Contents
Ketika jumlah output menigkat, beberapa biaya produksi meningkat secara proporsional, sementara yang lain tidak berubah sama sekali. Respons biaya terhadap perubahan produksi kita kenal dengan istilah perilaku biaya. Perusahaan harus dapat memprediksi perilaku biaya tertentu dalam menanggapi perubahan output, sehingga mereka dapat meminimalkan biaya, yang mana pada akhirnya dapat memaksimalkan keuntungan.
Untuk tujuan tersebut, kita dapat mengklasifikasikan biaya menjadi biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. Pada artikel kali ini, kami akan membahas perbedaan ketiga jenis biaya ini serta responnya terhadap produksi perusahaan.
#1 Biaya tetap
Ini adalah jenis biaya yang nilainya akan tetap, meskipun jumlah output meningkat atau menurun. Mereka dipandang sebagai biaya rutin, misalnya pembayaran sewa mesin atau bangunan. Biaya sewa harus dibayar apakah perusahaan tidak menghasilkan apa-apa atau mengoperasikan pabrik 24 jam per hari. Contoh lain dari biaya tetap adalah gaji karyawan tetap dan penyusutan.
Total biaya tetap tidak berubah seiring dengan perubahan output. Tetapi, biaya tetap per unit output (rata-rata biaya tetap) akan berubah seiring perubahan output. Ini karena total biaya (konstan) harus dibagi dengan jumlah unit produksi (variabel).
Misalnya, jumlah produksi adalah 100 unit dan total biaya tetap adalah Rp5.000. Rata-rata biaya tetap per unit adalah Rp50 (5.000/100). Jika produksi naik menjadi 200, maka rata-rata biaya tetap turun menjadi Rp25, dan sebaliknya, jika output turun menjadi 50 unit, maka rata-rata biaya tetap naik menjadi Rp100.
Dengan demikian, meskin secara total tetap, tetapi ada hubungan terbalik antara biaya tetap per unit dan jumlah produksi. Jika produksi meningkat, biaya tetap per unit berkurang dan jika produksi menurun, biaya tetap per unit meningkat.
#2 Biaya variabel
Berkebalikan dengan biaya tetap, biaya variabel bervariasi secara langsung terhadap output. Peningkatan output akan membutuhkan peningkatan total biaya variabel. Contoh biaya tetap adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang terlibat dalam produkksi.
Total biaya variabel suatu perusahaan adalah nol ketika tidak ada output. Kemudian, nilainya akan meningkat atau turun ketika ketika output naik atau turun. Misalnya, jika tidak ada produksi, maka perusahaan tidak perlu membeli bahan baku dan oleh karena itu, biaya bahan baku adalah nol.
Ketika perusahaan ditutup karena, misalnya, masa liburan, biaya variabel akan menjadi nol karena produksi tidak terjadi. Biaya variabel kadang-kadang disebut biaya unit-level karena mereka bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi.
#3 Biaya semi-variabel
Seperti namanya, biaya semi-variabel memiliki unsur biaya tetap dan biaya variabel. Contohnya adalah tagihan listrik. Biaya listrik untuk fasilitas produksi mungkin sebesar Rp1 juta per bulan ketika hanya untuk menjaga lampu menyala dan bangunan berfungsi pada tingkat minimal. Namun, jika produksi berlipat ganda dan mesin tambahan dijalankan menggunakan listrik tambahan, biayanya mungkin meningkat menjadi Rp1,5 juta per bulan.
Biaya lembur adalah contoh lainnya. Jika perusahaan hanya memerlukan jumlah tenaga kerja tertentu untuk operasi lini produksi, biaya tenaga kerja adalah biaya tetap. Tetapi, ketika ingin meningkatkan volume produksi, perusahaan memutuskan menambah lembur. Ini berarti peningkatan biaya lembur adalah variabel karena tergantung pada aktivitas produksi.
Selain kedua contoh sebelumnya, biaya gaji bidang penjualan juga dapat bersifat semi-variabel. Gaji tenaga penjual biasanya memiliki komponen tetap, seperti gaji, dan bagian variabel, seperti komisi, yang mana nilainya tergantung pada jumlah unit yang terjual.