Contents
Manajemen pengetahuan (knowledge management) berbicara tentang penggalian dan pengorganisasian pengetahuan untuk mengembangkan organisasi yang menguntungkan dan lebih efisien. Ini termasuk pembuatan, berbagi, dan transmisi informasi atau keahlian. Pengetahuan tersebut dapat menumbuhkan kreativitas karyawan dan pengambilan risiko dalam parameter yang ditetapkan.
Lebih dalam tentang “Manajemen Pengetahuan”
Pengelolaan pengetahuan menjadi salah satu upaya strategis organisasi untuk mendapatkan [[keunggulan kompetitif]] dengan menangkap dan menggunakan aset intelektual yang dimiliki oleh karyawan dan pelanggannya. Upaya untuk mengarsipkan praktik terbaik dan pelajaran yang dipetik, dan untuk memanfaatkan informasi yang disimpan dengan lebih baik dalam basis data, juga termasuk lingkup manajemen pengetahuan.
Keuntungan
Para pendukung percaya bahwa menangkap, menyimpan, dan mendistribusikan pengetahuan akan membantu karyawan bekerja lebih cerdas, mengurangi duplikasi, dan pada akhirnya menghasilkan lebih banyak produk dan layanan inovatif yang memenuhi pelanggan. Jika suatu perusahaan mengetahui sesuatu yang tidak dilakukan oleh pesaingnya, maka perusahaan tersebut memiliki peluang untuk menawarkan produk yang atau layanan yang terdiferensiasi.
Sebagai praktik bisnis, pengelolaan pengetahuan berdampak pada seluruh organisasi dengan membantu karyawan, manajer, dan eksekutif berbagi informasi dan praktik terbaik yang berdampak positif pada kinerja kolektif. Tidak seperti perampingan bisnis, yang menekankan pada pengurangan dan pengendalian biaya, manajemen pengetahuan adalah praktik nilai tambah yang berupaya meningkatkan keuntungan, inovasi, dan [[pengambilan keputusan]] dengan memberikan informasi berkualitas yang lebih banyak dan lebih baik kepada setiap anggota organisasi.
Kelemahan
Alasan budaya menjadi salah satu kenapa sistem manajemen ini relatif sulit untuk diterapkan. Secara umum, pengakuan dan penghargaan karyawan biasanya didasarkan atas upaya dan prestasi individu. Oleh karena itu, upaya dan kerja sama kolaboratif biasanya sulit untuk diterapkan karena masing-masing individu saling bersaing. Konsekuensinya, menerapkan sistem manajemen pengetahuan mungkin mengharuskan organisasi menilai kembali nilai-nilai yang dengannya bisnis dijalankan, instrumen evaluasi kinerja, dan struktur gaji atau bonus sehingga karyawan melihat insentif yang cukup untuk berbagi pengetahuan dan bekerja sama.
Banyaknya informasi (dan tidak semua berkualitas) dapat menjadi masalah dalam organisasi. Banyaknya informasi membuat sulit untuk menentukan mana yang perlu dibagi dan mana yang perlu diabaikan. Penerapan manajemen pengetahuan dapat berdampak dramatis pada kuantitas dan kualitas informasi yang tersedia bagi karyawan.