Contents
Apa itu: Fase puncak (peak phase) adalah titik tertinggi dari siklus bisnis. Itu adalah titik balik setelah ekspansi perekonomian melambat tetapi sebelum bergerak menuju kontraksi.
Di bagian boom, perekonomian berusaha mencapai batas maksimumnya, dan tekanan inflasi adalah tinggi, yang mengarah ke ekonomi yang terlalu panas. Situasi ini mendorong intervensi pemerintah untuk menghindari hiperinflasi. Dan ketika mereka terlalu agresif, kebijakan tersebut tidak hanya memoderasi tingkat inflasi tetapi mengarahkan perekonomian ke arah kontraksi.
Dimana tahapan: Siklus bisnis terdiri dari empat fase utama, yaitu puncak, kontraksi, palung, dan ekspansi. Puncak dan palung adalah titik balik siklus. Sementara puncak adalah titik tertinggi, palung adalah titik terendah dari siklus. Kontraksi mengacu pada saat PDB riil menurun, sementara, sebaliknya, selama ekspansi, PDB riil meningkat.
Apa yang terjadi selama fase puncak
Pada fase puncaknya, perekonomian akan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
- PDB riil aktual akan mencapai batas maksimumnya (output potensial).
- Pengangguran berada pada tingkat alamiahnya, yang merupakan titik terendah (pada kesempatan kerja penuh). Penurunan lebih lanjut hanya akan menyebabkan inflasi melonjak.
- Tekanan inflasi adalah tinggi dan dapat melonjak lebih jauh jika perekonomian beroperasi di atas potensi outputnya.
- Belanja konsumen dan produksi semuanya telah mencapai tingkat maksimum.
Bagaimana cara kerjanya
Selama periode ekspansi, kegiatan ekonomi meningkat. PDB riil tumbuh kuat, dan tingkat inflasi melonjak. Tingkat pengangguran juga rendah karena permintaan tenaga kerja tinggi.
Saat ekspansi mendekati puncaknya, ekonomi mulai menguji level tertingginya. PDB riil tumbuh pada tingkat yang lebih lambat dari sebelumnya. Demikian juga, tingkat inflasi juga meningkat dengan kecepatan yang lebih lambat.
Di pasar tenaga kerja, pengangguran rendah, dan perekonomian mendekati kesempatan kerja penuh (full employment). Kekurangan tenaga kerja terampil muncul, mendorong upah naik. Perusahaan mulai kesulitan mencari tenaga kerja tambahan untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi permintaan konsumen.
Ketika kesempatan kerja penuh tercapai, penurunan tingkat pengangguran hanya akan menghasilkan tekanan inflasi ke atas (Kurva Philips).
Kelangkaan di pasar tenaga kerja dapat menyebabkan spiral harga-upah, yang mengarah ke tingkat inflasi yang tidak terkendali. Inflasi yang lebih tinggi memaksa tenaga kerja untuk menegosiasikan kembali upah nominal yang lebih tinggi untuk mengimbangi penurunan daya beli akibat inflasi. Perusahaan tidak memiliki pilihan lain karena mereka merasa sulit untuk menemukan pekerja baru karena kekurangan di pasar tenaga kerja.
Kenaikan upah meningkatkan biaya produksi. Untuk mempertahankan laba, perusahaan menaikkan harga jual produk. Itu membuat inflasi naik lagi. Dan, pekerja menegosiasikan kembali upah yang lebih tinggi. Upah, biaya produksi naik, dan harga jual naik lebih jauh, mendorong inflasi terus ke atas.
Kondisi seperti itu terus berlanjut dan menciptakan spiral dalam perekonomian. Jika tidak ditangani, itu dapat menyebabkan hiperinflasi, yang dapat mengancam stabilitas perekonomian domestik.
Untuk mencegah hiperinflasi, pemerintah akan melakukan intervensi melalui kebijakan ekonomi kontraktif. Pilihan kebijakannya adalah:
- Kebijakan fiskal kontraktif dengan menaikkan tarif pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah.
- Kebijakan moneter kontraktif dengan menaikkan suku bunga kebijakan, pembelian SUN ( operasi pasar terbuka), dan menaikkan rasio giro wajib minimum
Katakanlah, bank sentral mencoba untuk memoderasi inflasi dengan menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga mempercepat perekonomian ke puncaknya—tingkat suku bunga yang lebih tinggi memperlambat investasi dan belanja konsumen. Jika efektif, itu akan memoderasi tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi karena permintaan agregat melemah. Dan itu tidak menyebabkan ekonomi menuju kontraksi.
Tapi, jika terlalu agresif, kebijakan bisa membuat perekonomian mengalami kontraksi. Pertumbuhan ekonomi negatif, inflasi turun drastis, dan tingkat pengangguran meningkat.
Bacaan selanjutnya
- Depresi Ekonomi: Penyebab, Contoh, Efek, Solusi yang Mungkin
- Ekspansi Ekonomi: Definisi, Karakteristik, Faktor Pemicu, Dampak
- Fase Palung Dari Siklus Bisnis: Definisi dan Karakteristiknya
- Fase Puncak Siklus Bisnis: Arti, Karakteristik
- Keruntuhan Ekonomi: Tanda, Penyebab, dan Contoh
- Kontraksi Ekonomi: Definisi, Penyebab dan Dampaknya
- Krisis Ekonomi: Jenis dan Dampaknya
- Ledakan Ekonomi: Definisi, Ciri-Ciri, Dampak
- Pemulihan Ekonomi: Definisi, Jenis dan Karakteristiknya
- Resesi Ekonomi: Penyebab, Efek, dan Kemungkinan Solusi
- Siklus Bisnis Riil: Konsep, Asumsi, Penyebab, Kritik
- Siklus Bisnis: 4 Fase, Karakteristik dan Efeknya
- Siklus Kondratieff: Definisi, Rincian Siklus dan Kritik