Penetapan harga berbasis permintaan (demand-based pricing) adalah strategi penetapan harga berdasarkan seberapa besar keinginan pelanggan untuk membeli suatu produk atau layanan. Singkatnya, perusahaan membebankan harga berdasarkan nilai yang dirasakan sebagai elemen utama.
Jenis penetapan harga berbasis permintaan
Dalam penetapan harga berbasis permintaan, perusahaan menganggap pelanggan memiliki respons berbeda terhadap harga produk atau layanan. Mereka mempertimbangkan nilai yang mereka rasakan sebelum memutuskan untuk membeli.
Selain nilai yang dirasakan pelanggan, faktor lain yang mempengaruhi penetapan harga adalah biaya produksi, kualitas produk, persaingan, kondisi pasar, dan lokasi pasar.
Berbagai bentuk penetapan harga berdasarkan permintaan adalah:
- Skimming harga (price skimming)
- Diskriminasi harga (price discrimination)
- Penetrasi harga (penetration pricing))
Skimming harga
Perusahaan memiliki aset awal yang sangat tinggi sehingga hanya pelanggan dengan daya beli tinggi yang mampu membeli produk tersebut. Setelah itu, perusahaan secara bertahap mengurangi harga sehingga pelanggan yang sensitif terhadap harga – yang sebelumnya tidak dapat membeli produk – sekarang dapat membeli.
Penetrasi harga
Dalam strategi ini, perusahaan menetapkan harga awal yang rendah. Tujuannya adalah untuk menarik pelanggan sebanyak mungkin dan meningkatkan pangsa pasar. Perusahaan mungkin menawarkan harga diskon untuk menarik pelanggan.
Dengan meningkatnya pangsa pasar dan kekuatan pasar, perusahaan dapat secara perlahan menaikkan harga. Dengan kata lain, perusahaan mengorbankan keuntungan jangka pendek dengan menjual dengan harga rendah (atau bahkan kerugian) dan berusaha memaksimalkan laba jangka panjang, terutama ketika kompetisi longgar dan posisi pasar perusahaan semakin kuat.
Diskriminasi harga
Perusahaan menetapkan harga berdasarkan jumlah yang bersedia dibayar pelanggan untuk suatu produk atau layanan. Ada berbagai bentuk diskriminasi harga: diskriminasi harga sempurna (diskriminasi tingkat pertama), diskriminasi tingkat kedua, dan diskriminasi tingkat ketiga.
Dalam diskriminasi harga sempurna, perusahaan membebankan harga berdasarkan nilai maksimum yang bersedia dibayarkan oleh setiap pelanggan. Dengan begitu, perusahaan memaksimalkan keuntungan dan mengubah setiap surplus konsumen menjadi surplus produsen.
Meskipun menawarkan manfaat maksimal, diskriminasi sempurna sulit diterapkan di dunia nyata. Tidak mudah untuk mengukur harga maksimum yang bersedia dibayar oleh setiap individu. Juga, kesulitan kedua adalah mencegah penjualan produk dari pelanggan yang membayar harga rendah ke pelanggan yang membayar tarif tinggi.