Contents
Apa itu: Turnover karyawan (employee turnover) adalah sebuah metrik untuk mengukur berapa persen karyawan yang meninggalkan perusahaan anda. Kita menghitungnya dengan membandingkan jumlah karyawan yang keluar dengan total karyawan, dinyatakan sebagai persentase. Itu berguna untuk mendalami seberapa efektif manajemen sumber daya anda.
Rasio tinggi biasanya tidak disukai karena cenderung mengarah pada peningkatan biaya dan penurunan produktivitas. Tapi, tidak ada panduan pasti untuk menerjemahkannya. Oleh karena itu, anda harus mendalami mengapa persentasenya naik atau turun. Misalnya, turnover yang tinggi bisa akibat kepuasan kerja yang buruk. Atau, itu karena anda mengeluarkan karyawan tidak kompeten lebih banyak.
Apa saja jenis turnover karyawan?
Secara umum, kita bisa mengklasifikasikan turnover karyawan menjadi dua kategori berdasarkan alasan mengapa karyawan keluar dari perusahaan. Mereka adalah turnover sukarela (voluntary turnover) dan turnover tidak sukarela (involuntary turnover).
Turnover sukarela adalah ketika karyawan anda berniat untuk meninggalkan perusahaan anda. Berbagai alasan itu terjadi. Misalnya, itu bisa karena mereka mencari kesempatan yang lebih baik di tempat lain. Atau, mereka memutuskan untuk berhenti karena mereka tidak cocok dengan budaya dan lingkungan kerja di perusahaan anda.
Sementara itu, turnover tidak sukarela terjadi ketika anda meminta karyawan untuk meninggalkan perusahaan anda. Alasannya mungkin karena tidak kompeten dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Atau, mereka melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan anda.
Bagaimana menghitung turnover karyawan?
Kita menghitung turnover karyawan dengan membagi total karyawan yang keluar dari perusahaan anda dengan rata-rata karyawan yang bekerja selama periode tertentu, dinyatakan sebagai persen. Berikut rumus turnover karyawan:
- Turnover karyawan = (Jumlah karyawan yang keluar / Jumlah total karyawan) x 100
Misalnya, jumlah karyawan anda adalah 1.000 orang selama seminggu dan jumlah karyawan yang keluar sebanyak 50 orang. Kita mendapatkan tingkat turnover 5% = 50 /1.000.
Jika anda mengaitkannya dengan produktivitas, anda perlu mengecualikan mereka yang cuti dari perhitungan. Itu karena mereka tidak bekerja dan tidak berkontribusi terhadap output perusahaan anda. Selain itu, tingkat turnover yang anda dapatkan akan lebih rendah karena anda menggunakan penyebut yang lebih tinggi. Sehingga, memasukkan mereka bisa menghasilkan bias dalam menyimpulkan persentasenya.
Apa penyebab turnover karyawan?
Turnover adalah hal yang normal di perusahaan. Beberapa orang meninggalkan perusahaan karena alasan pribadi atau karena alasan lain. Untuk menjelaskan lebih lanjut, mari kita gunakan klasifikasi di atas – turnover sukarela dan tidak sukarela – untuk merinci alasan-alasan yang mungkin.
Penyebab turnover sukarela
Ketika meninggalkan perusahaan anda secara sukarela, karyawan anda memiliki alasan pribadi. Itu mungkin karena mereka tidak cocok dengan manajemen di perusahaan anda atau karena memang ingin mengejar kesempatan yang lebih di perusahaan lain.
Ketidakcocokan. Budaya dan lingkungan kerja yang tidak mendukung bisa menjadi alasan karyawan anda meninggalkan perusahaan. Misalnya, beberapa karyawan mungkin senang budaya dan lingkungan yang lebih demokratis di mana mereka bisa berpartisipasi aktif. Mereka merasa aman untuk mengungkapkan pendapat mereka. Tapi, jika sebaliknya, itu bisa membuat mereka frustasi.
Kompensasi. Karyawan anda bekerja untuk mendapatkan penghasilan, dari gaji atau paket bonus. Jika karyawan anda merasa itu tidak sepadan, itu menjadi alasan mereka pergi dari perusahaan anda. Atau, gaji yang perusahaan anda tawarkan tidak cukup kompetitif dan mereka menemukan perusahaan lain dengan tawaran gaji yang lebih tinggi.
Karir. Alasan lain mengapa orang secara sukarela berhenti adalah ketidakpastian karir. Karyawan anda bekerja untuk mengejar karir profesional dan posisi yang lebih tinggi. Jika kesempatan itu tidak ada, tidak ada alasan untuk tetap bertahan di perusahaan anda. Jadi, jenjang karir yang jelas – bersama dengan pelatihan dan pengembangan yang memadai – satu diantara cara untuk mempertahankan karyawan.
Gaya manajemen. Manajer yang kaku dan beracun membuat lingkungan kerja tidak nyaman. Misalnya, mereka menyalahgunakan wewenang atau terlibat dalam politik kantor yang buruk. Atau mereka tidak memberikan feedback yang positif kepada anak buah. Sebagai hasilnya, itu bisa membuat karyawan anda tidak betah.
Keseimbangan kehidupan-kerja. Karyawan anda ingin mengejar hidup yang lebih berkualitas daripada sekedar mengejar uang. Mereka mungkin mencari tempat lain yang menyediakan keseimbangan antara kehidupan-kerja. Atau, mereka memutuskan menjadi freelancer atau memulai bisnis kecil, yang mana menawarkan lebih banyak fleksibilitas dalam mengatur waktu kerja-keluarga.
Kelelahan. Beban kerja yang berat membuat karyawan anda lelah dan stress. Itu semakin parah jika tidak diimbangi dengan sumber daya dan kompensasi yang memadai.
Penyebab turnover tidak sukarela
Turnover tidak sukarela terjadi karena anda meminta karyawan anda untuk meninggalkan perusahaan. Alasannya mungkin adalah karena mereka tidak kompeten. Meski anda telah memberikan kesempatan, namun mereka tidak memiliki gairah untuk memperbaiki diri. Akhirnya, pemecatan adalah keputusan final.
Alasan lainnya mungkin adalah:
Pelanggaran. Mereka melanggar kebijakan dan peraturan perusahaan anda. Misalnya, mereka terlibat dalam tindakan kriminal dan mendapat hukuman. Atau, mereka secara pribadi menyuap pejabat untuk mendapatkan proyek, meski perusahaan anda melarang itu.
Perilaku beracun. Mereka menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak patut kepada rekan lainnya. Sehingga, mereka menjadi racun di lingkungan kerja. Akhirnya, anda memilih untuk memecatnya sebelum mereka mempengaruhi dan menurunkan semangat yang lain.
Reorganisasi. Misalnya, anda berusaha menghemat anggaran selama masa-masa sulit. Atau, anda mengubah strategi perusahaan anda agar lebih adaptif dengan lingkungan bisnis. Sebagai akibatnya, anda kemudian merampingkan organisasi dan menghilangkan beberapa posisi agar perusahaan lebih fleksibel dan efisien.
Apa dampak turnover karyawan yang tinggi?
Secara umum, turnover yang tinggi memiliki dampak negatif terhadap profitabilitas. Perusahaan anda dapat kehilangan pendapatan dan pada saat yang sama, menanggung beban yang lebih tinggi.
- Daya saing. Jika mantan karyawan kunci anda keluar dan memilih bekerja di pesaing anda, mereka bisa menjadi kunci untuk melemahkan daya saing perusahaan anda.
- Proses bisnis. Misalnya, karyawan kunci keluar. Itu bisa menginterupsi proses bisnis karena perusahaan anda sangat tergantung pada mereka.
- Produktivitas. Karyawan yang ada menanggung beban dan tanggung jawab yang lebih banyak untuk menggantikan pekerjaan yang ditinggalkan. Jika mereka kurang terlatih, itu meningkatkan stress mereka. Sebagai hasilnya, produktivitas mereka juga menurun.
- Lingkungan kerja. Mereka yang keluar mungkin berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang positif. Sehingga, jika mereka pergi, itu bisa mengganggu semangat dan moral dari karyawan yang ada.
- Biaya perekrutan dan pelatihan. Anda harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk merekrut dan melatih karyawan baru untuk bekerja secara efektif di tempat baru. Selain itu, perusahaan anda mungkin sulit untuk mendapatkan kandidat dengan kompetensi yang sama.
- Kepuasan pelanggan. Misalnya, yang keluar adalah karyawan bagian pemasaran. Mereka telah menjalin hubungan baik dengan pelanggan. Dan, jika karyawan baru anda tidak memiliki kualitas yang sama, itu bisa mengarah pada penurunan kepuasan pelanggan.
Tapi, dalam beberapa kasus, turnover tinggi tidak memiliki dampak buruk seperti di atas. Misalnya, ketika anda memecat beberapa karyawan berkinerja buruk dan beracun, itu bisa jadi keputusan yang tepat. Anda kemudian mengganti mereka dengan kandidat yang termotivasi dan unggul dalam pekerjaan mereka. Sebagai akibatnya, produktivitas perusahan anda bisa meningkat.
Dalam kasus lain, anda perlu untuk mereorganisasi bisnis untuk menjadikan perusahaan anda lebih fleksibel dalam menanggapi perubahan lingkungan bisnis. Sehingga, mengeliminasi beberapa posisi dan karyawan menjadi pilihan yang harus anda ambil. Sebagai hasilnya, proses bisnis lebih efisien dan perusahaan anda bisa lebih berdaya saing.
Bacaan selanjutnya
- Audit Sumber Daya Manusia: Pentingnya dan Cara Kerja
- Hard Human Resource Management Vs. Soft Human Resource Management: Pro dan Kontra
- Manajemen Sumber Daya Manusia: Pentingnya dan Perannya
- Perencanaan Sumber Daya Manusia: Cara Kerja dan Tantangannya
- Turnover Karyawan: Perhitungan, Jenis, Penyebab, Dampak