Contents
Apa itu: Kerja fleksibel (flexible working) adalah praktik kerja dengan memberi karyawan lebih banyak kesempatan dan kebebasan untuk menyelesaikan tugas mereka. Itu bisa melibatkan fleksibilitas dalam waktu, lokasi, atau cara mengerjakan tugas. Misalnya, karyawan bisa bekerja dari rumah atau dimana saja asalkan pekerjaan mereka selesai. Mereka tidak harus berangkat dan mengerjakannya di kantor.
Praktik kerja ini semakin umum sekarang ini seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Gig economy berkembang, di mana banyak perusahaan mempekerjakan pekerja independen untuk komitmen jangka pendek.
Dan, fleksibilitas kerja menyenangkan bagi sebagian orang. Mereka bisa menyeimbangkan kerja-kehidupan dengan lebih baik. Mereka bisa menjadwalkan dan memprioritaskan kapan harus mengerjakan tugas kantor dan kapan memenuhi keperluan pribadi.
Mengapa praktik kerja fleksibel penting?
Beberapa alasan menjelaskan mengapa kerja fleksibel penting. Mari kita bahas tiga diantaranya. Pertama, perusahaan bisa menghemat uang. Mereka bisa merekrut dan menambah karyawan tanpa memerlukan ruang kantor yang lebih besar. Selain itu, mereka bisa menghemat biaya seperti utilitas yang mana meningkat ketika mereka memiliki lebih banyak karyawan.
Kedua, karyawan lebih produktif. Mereka cenderung bersemangat karena bisa mengerjakan tugas di tempat yang paling mereka sukai. Selain itu, mereka juga bisa memilih waktu ketika mereka paling produktif.
Sebaliknya, bekerja di kantor mungkin tidak membuat karyawan produktif. Misalnya, beberapa orang mungkin lelah karena pagi-pagi sudah terjebak kemacetan ketika menuju kantor.
Dan, setibanya di kantor, emosi mereka tidak mendukung untuk bekerja secara produktif. Mereka membutuhkan beberapa waktu untuk menenangkan pikiran sebelum benar-benar bekerja secara efektif. Masalah semacam itu mungkin tidak terjadi ketika mereka bekerja dari rumah atau dari tempat favorit mereka.
Ketiga, karyawan lebih bisa menyeimbangkan kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Seringkali, keperluan pribadi mengganggu ketika mereka di kantor. Mereka mungkin harus izin untuk keperluan pribadi. Atau, mereka menanganinya dari kantor, meski seringkali tidak selesai sepenuhnya.
Sebaliknya, praktek kerja fleksibel memungkinkan karyawan untuk mengatur dan mengelola kehidupan pribadi dan kantor secara lebih baik. Mereka bisa memberi prioritas pada dua kebutuhan tersebut. Sehingga, masalah pribadi dan pekerjaan kantor dapat tertangani dengan baik.
Apa saja jenis praktik kerja fleksibel?
Kerja fleksibel bisa mengambil beberapa cara. Itu mungkin fleksibilitas dalam waktu kerja, lokasi kerja atau pola kerja. Dan, tidak semua bisnis cocok dengan fleksibilitas tersebut. Sehingga, itu mungkin tersedia di beberapa perusahan tapi tidak di yang lain.
Diantara praktik kerja fleksibel yang umum adalah:
Kerja paruh waktu (part-time work). Karyawan bekerja kurang dari jam kerja normal. Sehingga, secara kumulatif, mereka memiliki jam kerja lebih sedikit per minggu daripada pekerjaan penuh waktu.
Bekerja dari rumah (working from home). Karyawan mengerjakan tugas dan pekerjaan dari rumah atau dari tempat lain tapi tidak di kantor atau tempat kerja normal.
Waktu fleksibel (flexible time atau flexitime). Karyawan dapat memilih waktu mulai dan waktu berakhir untuk hari kerja mereka. Misalnya, waktu kerja normal adalah 8 pagi – 5 sore. Mereka mungkin memilih jam 7 pagi – 4 sore.
Berbagi pekerjaan (job sharing). Dua orang berbagi pekerjaan untuk satu posisi penuh waktu. Keduanya melakukan satu pekerjaan dan membagi waktu kerja di antara mereka. Misalnya, pekerjaan bisa diatur dan dibagi menjadi 50/50 atau lainnya sesuai dengan kesepakatan.
Jam tahunan (annualised hours). Karyawan harus memenuhi total jam kerja tahunan yang disyaratkan oleh pemberi kerja. Tapi, mereka fleksibel mengenai kapan mereka harus bekerja.
Mobile working. Mirip dengan bekerja dari rumah, di mana karyawan bisa bekerja di mana saja tanpa terikat pada lokasi fisik.
Kerja shift (shift work). Praktik ini membagi satu hari menjadi beberapa giliran. Dan jam kerja di masing-masing giliran ditentukan oleh perusahaan. Misalnya, itu mungkin mencakup shift malam, malam, dan pagi hari, di mana karyawan bekerja secara bergantian.
Compressed hours. Karyawan bekerja dengan lebih sedikit hari tapi penuh waktu setiap masuk kerja. Misalnya, mereka bekerja pada hari senin hingga kamis dengan jam kerja normal (8 pagi – 5 sore).
Apa saja keuntungan praktik kerja fleksibel?
Menghemat biaya. Perusahaan dapat menghemat lebih banyak uang dengan meminimalkan biaya overhead. Mereka tidak harus menyediakan kantor dan akomodasi lainnya. Begitu juga, ketika mereka membutuhkan lebih banyak karyawan, mereka tidak harus menyewa ruang kantor lagi.
Meningkatkan produktivitas. Perusahaan bisa meraih produktivitas lebih tinggi dengan memberi karyawan fleksibitlias tentang kapan dan di mana mereka mengerjakan tugas. Ambil contoh bekerja dari rumah. Karyawan dapat memilih waktu dan lokasi yang cocok untuk mereka bekerja dalam kondisi terbaik. Sehingga, mereka bisa lebih produktif.
Meningkatkan moral dan retensi. Kerja fleksibel memungkinkan kepuasan kerja yang lebih baik, mengurangi stres dan akhirnya, memperkuat loyalitas kepada perusahaan. Sehingga, itu mengarah pada turnover karyawan yang rendah.
Menarik talenta. Menawarkan kerja fleksibel bisa menjadi cara untuk menarik talenta terbaik di luar sana. Misalnya, menawarkan mobile work bisa memikat mereka yang tidak menyukai bekerja penuh waktu di kantor.
Memperbaiki layanan pelanggan. Perusahaan bisa memiliki waktu lebih banyak untuk memberikan layanan kepada pelanggan, misalnya dengan menawarkan jam buka yang diperpanjang. Atau, itu melalui kerja bergiliran.
Kehidupan-kerja yang lebih seimbang. Karyawan bisa memberi prioritas dan mengatur kehidupan pribadi dengan lebih baik. Sehingga, mereka bisa mengerjakan tugas kantor tanpa terinterupsi oleh keperluan pribadi. Sebaliknya, keperluan pribadi tidak terinterupsi oleh pekerjaan kantor.
Apa saja kerugian praktik kerja fleksibel?
Kompleksitas dalam mengatur organisasi. Manajer merasa sulit untuk mengelola anak buah mereka. Misalnya, perusahan mempraktikkan bekerja dari rumah. Anak buah mereka mungkin tidak tersedia ketika dibutuhkan secara mendadak karena mengurusi keluarga. Itu seharusnya tidak terjadi ketika mereka berada di kantor.
Tambahan pekerjaan administratif. Perusahaan mungkin memerlukan pekerjaan administratif tambahan untuk menyiapkan dan mengelola kerja yang fleksibel.
Terinterupsi ketika sedang bekerja. Ketika bekerja di rumah, karyawan mungkin sulit fokus. Mereka mungkin terganggu oleh rutinitas di rumah. Misalnya, anak-anak mereka mungkin mengajak mereka bermain di saat mereka sedang mengerjakan tugas kantor.
Pekerjaan tertunda. Bekerja dari rumah membutuhkan karyawan untuk menetapkan prioritas kehidupan-kerja dan disiplin tinggi untuk menjalani prioritas tersebut. Tapi, seringkali itu sulit. Mereka mungkin cenderung menunda-nunda dan menghindari pekerjaan, terutama ketika mereka keluarga mereka membutuhkan.
Masalah komunikasi. Teknologi memang memfasilitasi komunikasi secara lebih baik sekarang ini. Tapi, itu bukan tanpa masalah. Gangguan teknis misalnya jaringan yang rusak atau terlalu penuh bisa membuat komunikasi terputus. Masalah semacam itu adalah minimal ketika karyawan bisa berkomunikasi secara tatap muka di kantor.
Tunjangan yang berkurang. Kerja fleksibel mungkin tidak mengurangi gaji. Tapi, seringkali, perusahaan akan menyesuaikan tunjangan yang diberikan kepada karyawan. Misalnya, mereka tidak mendapatkan tunjangan makan atau transportasi.
Bacaan selanjutnya
- Motivasi Non-Finansial: Mengapa Penting? Apa Jenis-Jenisnya?
- Pemberdayaan: Pentingnya, Keuntungan, Kerugian
- Otonomi Dalam Manajemen: Pentingnya, Kelebihan dan Kekurangan
- Kerja Tim: Pentingnya, Kelebihan, Kekurangan
- Delegasi Dalam Manajemen: Cara Kerja, Keuntungan, Kerugian
- Perluasan Pekerjaan: Kelebihan dan Kekurangan
- Pengayaan Pekerjaan: Pentingnya, Keuntungan, Kekurangan
- Desain Ulang Pekerjaan: Cara Kerja, Manfaat
- Rotasi Pekerjaan: Pentingnya, Kelebihan dan Kekurangan
- Kerja Fleksibel: Jenis, Kelebihan, Kekurangan