Contents
Ability to pay tax atau kemampuan membayar pajak adalah prinsip bahwa pajak seharusnya didasarkan pada kemampuan membayar dari masing-masing wajib pajak. Dengan kata lain, pajak harus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan atau kekayaan dari wajib pajak. Mereka yang memiliki kemampuan membayar yang lebih besar harus membayar pajak lebih banyak.
Contoh
Jenis pajak progresif adalah aplikasi dari prinsip kemampuan membayar. Pajak ini membebankan tarif pajak yang lebih tinggi kepada mereka yang berpenghasilan lebih tinggi. Pajak progresif menggunakan tarif pajak marginal yang meningkat dengan meningkatnya jumlah penghasilan kena pajak. Oleh karena itu, persentase pendapatan yang dibayarkan dalam pajak meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Contohnya adalah pajak kekayaan, pajak properti, dan penghasilan. Pajak penjualan untuk barang-barang mewah dan pembebasan pajak penjualan untuk kebutuhan dasar dapat digambarkan memiliki efek progresif karena meningkatkan beban pajak keluarga berpenghasilan tinggi dan menguranginya pada keluarga berpenghasilan rendah.
Perbedaan dengan prinsip manfaat
Kemampuan membayar sangat berbeda dengan prinsip manfaat. Dalam prinsip manfaat, hanya mereka yang mendapat manfaat dari pengeluaran publik yang harus dikenai pajak. Misalnya, mereka yang mendapat manfaat dari jalan beraspal adalah yang membayar biaya jalan tersebut.
Sementara itu, prinsip kemampuan membayar pajak tidak menghubungkan antara penggunaan dan pembayaran pajak. Prinsip ini hanya mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki pendapatan lebih besar harus membayar pajak yang lebih tinggi.
Prinsip kemampuan membayar pajak mengakui bahwa masyarakat tidak selalu dapat mengukur manfaat yang diperoleh dari pengeluaran pemerintah. Ini juga mengasumsikan bahwa orang-orang dengan pendapatan lebih tinggi menderita lebih sedikit ketidaknyamanan membayar pajak daripada orang yang berpendapatan lebih rendah..
Keunggulan dan kelemahan prinsip kemampuan membayar pajak
Pendukung sistem progresif mengklaim bahwa pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan orang kaya membayar pajak yang lebih tinggi dan bahwa ini adalah sistem yang paling adil karena mengurangi beban pajak orang miskin.
Karena orang miskin memiliki pendapatan sekali pakai terkecil dan menghabiskan proporsi uang mereka yang lebih tinggi untuk kebutuhan dasar, seperti perumahan, sistem ini memungkinkan mereka untuk menyimpan lebih banyak uang mereka.
Namun, pengkritik mengatakan bahwa karena sulit untuk mengukur secara andal kemampuan membayar dari masing-masing wajib pajak, penerapan prinsip ini cenderung menghukum orang-orang yang bekerja keras. Pada dasarnya, mereka yang berpenghasilan tinggi adalah orang yang bekerja lebih keras. Dengan demikian, prinsip ini tidak memberikan insentif untuk berpenghasilan lebih tinggi dan bekerja keras.
Selain itu, penerapan prinsip kemampuan bayar memberi ruang manipulasi oleh otoritas pajak. Hal ini karena tidak ada tarif yang seragam. Tarif perpajakan bervariasi sesuai dengan pendapatan, sehingga membuat sistem ini subyektif dan tergantung pada pendapat pribadi para pejabat pajak.