Ledakan ekonomi (economic boom) adalah bagian terakhir dari fase ekspansi dalam siklus bisnis. Ini adalah periode ketika pertumbuhan ekonomi mulai menguji batasnya sebelum mencapai puncaknya. Perekonomian biasanya menunjukkan overheating karena inflasi naik.
Di Amerika Serikat, tahun 1990-an menjadi periode terpanjang dari catatan ekspansi terpanjang, yang berlangsung selama sepuluh tahun dari Maret 1991 hingga Maret 2001. Gelembung ekonomi meledak, ditandai oleh Gelembung Dot-Com (Dot-Com bubble) dan diikuti oleh resesi pada tahun 2001.
Lebih dalam tentang “Ledakan Ekonomi”
Pada bagian ini, kita akan membahas dua aliran pemikiran ekonomi utama yang menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan ledakan ekonomi.
- Keynesian percaya ledakan disebabkan peningkatan permintaan agregat. Ketika ekonomi berekspansi, orang melihat prospek positif untuk pendapatan mereka. Mereka kemudian meningkatkan pengeluaran. Kondisi ini menstimulasi bisnis untuk meningkatkan output dan mempekerjakan lebih banyak pekerja, yang mana menciptakan riak pada pendapatan dan pengeluaran rumah tangga lebih lanjut. Peningkatan pengeluaran selanjutnya mendorong peningkatan produksi dan pendapatan. Proses ini berlanjut dalam skala besar dan pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi lebih lanjut.
- Para Monetaris memandang pasokan uang adalah faktor di belakang ledakan ekonomi. Mereka percaya bahwa persediaan uang harus naik seiring dengan tingkat output untuk mencapai stabilitas harga. Tetapi, jika pasokan meningkat terlalu cepat, ini akan menciptakan inflasi yang tajam. Sebaliknya, jika jumlah uang beredar meningkat lebih lambat daripada pertumbuhan output, ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Apa yang terjadi selama ledakan ekonomi
Indikator kegiatan ekonomi seperti PDB riil dan produksi industri tumbuh pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan dengan sebelumnya. Kesenjangan output biasanya positif, yakni PDB riil aktual berada di atas PDB potensial.
Permintaan barang dan jasa tetap beragam, tidak hanya pada barang-barang tahan lama. Perusahaan sangat percaya diri. Mereka melihat prospek laba yang kuat. Untuk menangkapnya, mereka menaikkan harga jual dan memperluas produksi. Mereka mulai memesan alat berat dan terlibat dalam pembangunan fasilitas produksi baru. Karenanya, selama periode ini, inflasi dan pengeluaran investasi meningkat.
Di pasar tenaga kerja, tingkat pengangguran menurun. Perusahaan menghadapi kekurangan pekerja yang berkualitas. Mereka menawarkan upah tinggi untuk menggoda karyawan menjauh dari pesaing. Pertumbuhan gaji yang berlebihan juga dapat menyebabkan inflasi ketika perusahaan meneruskan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen.
Percaya bahwa permintaan akan bertahan di masa mendatang, perusahaan meminjam uang untuk memperluas kapasitas produksi. Ini bisa mengakibatkan masalah arus kas jika keberlangsungan permintaan ternyata hanya berlangsung untuk jangka waktu singkat karena bank sentral kemungkinan besar akan segera menaikkan suku bunga untuk mendinginkan perekonomian.
Di pasar modal, aset berisiko seperti saham perusahaan siklikal berada dalam permintaan. Aset-aset ini melihat peningkatan nilai yang signifikan dan mengarah pada gelembung karena banyak aset yang diperdagangkan melebihi nilai intrinsiknya. Sebaliknya, aset yang lebih aman, yang sangat dituntut selama resesi, biasanya memiliki harga yang lebih rendah.
Selama periode ini, defisit fiskal biasanya menurun. Peningkatan laba bisnis dan pendapatan rumah tangga menyebabkan pemerintah mengumpulkan pendapatan pajak yang lebih tinggi. Pada saat yang sama, ketika pengangguran menurun, arus keluar untuk pembayaran transfer lebih rendah.