sumber daya manusia

Primary Sidebar

TRENDING

  • Barang Publik: Definisi, Karakteristik, Contoh
  • Penawaran Agregat Jangka Panjang: Kurva Dan Faktor Yang Berpengaruh
  • Penawaran Agregat Jangka Pendek: Kurva dan Faktor Penentu

TERBARU

  • Memahami Nilai Pelanggan Seumur Hidup: Pentingnya dan Faktor yang Mempengaruhinya
  • Strategi untuk Meningkatkan Nilai Pelanggan Seumur Hidup
  • Proposisi Nilai Pelanggan: Mengapa Itu Penting + Sebuah Contoh

Copyright © 2025 · Tentang Kami  · Kebijakan Privasi dan Disclaimer  ·  Disclaimer Afiliasi  ·  Ketentuan Penggunaan  ·  Kebijakan Komentar  ·  Kontak Kami