Contents
Apa itu: Utang negara (sovereign debt) adalah utang yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintahan suatu negara. Dengan kata lain, ini adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah nasional. Itu berbeda dengan municipal debt, di mana penerbitnya adalah pemerintah daerah.
Seperti jenis surat utang lainnya, tingkat risiko dalam surat utang ini tercermin dalam tingkat bunga (kupon) yang ditawarkan. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula kupon yang ditawarkan.
Secara tradisional, utang pemerintah dianggap berisiko rendah. Ini karena pemerintah diyakini memiliki berbagai cara untuk memastikan bahwa mereka tidak gagal memenuhi kewajibannya. Dalam kasus ekstrim, pemerintah bisa saja memaksa warga negara dan bisnis, menggunakan kekuatan militer, untuk membayar pajak tinggi.
Mengapa negara harus berutang?
Sebelum menjawabnya, saya akan mengulas singkat anggaran pemerintah.
Suatu negara dapat menjalankan tiga opsi anggaran fiskal: surplus, berimbang dan defisit. Ketiganya berbeda dalam hal apakah pendapatan pemerintah melebihi, sama dengan atau kurang dari belanja pemerintah.
Di bawah defisit fiskal, pendapatan pemerintah lebih kecil daripada pengeluaran. Sumber utama pendapatan pemerintah adalah dari pajak. Oleh karena itu, dalam beberapa buku teks, pengarang mungkin menyebutkan defisit terjadi jika pendapatan pajak lebih rendah daripada pengeluaran pemerintah. Secara konsep, keduanya sama.
Dari mana pemerintah menutup defisit?
Karena pendapatan tidak mencukupi, maka opsi yang mungkin adalah berutang. Itu mirip dengan anggaran anda, ketika anda menginginkan sebuah barang dan pendapatan anda tidak cukup, anda dapat mengambil pinjaman bank.
Pada dasarnya, defisit anggaran pemerintah ditujukan terutama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Setiap kali membutuhkan uang untuk membiayai inisiatif pertumbuhannya, negara hanya dapat melakukannya dengan dua mode, yaitu dengan menaikkan pajak atau dengan berutang.
Karena kenaikan pajak pada umumnya tidak populer, membebani masyarakat dan memerlukan proses ratifikasi yang panjang; pemerintah cenderung memilih untuk mengeluarkan utang, dalam bentuk penerbitan surat utang pemerintah.
Jadi, secara umum, utang pemerintah saat ini adalah akumulasi dari defisit anggaran selama tahun-tahun sebelumnya.
Jenis utang negara
Berdasarkan krediturnya, utang negara terbagi ke dalam dua kategori:
- Utang domestik
- Utang internasional
Utang domestik
Untuk mendanai inisiatif pembangunan domestik, pemerintah menerbitkan obligasi yang kemudian dibeli oleh investor domestik. Ada berbagai jenis investor yang membeli obligasi pemerintah. Mereka termasuk dana pensiun, perusahaan asuransi, dan bank.
Karena investor berasal dari domestik, jenis obligasi ini dianggap bebas risiko pelarian modal. Jadi, efeknya terhadap nilai tukar juga minimal.
Ketika dalam kekacauan ekonomi, negara-negara dapat menaikkan pajak atau hanya mencetak lebih banyak uang untuk membayar kembali pemberi pinjaman mereka. Meskipun, opsi yang terakhir ini memiliki konsekuensi serius terhadap inflasi.
Utang Internasional
Utang internasional adalah bagian dari utang suatu negara di mana pembelinya adalah investor di luar negeri. Pinjaman ini, termasuk bunga, biasanya harus dibayar dalam mata uang di mana pinjaman itu dibuat, misalnya dolar AS, Euro dan Yen Jepang.
Untuk mendapatkan mata uang yang dibutuhkan untuk membayar kembali pinjaman, negara peminjam dapat menjual dan mengekspor barang ke negara pemberi pinjaman. Atau, pemerintah dapat mengkonversi pendapatannya menjadi mata uang asing.
Krisis utang dapat terjadi jika suatu negara dengan ekonomi lemah tidak mampu membayar utang luar negeri mereka. Negara tidak dapat membayar utang karena ketidakmampuan untuk mengumpulkan pajak. Biasanya, itu terjadi selama periode periode pertumbuhan ekonomi lemah seperti resesi, di mana keuntungan bisnis dan pendapatan rumah tangga jatuh.
Indikator kesehatan utang pemerintah
Indikator penting dari kesehatan ekonomi dan tingkat utang suatu negara adalah rasio utang terhadap PDB. Rasio utang terhadap PDB yang tinggi menunjukkan risiko gagal bayar yang lebih tinggi.
Korea, Hong Kong, dan Rusia adalah beberapa negara dengan rasio utang terhadap PDB kurang dari 40% di 2019. Sementara itu, negara-negara seperti Yunani dan Italia memiliki rasio utang terhadap PDB lebih dari 100%. Anda dapat mengakses data sovereign rating indicators di laman Standard and Poor’s.
Tapi, rasio yang tinggi mungkin tidak selalu buruk. Beberapa negara dengan perekonomian yang lebih stabil memiliki toleransi yang tinggi terhadap risiko gagal bayar. Misalnya, meskipun Amerika Serikat memiliki rasio utang terhadap PDB yang tinggi, yakni sebesar 111.95%, tetapi itu diimbangi dengan ekonomi AS yang kuat untuk melunasi utang-utang mereka.
Terlepas dari semua hal ini, utang menimbulkan kewajiban yang harus dibayar. Negara-negara harus belajar dari krisis utang Yunani dimana utang menjadi salah satu sumber krisis, tidak hanya di negara tersebut tetapi juga di dunia.
Apalagi, dengan era globalisasi sekarang ini, efek krisis bisa dengan cepat menular. Jadi, pemerintah harus menangani masalah utang negara dengan sangat hati-hati karena mampu mengirim riak ke seluruh dunia.
Pro-kontra utang negara
Beberapa pendukung percaya bahwa utang diperlukan untuk menjalankan roda perekonomian. Ada beberapa kelebihan dari utang pemerintah, diantaranya:
Pertama, itu membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. Negara-negara menutup defisit mereka dengan meminjam. Pemerintah dapat menggunakan utang untuk untuk mendanai proyek-proyek pembangunan di dalam negeri. Pembangunan seperti infrastruktur dan pendidikan berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas produktif perekonomian.
Jika dana pinjaman tidak ada, maka inisiatif pembangunan tentu tidak dapat berjalan. Dan, ini dapat menghambat pembangunan suatu negara dalam jangka panjang.
Kedua, pemerintah dapat menggunakan utang sebagai saluran instrumen kebijakan ekonomi. Melalui kebijakan ekonomi, pemerintah berusaha menghindari efek negatif dari fluktuasi siklus bisnis.
Untuk melakukannya, bank sentral dapat menggunakan surat utang dalam melakukan operasi moneter. Ketika ingin memoderasi pertumbuhan ekonomi dan inflasi, bank sentral akan menjual surat utang pemerintah ke pasar. Sebaliknya, ketika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, bank sentral akan membeli surat utang pemerintah di pasar.
Ketiga, penerbitan surat utang merangsang pasar obligasi korporasi berkembang. Surat utang pemerintah biasanya menjadi benchmark bagi surat utang korporasi. Sehingga, berkembangnya pasar surat utang negara memungkinkan pasar obligasi korporasi juga ikut berkembang.
Tapi, pengkritik berargumen bahwa utang pemerintah memiliki sejumlah kelemahan, diantaranya:
Pertama, utang pemerintah memunculkan efek crowding-out. Jika pemerintah meminjam terlalu besar di pasar domestik, itu mengurangi dana yang dapat dipinjam oleh sektor swasta.
Penerbitan besar berarti pasokan lebih banyak. Ada kemungkinan terjadi ekses pasokan dan pasar tidak dapat menyerap surat utang pemerintah. Dalam situasi semacam itu, pemerintah mungkin akan menawarkan suku bunga tinggi untuk memikat investor dan menarik permintaan.
Suku bunga lebih tinggi dapat menghambat investasi swasta karena biaya modal menjadi lebih mahal. Penurunan investasi swasta dapat meredam pertumbuhan ekonomi secara lebih besar daripada yang dapat distimulasi dari pengeluaran pemerintah.
Kedua, itu dapat berefek pada devaluasi mata uang. Jika suatu negara mengalami gagal bayar, kecenderungan alami adalah untuk menurunkan beban utang. Ini sering dicapai dengan mendevaluasi mata uang lokal. Devaluasi berarti menurunkan daya beli mata uang domestik. Itu dapat menggerus kepercayaan terhadap perekonomian domestik.
Ketiga, utang rentan terhadap pelarian modal. Tingginya kepemilikan asing di surat utang pemerintah membuat kondisi perekonomian rentan terhadap aksi spekulan. Mereka dapat menarik investasinya kapan saja demi mengejar keuntungan jangka pendek atau mengamankan investasi mereka.
Arus keluar modal asing menciptakan tekanan terhadap nilai tukar. Tekanan terhadap nilai tukar semakin besar jika, pada saat yang sama, negara tersebut menjalankan defisit perdagangan.
Krisis utang negara
Tidak semua perekonomian dapat mengelola utang yang besar. Beberapa negara memiliki kondisi perekonomian yang tidak stabil, sehingga utang dapat memperburuk keadaan.
Negara dengan inflasi tinggi atau nilai tukar yang volatile biasanya harus menerbitkan surat utang dengan kupon yang tinggi. Tujuannya adalah untuk menarik investor yang berani mengambil risiko. Itu tentu saja membebani anggaran pemerintah.
Ketika meminjam terlalu banyak dan tidak mampu melunasi pokok dan membayar bunga utang, negara tersebut mengalami apa yang disebut sebagai gagal bayar. Karena negara tidak dapat mengajukan kebangkrutan saat gagal bayar, mereka harus mengajukan penawaran pertukaran kepada pemegang surat utang.
Negosiasi pertukaran seringkali berjalan buntu dan berlarut-larut. Jika kondisi tersebut terjadi, pemerintah umumnya akan mengambil langkah devaluasi mata uang nasional untuk mengurangi beban utang mereka.
Devaluasi mengurangi daya beli mata uang negara tersebut. Devaluasi memang dapat menggerakkan ekspor secara lebih besar, yang mana dapat membantu meningkatkan PDB. Tapi, devaluasi mata uang juga berarti bahwa uang domestik bernilai lebih kecil ketika ditukar dengan barang dan jasa.
Akibatnya, masyarakat tidak mampu membeli sebanyak sebelumnya, dan mengakibatkan kepercayaan domestik dan internasional terhadap perekonomian jatuh.