Contents
Apa itu: Triple bottom line adalah kerangka kerja untuk mengukur kinerja perusahaan, mencakup tiga aspek, yakni laba, orang, dan planet. Laba mengukur dimensi ekonomi. Sementara itu, orang dan planet mengukur kinerja dalam aspek sosial dan lingkungan.
Ketiga aspek tersebut adalah dasar untuk bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan tidak hanya harus fokus pada dimensi ekonomi (laba), seperti dalam pendekatan konvensional. Tapi, mereka juga harus memperhatikan dampak mereka terhadap sosial dan lingkungan. Sehingga, perusahaan harus mengarahkan strategi mereka untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, lingkungan, sekaligus menguntungkan pemegang saham.
Mengapa triple bottom line penting bagi bisnis?
Kerangka kerja triple bottom line penting untuk bisnis yang berkelanjutan. Masalah sosial dan lingkungan semakin menjadi keprihatinan, terutama oleh pemangku kepentingan seperti konsumen, pemasok dan pemerintah.
Misalnya, peristiwa seperti tumpahan minyak BP, perubahan iklim, dan krisis keuangan 2008 telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan kita. Peristiwa buruk semacam itu telah menggerakkan publik untuk mencari cara yang lebih baik untuk memperbaikinya dan memastikan keberlanjutan dalam kehidupan kita.
Keberlanjutan adalah vital bagi bisnis. Jika lingkungan rusak dan manusia menderita, misalnya, karena polusi, itu mengekspos dampak negatif yang signifikan terhadap bisnis.
Misalnya, perusahaan membutuhkan lingkungan untuk mengekstrak sumber daya alam dan menjadikannya bahan baku. Demikian juga mereka membutuhkan orang-orang untuk direkrut sebagai pekerja. Mereka juga bergantung pada orang-orang untuk membeli produk mereka.
Jadi, jika lingkungan dan kehidupan orang-orang terganggu, akan ada besar masalah bagi bisnis. Singkat kata, tidak ada bisnis jika tidak ada orang-orang dan lingkungan.
Oleh karena itu, perusahaan juga harus memprioritaskan etika dan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam operasi mereka. Mereka tidak boleh hanya berorientasi keuntungan.
Contoh triple bottom line dan penerapannya
Teori triple bottom line memberikan panduan bagi perusahaan untuk memperhitungkan biaya penuh dalam menjalankan bisnis. Mereka tidak hanya berfokus pada yang tercantum dalam laporan keuangan. Tapi, mereka juga harus melihat biaya sosial dan lingkungan.
Seperti disebutkan sebelumnya, teori triple bottom line mencakup tiga dimensi, yakni:
- Laba (profit)
- Orang (people)
- Planet
Ketiganya disingkat dengan 3P. Mari kita dalami satu per satu ketiganya.
Laba
Laba adalah indikator tradisional untuk mengukur kinerja perusahaan. Itu dihitung dengan mengurangi pendapatan dengan beban. Kita bisa melihatnya di laporan laba rugi.
Angka paling bawah dalam laporan laba rugi adalah laba bersih. Kita juga menyebutnya sebagai bottom line. Kita melihat itu untuk menilai seberapa baik kinerja perusahaan.
Laba bersih yang positif menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan uang. Mereka membukukan pendapatan yang lebih besar untuk menutup biaya. Peningkatan laba dari waktu ke waktu mengindikasikan perusahaan menghasilkan lebih banyak uang.
Di masa lalu, keuntungan adalah tujuan utama. Mereka fokus untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Mereka mengembangkan perencanaan strategis dan keputusan bisnis utama dengan hati-hati untuk memaksimalkan keuntungan.
Teori triple bottom line menekankan pada prinsip adil dan etis dalam menghasilkan uang. Mereka melakukan perubahan positif di dunia tanpa menghambat kinerja keuangan. Itu mungkin melibatkan:
- Menjual produk pada harga wajar dan tidak hanya mengejar lebih banyak pendapatan dengan mengenakan harga mencekik
- Memasarkan produk dengan tidak menggunakan praktik menipu untuk menarik konsumen
- Mendekati konsumen dengan memperhatikan aspek seperti privasi
- Memastikan produk dan operasi yang aman bagi lingkungan dan kesehatan konsumen
- Mengenakan upah yang wajar dan sesuai standar – tidak mengenakan upah rendah hanya untuk menekan biaya
- Tidak mempekerjakan orang-orang di bawah umur atau melakukan praktik diskriminasi
- Mengolah limbah dan sampah untuk mengurangi polusi terhadap lingkungan
- Menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang dan terbaharui seperti serat alam
- Mengesktrak sumber daya alam secara bertanggung jawab dan tidak mengeksploitasinya
Orang
Orang merujuk pada pemangku kepentingan dan masyarakat. Mereka mungkin mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, misalnya:
- Karyawan
- Pelanggan
Perusahaan harus bertanggung jawab dan menerapkan praktik etis terhadap mereka. Ambil contoh karyawan. Tanggung jawab sosial perusahan terhadap karyawan bisa melibatkan:
- Memberikan upah yang adill
- Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat
- Mendorong pengembangan profesional
Sementara itu, tanggung jawab sosial kepada konsumen mungkin melibatkan – beberapa telah disebutkan sebelumnya:
- Produk ramah lingkungan dan kesehatan
- Praktik pemasaran yang tidak menipu
- Harga wajar – relatif terhadap kualitas atau harga pasar
Selain itu, tanggung jawab sosial juga seharusnya diarahkan untuk masyarakat umum dan komunitas lokal. Masyarakat umum mencakup mereka yang tidak menjadi pelanggan atau pekerja. Sementara itu, komunitas lokal adalah mereka yang berlokasi dekat dengan perusahaan/pabrik. Mereka terekspos secara tidak langsung oleh aktivitas bisnis. Misalnya, emisi gas rumah kaca tidak hanya berdampak pada komunitas lokal tapi juga masyarakat umum, bahkan mereka yang tinggal di luar negeri.
Planet
Planet merujuk pada lingkungan di mana kita berada. Sementara “orang” memiliki implikasi terhadap pendapatan perusahaan. Planet berimplikasi pada biaya.
Misalnya adalah terkait dengan bahan baku dan pengolahannya. Perusahaan mengambil bahan baku dari alam dan mengolahnya menjadi barang. Tanggung jawab lingkungan mereka bisa melibatkan:
- Menerapkan praktik yang tidak eksploitatif
- Meminimalkan perusakan habitat dan degradasi lingkungan
- Menggunakan bahan baku terbarukan
- Menggunakan energi fosil secara hemat
- Meminimalkan emisi gas rumah kaca
- limbah untuk mengurangi polusi
Contoh-contoh tanggung jawab lingkungan di atas relevan untuk perusahaan di sektor primer dan sekunder. Mereka terlibat langsung dalam aktivitas pemrosesan bahan baku.
Lantas bagaimana dengan sektor tersier atau jasa? Mereka memang tidak terlibat langsung dalam mengolah bahan baku menjadi barang. Melainkan, mereka sebagai pengguna.
Perusahaan jasa menggunakan beragam barang untuk menyediakan produk ke pelanggan, misalnya peralatan kantor. Dan praktik tanggung jawab lingkungan mereka bisa melalui beberapa cara, misanya:
- Menerapkan paperless dengan mengembangkan saluran digital
- Memisahkan kumpulan sampah seperti kertas, plastik, logam, dan kaca sebelum dibuang
- Menghemat air dan listrik
Pro dan kontra triple bottom line
Menerapkan triple bottom line memiliki pro dan kontra terutama terkait dengan dengan implikasinya terhadap keuntungan bisnis. Diantara keuntungannya adalah: Mempertahankan penjualan karena konsumen semakin memperhatikan masalah sosial dan lingkungan
- Meminimalkan kampanye negatif oleh publik dan menghindari tuntutan hukum
- Meningkatkan retensi misalnya dengan memastikan keselamatan dan keamanan kerja
- Mengurangi perekrutan dan pelatihan karena turnover rendah
Sementara itu, triple bottom line mengekspos kelemahan. Biaya operasi meningkat, terutama dalam jangka pendek, misalnya, perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mengolah limbah.
Perusahan juga tidak bisa menekan biaya misalnya dengan mengenakan upah di bawah standar minimum. Atau mereka tidak bisa mempekerjakan pekerja di bawah umur berupah rendah.
Selain itu, penerapan triple bottom line mungkin juga mengurangi peluang perusahaan untuk memaksimalkan penjualan – dari sudut pandang mereka. Misalnya, mereka tidak bisa menggunakan cara-cara menipu atau melanggar privasi untuk memasarkan produk dan menjual lebih banyak.