Contents
Sistem nilai tukar fleksibel (flexible exchange rate) adalah rezim moneter di mana bank sentral membiarkan nilai tukar bergerak bebas tanpa intervensi. Penawaran-permintaan mata uang, termasuk spekulasi, menentukan nilai tukar.
Penentu nilai tukar fleksibel
Permintaan dan penawaran mata uang domestik tergantung pada beberapa faktor, termasuk:
- Tingkat inflasi
- Suku bunga
- Neraca perdagangan
- Aktivitas spekulasi
- Pertumbuhan ekonomi
- Utang pemerintah
Tingkat inflasi
Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi membuat harga barang domestik lebih mahal bagi pembeli asing. Karenanya, barang-barang tersebut tidak kompetitif di pasar internasional. Permintaan barang-barang domestik menurun dan mengakibatkan penurunan ekspor. Penurunan ekspor mengurangi permintaan untuk mata uang domestik, menurunkan nilainya relatif terhadap mata uang mitra dagang.
Suku bunga
Fluktuasi spread (selisih) suku bunga domestik dan suku bunga internasional memengaruhi perilaku investasi. Ketika spread melebar karena kenaikan suku bunga domestik, investor akan masuk untuk mengejar pengembalian yang lebih tinggi. Aliran masuk modal menyebabkan permintaan mata uang domestik meningkat, mendorong apresiasi mata uang domestik.
Sebaliknya, ketika spread menyempit karena penurunan suku bunga domestik, modal mengalir keluar karena investor mencari pengembalian yang lebih tinggi di luar negeri. Akibatnya, mata uang domestik terdepresiasi.
Neraca perdagangan
Ekspor mewakili permintaan mata uang domestik karena pembeli asing perlu mengkonversi uang mereka untuk membayar barang domestik. Sebaliknya, impor mewakili permintaan mata uang mitra dagang karena konsumen domestik harus membayar untuk produk impor.
Oleh karena itu, ketika ekspor lebih tinggi dari impor (surplus perdagangan), nilai tukar nasional cenderung terapresiasi terhadap mata uang mitra dagang. Efek sebaliknya berlaku ketika ekonomi mengalami defisit perdagangan.
Keuntungan dan kerugian dari nilai tukar fleksibel
Nilai tukar fleksibel memungkinkan kebijakan ekonomi domestik yang sepenuhnya independen. Kebijakan luar negeri tidak mengikat bank sentral dalam menerapkan kebijakan moneternya.
Nilai tukar fleksibel tidak memerlukan cadangan devisa yang besar. Itu kontras dengan nilai tukar tetap, di mana bank sentral membutuhkan cadangan devisa yang cukup besar untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing. Cadangan devisa yang besar mencerminkan intervensi yang kredibel.
Secara teori, nilai tukar fleksibel memungkinkan nilai tukar bergerak menuju keseimbangan atau fundamentalnya. Ambil kasus ketika suatu negara mengalami defisit perdagangan. Defisit mengarah ke depresiasi mata uang domestik.
Selanjutnya, sebagai akibat dari depresiasi, barang-barang domestik menjadi lebih murah untuk pembeli asing, dan produk-produk impor menjadi lebih mahal bagi konsumen domestik. Akibatnya, impor turun dan ekspor naik, mendorong apresiasi nilai tukar domestik. Dengan demikian, mekanisme pasar bekerja untuk mengarahkan nilai tukar ke tingkat keseimbangannya.
Namun, nilai tukar yang fleksibel membuatnya sulit untuk mencapai stabilitas ekonomi. Karena tidak ada intervensi, nilai tukar cenderung berfluktuasi. Mereka dapat bergerak dengan cepat, bahkan jika itu hanya karena aktivitas spekulasi kecil. Spekulasi dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan juga mengarah pada krisis keuangan, seperti yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997.