Contents
Dalam ilmu ekonomi, konsumsi modal (capital consumption) merujuk pada modal yang dibutuhkan untuk menggantikan barang modal yang sudah usang. Nilainya akan sebesar depresiasi barang modal, oleh karena itu, istilah depresiasi sering digunakan secara bergantian. Meskipun demikian, istilah depresiasi digunakan untuk menjelaskan biaya yang ditanggung karena barang modal usang, sedangkan konsumsi modal menjelaskan jumlah investasi yang diperlukan untuk mengganti barang modal yang telah usang.
Deskripsi tentang “Konsumsi Modal”
Istilah konsumsi modal sering digunakan untuk menjelaskan depresiasi barang modal dalam perekonomian secara agregat, daripada individual perusahaan. Nilainya dapat dilacak dari produk domestik bruto (PDB), meskipun sangat sulit untuk menghitungnya.
Konsumsi modal muncul karena barang modal aus atau rusak. Barang modal juga bisa menjadi usang karena perubahan teknologi atau pergeseran permintaan. Misalnya, peningkatan permintaan komputer membuat investasi dalam memproduksi mesin ketik menjadi usang.
Investasi barang modal dan pertumbuhan ekonomi
Konsumsi modal mencerminkan jumlah investasi yang diperlukan untuk mengganti bahan usang dan mempertahankan produksi saat ini. Peningkatannya tidak menyebabkan kapasitas produksi sebuah perusahaan.
Kapasitas akan meningkat hanya jika investasi barang modal lebih besar dibandingkan dengan depresiasi. Dengan kata lain, investasi bersih (investasi bruto dikurangi depresiasi) harus bernilai positif. Investasi bruto sendiri merujuk pada jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli barang modal.
Dalam makroekonomi, akumulasi barang modal menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Pertambahan barang modal meningkatkan kapasitas produktif perekonomian, memungkinkannya untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa. Oleh karena itu, kegagalan untuk menghasilkan barang modal yang cukup untuk menggantikan barang modal yang usang dalam proses produksi dapat memperburuk prospek pertumbuhan di masa depan.
Selain jumlahnya yang perlu ditingkatkan, kualitas barang modal juga perlu diperbaiki. Perkembangan teknologi berkontribusi menghasilkan barang-barang modal yang lebih canggih. Dengan peralatan atau mesin berteknologi terbaru, pekerja dapat lebih produktif. Mereka dapat menghasilkan output yang lebih banyak dengan mesin baru daripada mesin lama, meskipun jumlah jam kerja tetap.