Contents
Apa itu: Otonomi (autonomy) mengacu pada sejauh mana karyawan memiliki kebebasan dan independensi dalam menjalankan peran dan membuat keputusan tentang pekerjaan mereka. Memberi otonomi adalah satu cara untuk memotivasi. Karyawan menaruh rasa hormat yang lebih tinggi ke perusahaan karena mempercayai dan menghargai mereka dengan tidak hanya memberi lebih banyak kontrol dan tanggung jawab atas pekerjaan. Tapi, perusahaan juga memberi mereka lebih banyak fleksibilitas untuk mengaktualisasikan diri dan mengatur kehidupan kerja mereka.
Mengapa otonomi penting?
Otonomi di tempat kerja penting untuk meningkatkan kepuasan karyawan. Perusahaan memberi mereka lebih banyak kesempatan kepada karyawan untuk mengatur kehidupan kerja mereka. Sehingga, mereka merasa termotivasi untuk menjalani rutinitas sehari-hari dan mengembangkan kemampuan diri.
Kepuasan dan motivasi yang lebih tinggi bisa mengarah pada produktivitas yang lebih tinggi. Dengan memiliki pengaruh yang lebih besar atas pekerjaan mereka, karyawan memiliki lebih banyak keterlibatan atas peran mereka dan lebih bertanggung jawab atas hasil mereka. Sehingga, mereka bekerja lebih keras untuk memperoleh hasil yang terbaik. Kemudian, mereka berusaha untuk mengembangkan pemecahan masalah dan berkinerja lebih baik untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi dan rasa pencapaian yang lebih besar.
Di mana otonomi banyak ditemukan?
Perusahaan dengan struktur organisasi terdesentralisasi memberikan lebih banyak otonomi kepada karyawan. Karyawan dan manajemen tingkat bawah memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk mengatur kehidupan mereka sendiri. Sementara itu, manajemen tingkat atas mengambil lebih banyak peran pada aspek yang lebih strategis seperti perencanaan target dan strategi.
Sebaliknya di bawah struktur organisasi tersentralisasi dan birokratis, perusahan lebih banyak mengatur. Sehingga, karyawan memiliki lebih sedikit otonomi dan partisipasi.
Budaya perusahaan dan gaya kepemimpinan adalah faktor lainnya. Otonomi adalah umum di bawah lingkungan demokratis dengan kepemimpinan otonom, di mana pimpinan memberikan lebih banyak kebebasan dan wewenang kepada karyawan untuk membuat keputusan yang relevan dengan posisi mereka. Selain itu, pimpinan juga memberikan sumber daya dan fasilitas untuk mendukung mereka menjalani peran secara efektif. Mereka mendorong karyawan untuk mengembangkan diri, mengatur kehidupan kerja dan mengembangkan pemecahan masalah sendiri.
Sebaliknya, kesempatan semacam itu sulit untuk ditemukan di bawah kepemimpinan otoriter. Pimpinan mengambil peran dominan dalam mengambil keputusan, mengatur pekerjaan dan mengawasi karyawan secara langsung.
Apa saja kelebihan otonomi?
Keterlibatan dan motivasi yang lebih tinggi. Karyawan menjadi lebih bertanggung jawab atas pekerjaan dan hasil mereka sendiri. Perusahaan memberi mereka kebebasan untuk bekerja sesuai dengan cara mereka. Sebagai hasilnya, mereka memiliki kontrol atas kesuksesan mereka, memungkinkan mereka untuk berusaha yang terbaik.
Produktivitas yang lebih tinggi. Karena memiliki tanggung jawab lebih besar atas kesuksesan mereka sendiri, karyawan bersemangat untuk berkinerja lebih baik dan efisien. Sehingga, dengan melakukannya, mereka bisa meraih sukses dalam peran dan karir.
Selain itu, otonomi tidak hanya mendorong pada produktivitas individu, tapi juga bisnis secara keseluruhan. Misalnya, manajer bisa memiliki lebih banyak waktu untuk mengambil peran pada perencanaan strategi dan pengorganisasian sumber daya alih-alih menghabiskan waktu untuk mengawasi dan mengontrol karyawan.
Memuaskan kebutuhan untuk dihargai. Karyawan merasa perusahaan menghargai mereka dengan memberikan kebebasan untuk mengatur pekerjaan mereka. Perusahaan mengakui dan mempercayai mereka untuk mengembangkan diri dan menjalani kehidupan kerja mereka sendiri, termasuk dalam pemecahan masalah.
Mendorong lebih banyak kreatifitas. Masing-masing karyawan seringkali memiliki pendekatan yang unik untuk menyelesaikan tugas dan mengatasi masalah dalam pekerjaan. Dan, otonomi memberi mereka kesempatan untuk itu. Mereka bisa mengembangkan kreativitas dan mengaktualisasikan kemampuan diri. Sebagai hasilnya, inovasi bisa berkembang karena lebih banyak kreativitas di dalam bisnis.
Meningkatkan retensi. Karyawan puas dengan pekerjaan mereka dan menikmati kehidupan kerja mereka. Sehingga, mereka tidak ingin meninggalkannya karena mungkin tidak akan menemukannya di tempat lain.
Melatih kualitas kepemimpinan. Memberi karyawan kebebasan untuk mengelola diri dan kehidupan kerja mereka sendiri mendorong pemikiran mandiri, pemecahan masalah, dan pemikiran kreatif mereka. Mereka lebih sedikit diatur, sehingga menjadi pemimpin bagi diri mereka sendiri.
Mendorong keseimbangan kerja-kehidupan. Karyawan mengatur sendiri kehidupan kerja mereka, termasuk kapan dan bagaimana mereka menyelesaikan pekerjaan. Sehingga, mereka bisa memprioritaskan rutinitas sesuai dengan kebutuhan mereka.
Apa saja kelemahan otonomi?
Arah yang tidak jelas. Otonomi tidak selalu mengarah pada kinerja yang lebih baik. Misalnya, beberapa karyawan mungkin bingung dan frustasi. Mereka merasa manajemen seolah-olah membiarkan mereka bekerja tanpa arah. Itu karena manajemen tidak memberikan arahan yang jelas, termasuk target yang harus dituju, pekerjaan apa saja yang harus dilakukan, batasan pengambilan keputusan dan kriteria keberhasilan.
Keengganan laten manajer. Kinerja karyawan menentukan seberapa sukses manajer melakukan pekerjaannya. Ketika memberi lebih banyak kebebasan kepada karyawan, itu berarti dia mempertaruhkan kesuksesan mereka pada karyawan. Karena alasan ini, dia cenderung enggan untuk memberikan otonomi. Dia berkepentingan untuk memastikan karyawan bekerja sesuai dengan keinginan dia, yang mana berarti membutuhkan lebih banyak pengawasan alih-alih kebebasan.
Ketidaksiapan karyawan. Mengijinkan karyawan untuk mengatur dan bertanggung jawab atas pekerjaan membutuhkan perusahan untuk melengkapi mereka dengan sumber daya dan pelatihan yang memadai. Jika tidak, sulit untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Ketidaksiapan kemungkinan besar membuat karyawan berkinerja tidak sesuai dengan tuntutan perusahaan. Kemudian, peningkatan stress dan demotivasi lebih mungkin terjadi ketika mereka tidak siap.
Resisten terhadap input eksternal. Karyawan terlalu fokus dalam mengatur kehidupan kerja mereka sendiri, membuat mereka sulit untuk berpikir “out of the box”. Mereka beranggapan mereka yang lebih tahu tentang diri sendiri dan mengabaikan sudut pandang eksternal. Sehingga, itu mungkin membuat mereka resisten terhadap wawasan atau masukan dari eksternal, bahkan dari pimpinannya.
Bacaan selanjutnya
- Motivasi Non-Finansial: Mengapa Penting? Apa Jenis-Jenisnya?
- Pemberdayaan: Pentingnya, Keuntungan, Kerugian
- Otonomi Dalam Manajemen: Pentingnya, Kelebihan dan Kekurangan
- Kerja Tim: Pentingnya, Kelebihan, Kekurangan
- Delegasi Dalam Manajemen: Cara Kerja, Keuntungan, Kerugian
- Perluasan Pekerjaan: Kelebihan dan Kekurangan
- Pengayaan Pekerjaan: Pentingnya, Keuntungan, Kekurangan
- Desain Ulang Pekerjaan: Cara Kerja, Manfaat
- Rotasi Pekerjaan: Pentingnya, Kelebihan dan Kekurangan
- Kerja Fleksibel: Jenis, Kelebihan, Kekurangan