Metode saldo menurun (declining balance method) adalah metode penyusutan dipercepat (accelerated depreciation), yang menerapkan tingkat depresiasi konstan pada nilai buku yang menurun.
Tidak seperti depresiasi garis lurus, metode saldo menurun tidak secara eksplisit memperhitungkan nilai residual aset dalam menentukan biaya penyusutan setiap tahun. Di bawah metode saldo menurun, aset hanya disusutkan sampai nilai buku bersihnya sama dengan nilai residual.
Untuk menghitung biaya penyusutan, kita harus menentukan tingkat garis lurus, yang sama dengan 100% dibagi dengan jumlah tahun dimana aset diharapkan tetap digunakan (masa manfaat aset). Misalnya, jika masa manfaat aset adalah 5 tahun, tingkat garis lurus akan menjadi 20% (100/5).
Selanjutnya, kita harus menentukan faktor akselerasi, yang dikalikan dengan nilai garis lurus. Produk keduanya kemudian diterapkan pada nilai buku bersih aset untuk menentukan beban penyusutan.
Misalnya, dalam metode saldo menurun ganda (double-declining balance atau DDB) beban penyusutan dihitung sebagai:
((2 / Masa manfaat) x (Biaya perolehan – Akumulasi depresiasi))
Katakanlah, perusahaan membeli generator baru untuk pabriknya. Biaya perolehan generator Rp38.000 Perkiraan masa manfaat 5 tahun.
Setiap tahun, tingkat penyusutan 40% (2/5) diterapkan pada nilai buku yang menurun untuk menentukan biaya penyusutan. Di tahun pertama, beban depresiasi adalah nilai perolehan dikali dengan tingkat garis lurus (40%). Sementara itu, di tahun pertama, jumlah akumulasi depresiasi sama dengan beban depresiasi (Rp2.000), sedangkan nilai buku aset sama dengan nilai perolehan (Rp5.000) dikurangi akumulasi depresiasi (Rp2.000).
Di tahun kedua, kita kalikan lagi nilai buku dari aset (Rp3.000) dengan tingkat garis lurus (40%) untuk mendapatkan beban depresiasi (Rp1.200). Akumulasi depresiasi dihitung dengan menambahkan akumulasi depresiasi di tahun pertama dengan beban depresiasi di tahun kedua (Rp3.200). Nilai buku aset di tahun ke dua adalah nilai perolehan (Rp5.000) dikurangi dengan akumulasi depresiasi di tahun kedua (Rp3.000 – 3.200).
Konsekuensi metode saldo menurun
Metode ini menawarkan manfaat pajak yang lebih signifikan di tahun awal penggunaan aset. Dibandingkan dengan metode garis lurus, metode ini mengakui biaya penyusutan yang lebih tinggi pada awal masa manfaat aset. Oleh karena itu, laba sebelum pajak akan lebih kecil, dan sebagai konsekuensinya, pengurangan pajak juga lebih rendah.