Contents
Netralitas uang (money neutrality) mengatakan bahwa, dalam jangka panjang, perubahan jumlah uang beredar hanya mengubah tingkat harga, dan tidak mempengaruhi variabel riil seperti output dan kesempatan kerja.
Jadi, ketika bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar, itu tidak akan meningkatkan output jangka panjang (PDB potensial). Dengan mencetak lebih banyak uang, lebih banyak uang mengejar lebih sedikit barang, menyebabkan lonjakan harga produk, layanan, dan upah.
Logika netralitas uang
Mencetak lebih banyak uang tidak dapat mengubah sifat ekonomi. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa jumlah uang yang beredar (M) dan perputarannya (velositasnya atau V) dalam perekonomian harus sama dengan tingkat harga (P) dan output riil (Y). Velositas diasumsikan konstan, jadi ketika jumlah uang beredar meningkat, ada dua kemungkinan, output riil naik, tingkat harga naik, atau kombinasi keduanya.
M x V = P x Y
Dalam ekonomi makro, output jangka panjang meningkat ketika ekonomi memiliki kapasitas tambahan untuk memproduksinya. Meningkatnya kapasitas produktif ekonomi menggeser kurva penawaran agregat jangka panjang ke kanan, menyebabkan output riil meningkat. Peningkatan kapasitas produktif ekonomi tergantung pada kuantitas dan kualitas faktor produksi dan kemajuan teknologi, bukan pada jumlah uang beredar.
Kesimpulannya, pertumbuhan output jangka panjang ditentukan oleh faktor pasokan non-uang. Jadi, dalam jangka panjang, ketika jumlah uang beredar meningkat, itu hanya akan menghasilkan kenaikan harga.
Super netralitas uang
Super netralitas uang (superneutrality of money) adalah postulat yang lebih kuat daripada teori netralitas uang. Dalam poatulat tersebut, tidak hanya jumlah tetapi pertumbuhan jumlah uang beredar juga tidak mempengaruhi ekonomi riil. Keduanya digunakan untuk melihat ekonomi jangka panjang.
Kritik terhadap netralitas uang
Banyak ekonom menolak konsep netralitas uang. Beberapa studi ekonometrik menunjukkan bahwa variasi jumlah uang beredar mempengaruhi harga riil dalam jangka panjang.
Ketika jumlah uang beredar tumbuh, itu meningkatkan inflasi, yang menyebabkan penurunan laba riil atas uang. Oleh karena itu, orang memilih untuk me-realokasi kepemilikan aset mereka menjauh dari uang tunai ke aset riil seperti aset produktif. Itu berarti ada penurunan permintaan uang riil.
Ketika permintaan riil untuk uang berubah, pasokan dana pinjaman berubah. Kombinasi dari perbedaan tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi menyebabkan tingkat bunga riil berubah dari sebelumnya. Jika demikian, pengeluaran riil untuk modal fisik dan barang konsumen tahan lama dapat terpengaruh.