Contents
Apa itu: Sektor tersier (tertiary sector) mencakup bisnis jasa. Mereka melakukan tugas atau pekerjaan lain untuk membantu pihak lain. Layanan mereka penting untuk mendukung sektor lain di dalam perekonomian, termasuk sektor primer dan sekunder.
Perusahaan jasa mungkin melayani konsumen individu seperti ketika anda menginap di hotel atau berbelanja di toko ritel. Yang lain mungkin fokus pada bisnis atau organisasi lainnya seperti layanan corporate banking.
Ada banyak area di sektor ini, termasuk perdagangan dan ritel, transportasi dan pergudangan. Sektor keuangan seperti perbankan, asuransi, dan dana pensiun juga masuk dalam sektor tersier. Selain itu, perawatan kesehatan, rekreasi dan pariwisata, dan hiburan adalah contoh lain.
Mengapa sektor tersier penting?
Menjawab pertanyaan di atas memerlukan kita untuk melihat beberapa hal. Pertama, hubungan sektor primer dengan sektor lainnya. Sektor tersier penting karena mereka menyediakan jasa bagi bisnis di sektor primer dan sekunder.
Misalnya, perusahaan tambang, produsen mobil atau produsen makanan membutuhkan jasa asuransi dari sektor tersier untuk memberikan perlindungan terhadap bisnis dan karyawan mereka. Mereka juga mungkin mengandalkan pinjaman perbankan untuk modal kerja atau investasi. Selain itu, produsen mobil atau produsen makanan juga mengandalkan jasa perdagangan untuk menjual produk mereka ke konsumen.
Kedua, mengapa sektor tersier penting bisa kita lihat dari kontribusinya terhadap PDB. Output sektor tersier, diukur dari nilai tambah yang dihasilkan, menyumbang 64% dari PDB di dunia di 2021 atau jauh lebih tinggi daripada sektor manufaktur.
Ketiga, sektor jasa menyumbang 51% pekerjaan yang tercipta di dalam perekonomian di 2021. Persentase tersebut telah meningkat drastis dibandingkan dengan 35% pada tahun 1992.
Sektor tersier adalah di mana sebagian besar orang di negara maju bekerja. Di Amerika Serikat, sektor ini meyumbang 79% atas total lapangan kerja di 2021. Angka yang sedikit lebih tinggi ada di Inggris (81%).
Keempat, kontribusinya terhadap perdagangan internasional – dan karena itu, menyumbang cadangan devisa bagi perekonomian – juga besar. Ekspor jasa dunia, menurut International Monetary Fund, mencapai $7,03 triliun di 2022. Angka tersebut telah meningkat tujuh kali lipat dibandingkan di tahun 1992 ($1,03 triliun).
Contoh sektor tersier
Sektor tersier mencakup berbagai bisnis jasa. Mereka mungkin memfasilitasi perusahaan-perusahaan di sektor sekunder untuk menjual barang-barang mereka seperti yang dilakukan oleh pedagang besar dan ritel. Yang lain mungkin terlibat dalam memberikan jasa transportasi, seperti perusahaan kereta api dan penerbangan. Contoh lain perusahaan di sektor tersier adalah:
- Perbankan
- Asuransi
- Dana pensiun
- Restoran
- Pariwisata
- Layanan kesehatan
- Layanan hukum
- Perhotelan
- Kegiatan penerbitan
- Jasa pendidikan
- Jasa konsultasi
- Jasa periklanan
Transisi perekonomian menuju sektor tersier
Struktur ekonomi suatu negara umumnya berkembang dari sektor primer ke sektor sekunder dan kemudian menuju sektor tersier. Di tahap awal, perekonomian adalah tradisional dan sangat mengandalkan sektor primer.
Kemudian, ketika perekonomian berkembang dan industrialisasi berlangsung, sektor sekunder mulai mengambil peran lebih. Pabrik-pabrik baru didirikan untuk mengolah bahan baku dari sektor primer. Ini kemudian memacu sektor jasa – seperti jasa perdagangan, transportasi, dan keuangan – tumbuh.
Akhirnya, ketika menjadi negara maju, perekonomian semakin mengandalkan sektor jasa. Kita bisa lihat negara maju seperti Amerika Serikat sekarang lebih banyak mengandalkan jasa dan mulai mengalihdayakan produksinya ke negara-negara dengan upah murah atau dekat dengan sumber bahan baku. Mereka dapat mengeksploitasi sektor tersier dan kuartener sebagai kontributor utama untuk output dan lapangan kerja mereka.
Bisnis seperti Apple dan Samsung memantapkan diri mereka untuk beroperasi di sektor layanan. Mereka kemudian mengalihdayakan produksi ponsel cerdas dan perangkat keras komputer mereka ke produsen seperti Foxconn.
Apple dan Samsung menyadari bahwa ada lebih banyak nilai tambah di sektor tersier. Daripada harus terlibat dalam produksi secara manufaktur, mereka bisa menghasilkan lebih banyak uang dengan fokus melayani konsumen melalui inovasi dan menjual layanannya.
Transisi selanjutnya adalah menuju sektor kuarterner. Klasifikasi memisahkan sektor kuartener dari sektor jasa. Meski keduanya sama-sama menawarkan jasa, sektor kuartener spesifik fokus pada jasa terkait dengan teknologi informasi dan penelitian dan pengembangan (R&D).
Sektor tersier di negara maju vs. di negara berkembang
Transisi menuju sektor tersier di atas menandai bagaimana sebuah negara berkembang dari negara kurang berkembang menjadi negara maju. Negara kurang berkembang bergantung pada sektor primer.
Sementara itu, negara berkembang biasanya mulai melakukan industrialisasi. Sehingga, sektor sekunder mulai mengambil peran yang lebih besar terhadap output dan lapangan kerja. Selain itu, industrialisasi juga mendorong urbanisasi di mana penduduk beralih ke pusat-pusat pertumbuhan di mana fasilitas produksi berada.
Kemudian, ketika sebuah negara bertransisi dari negara berkembang menjadi negara maju, sektor jasa tumbuh secara signifikan. Bisnis jasa mulai mendominasi output dan lapangan kerja. Dan ketika kemajuan mulai menuju tahap matang – seperti di Amerika Serikat, sektor kuarterner berkembang.
Transformasi dari negara kurang berkembang menjadi negara maju tersebut adalah kondisi ideal. Namun, dalam realitanya, beberapa negara mungkin tidak tumbuh sesuai dengan harapan. Beberapa negara masih menjadi negara berkembang meski sektor jasa telah tumbuh pesat.
Kemudian, meski sektor jasa menjadi sektor dengan nilai tambah tertinggi, sektor primer dan sektor sekunder bukan berarti kurang penting. Sebaliknya, keempat sektor di atas saling terkait, tapi dalam area yang luas, yakni global. Ini kemudian mendorong apa yang kita sebut sebagai globalisasi.
Globalisasi menjadikan sektor ekonomi antar negara saling terkait. Hubungan mereka membentuk rantai produksi global yang saling terhubung. Itu didukung oleh perusahaan multinasional dan transnasional.
Tenaga kerja di sektor tersier
Tidak seperti dengan sektor primer dan sektor sekunder, tenaga kerja di sektor tersier adalah berkeahlian tinggi. Pekerja mungkin mendapatkannya melalui pendidikan formal atau tidak formal seperti melalui pelatihan dan sertifikasi.
Pekerja di sektor primer dan sektor sekunder mungkin lebih mengandalkan keterampilan teknis. Sebaliknya, pekerjaan di sektor tersier lebih mengandalkan “otak” dan pengetahuan.
Namun, kesimpulan ini tidak bisa kita generalisir untuk semua bisnis jasa karena faktanya, beberapa pekerjaan di sektor jasa kurang membutuhkan keterampilan khusus seperti pramusaji di restoran. Sebaliknya, keterampilan “otak” adalah penting untuk tenaga kerja di sektor kuarterner.