Contents
Apa itu: Shadow banking adalah kegiatan perantara keuangan tetapi tidak tunduk pada pengawasan peraturan sistem perbankan. Mereka biasanya mengambil bagian lain dari sistem keuangan, di mana bank komersial tidak boleh atau tidak mau mengambilnya.
Shadow banking mencakup banyak lembaga keuangan. Contohnya adalah:
- Hedge fund
- Investment bank
- Dana ekuitas swasta
- Money market fund
- Special purpose entity conduits (SPE)
- Structured investment vehicles (SIVs)
Mereka secara bersama-sama kita sebut sebagai shadow banks.
Hadirnya shadow banking memperbesar skala krisis keuangan di 2008-2009. Kredit shadow banking berkontribusi terhadap kenaikan tajam harga aset di pasar real estat sebelum krisis keuangan. Gelembung aset kemudian pecah dan menciptakan krisis.
Selama periode tersebut, investor menjadi gelisah dan menarik dananya sekaligus dari sistem ini. Untuk membayarnya, shadow banks harus menjual aset mereka. Itu kemudian memacu kejatuhan perekonomian yang lebih dalam.
Sebelum krisis, shadow banks melihat aset merekamencapai $62 triliun di 2017 dan menyusut menjadi $59 triliun selama krisis. Dan pada akhir tahun 2015, aset kembali melonjak menjadi $92 triliun.
Cara kerja shadow banking
Shadow banks berfungsi mirip seperti perbankan tradisional. Mereka mengumpulkan uang dan menginvestasikannya ke berbagai aset, termasuk menyuntikkan modal ke berbagai perusahaan.
Tapi, shadow banks tidak diatur dengan cara yang sama seperti pinjaman bank komersial. Mereka tidak tunduk pada sebagian besar batasan peraturan sistem perbankan.
Sumber pendanaan
Tidak seperti bank komersial, shadow banks tidak mengambil simpanan masyarakat sebagai sumber pendanaan. Mereka juga tidak memiliki akses ke pendanaan bank sentral, pinjaman antar bank, atau jaminan kredit sektor publik.
Sebaliknya, mereka bergantung pada pendanaan jangka pendek alternatif. Mereka beroperasi di pasar repo, commercial paper, atau menerbitkan surat berharga yang didukung aset. Di pasar repo, misalnya, peminjam menawarkan agunan untu pinjaman tunai dengan menjual sekuritas kepada shadow banks. Peminjam setuju untuk membeli kembali jaminan di masa depan dengan harga yang disepakati.
Sumber pendanaan lainnya berasal dari investor institusional dan investor terakreditasi. Mereka bersedia menyediakan dana yang signifikan.
Target pasar
Shadow banks menargetkan pasar di luar jangkauan bank tradisional. Misalnya, dana ekuitas swasta (private equity fund) seringkali menargetkan perusahan-perusahaan startup. Mereka biasanya tidak memiliki akses ke bank atau pasar modal karena risiko mereka yang tinggi. Di sisi lain, perbankan komersial juga tidak boleh dan tidak bersedia melakukannya karena pertimbangan regulasi.
Beberapa shadow banks lainnya beroperasimelalui berbagai teknik sekuritisasi seperti:
- Asset-backed securities (ABS)
- Collateralized debt obligations (CDOs
- Asset-backed commercial paper (CP)
- Repurchase agreements (repos)
Mereka melakukannya melalui rantai perantara keuangan non-bank dan mengambil beberapa proses yang rumit dan multilangkah. Jenis shadow banks tertentu menangani setiap langkah dan melalui teknik pendanaan tertentu.
Empat karakteristik intermediasi oleh shadow banks:
- Mengumpulkan dana jangka pendek dan menginvestasikannya ke aset jangka yang lebih panjang.
- Menggunakan liabilitas likuid untuk membeli aset berisiko, jangka panjang yang lebih sulit dijual seperti pinjaman.
- Memanfaatkan leverage untuk memperbesar potensi keuntungan (atau kerugian) dari sebuah investasi.
- Mentransfer risiko gagal bayar peminjam ke pihak lain.
Sebagai kompensasi, shadow banks mengambil pendapatan dari fee atau keuntungan dari arbitrase suku bunga. Mereka juga dapat mengambil keuntungan dari penjualan kepemilikan saham entitas, sebagaimana dilakukan oleh dana ekuitas swasta.
Pro dan kontra shadow banking
Shadow banks telah memainkan peran yang semakin signifikan dalam memfasilitasi kredit di sistem keuangan. Mereka menyediakan kredit dan likuiditas di luar sistem perbankan. Jadi, mereka hadir sebagai sumber pinjaman alternatif dan memberikan diversifikasi dalam sistem keuangan. Karena alasan tersebut, mereka berkontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.
Sementara itu, sisi negatif shadow banking adalah:
- Memunculkan risiko potensial yang lebih besar di sistem keuangan. Shadow banks beroperasi seperti bank tetapi dengan pengawasan yang minim. Mereka meningkatkan risiko sistemik karena memiliki hubungan dengan sistem perbankan tradisional melalui rantai intermediasi kredit. Jika terjadi masalah di sistem shadow banking, risiko dapat dengan mudah menyebar ke sistem perbankan tradisional.
- Regulasi yang longgar. Pemantauan aktivitas shadow banking seringkali sulit karena minimnya keterbukaan informasi. Karena alasan ini, di beberapa negara, regulator mulai mengenalkan sejumlah peraturan. Misalnya, melalui Dodd-Frank Act, Federal Reserve Amerika Serikat memiliki kekuasaan untuk mengatur shadow banks yang berdampak sistemik. Salah satu contoh regulasi adalah persyaratan pendaftaran untuk hedge fund yang memiliki aset lebih dari $150 juta.
- Tidak memiliki asuransi simpanan. Tidak seperti bank komersial, dana dari pemasok modal tidak memiliki jaminan kredit. Sehingga, jika kepercayaan pemasok modal jatuh, mereka dapat menarik dana mereka sekaligus. Itu mengganggu operasi shadow banks dan memaksa mereka menjual aset. Dan, pada akhirnya, guncangan menyebar dan menghancurkan sistem keuangan.
- Risiko likuiditas tinggi.Shadow banks mengumpulkan dana jangka pendek dan menggunakanya untuk berinvestasi pada aset jangka panjang. Akibatnya, selama periode pasar tidak likuid, mereka bisa bangkrut dan gagal memenuhi kewajiban jangka pendek mereka.