Contents
Apa itu: Model Harrod-Domar adalah sebuah model pertumbuhan ekonomi yang menggunakan tabungan dan investasi sebagai sumber pertumbuhan. Model mengambil nama dari dua ekonom, Sir Roy Harrod dan Evsey Domar, yang mana mengembangkan model secara independen di tahun 1939 dan 1946.
Model Harrod-Domar adalah alternatif model ekonomi untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi selain model pertumbuhan Solow. Harrod-Domar mengasumsikan tingkat pengembalian modal yang konstan. Itu berbeda dengan model pertumbuhan Solow, di mana modal memiliki pengembalian marginal yang menurun.
Perbedaan lain dari kedua model adalah tentang efek tingkat tabungan. Solow mengasumsikan perubahan tingkat tabungan memiliki efek temporer. Tapi, dalam model Harrod-Domar, itu memiliki efek permanen.
Cara kerja Model Harrod-Domar
Model Harrod Domar membantu menjelaskan mengapa sebuah perekonomian tumbuh dan bagaimana cara menumbuhkannya. Model ini menunjukkan ke anda, tingkat tabungan nasional dan produktivitas modal adalah dua variabel utama pendorong pertumbuhan ekonomi.
Secara ringkas, tingkat pertumbuhan output sama dengan tingkat tabungan dibagi dengan produktivitas modal. Persamaan model Harrod-Domar adalah sebagai berikut:
ΔY/Y = s/k
- ΔY/Y: tingkat pertumbuhan ekonomi
- s: tingkat tabungan, yakni rasio antara tabungan nasional (S) terhadap pendapatan nasional (Y). Dengan kata lain, S = sY.
- k: rasio modal-output, mengukur produktivitas modal dan k= 1/marginal product of capital
Asumsikan tidak ada depresiasi. Jika tingkat tabungan nasional Indonesia adalah sebesar 5% dan rasio output-modal sebesar 2, maka perekonomian akan tumbuh 2,5% per tahun. Sebaliknya, ketika tingkat tabungan nasional Indonesia adalah sebesar 20% dan rasio output-modal adalah 4, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sekitar 5%.
Asumsi model Harrod – Domar
Model Harrod – Domar menggantungkan pada beberapa asumsi untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi.
- Perekonomian beroperasi pada lapangan kerja penuh dan menggunakan secara penuh barang modal yang tersedia.
- Produktivitas dan tingkat tabungan merupakan penentu utama pertumbuhan ekonomi
- Model mengasumsikan skala hasil konstan untuk rasio modal-output dan kecenderungan untuk menabung.
- Rata-rata kecenderungan untuk menabung (APS) sama dengan kecenderungan untuk menabung marginal (MPS).
- Investasi adalah bersih, yakni investasi bruto minus depresiasi. Sehingga, persediaan modal berubah sebesar investasi bersih.
Cara membaca model Harrod – Domar
Pertama, tingkat tabungan merepresentasikan pasokan dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds) di dalam perekonomian untuk investasi. Tingkat tabungan yang tinggi menunjukkan perekonomian memiliki dana yang signifikan untuk meningkatkan persediaan modal dan kapasitas produktif. Oleh karena itu, tingkat tabungan berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tingkat tabungan membawa perekonomian menuju pertumbuhan yang lebih tinggi.
Kedua, rasio modal-output menunjukkan ke anda jumlah modal yang dibutuhkan untuk meningkatkan output. Ketika perekonomian membutuhkan modal yang lebih banyak untuk menghasilkan output (rasio modal-output tinggi), itu menunjukkan investasi tidak efisien. Sebaliknya berlaku ketika rasio modal-output rendah.
Kedua, katakanlah, rasio modal-output rendah. Itu menunjukkan ke anda persediaan modal di dalam perekonomian relatif rendah. Oleh karena itu, investasi akan meningkatkan persediaan modal dan mendorong perekonomian untuk menghasilkan output secara lebih signifikan daripada ketika rasio modal-output tinggi. Dalam rumus di atas, anda dapat melihat, rasio memiliki hubungan terbalik dengan pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, jika rasio modal-output tinggi, investasi tidak meningkatkan secara signifikan output perekonomian. Oleh karena itu, itu justru menjadi tidak efisien.
Ketiga, tingkat tabungan berkorelasi positif dengan persediaan modal. Tingkat tabungan yang lebih tinggi memungkinkan investasi modal yang lebih besar.
Mari ambil penjelasan sederhana. Tingkat tabungan domestik mewakili tabungan dari tiga sektor makroekonomi: rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Itu menunjukkan ke anda pasokan dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds) di dalam perekonomian.
Ketika pasokan dana yang dapat dipinjamkan, perekonomian dapat menggunakannya untuk mengakumulasi modal.
Ambil contoh rumah tangga. Mereka menabung dan menginvestasikan uang ke berbagai instrumen keuangan seperti deposito berjangka, saham ataupun obligasi. Ketika mereka membeli obligasi korporasi, perusahaan penerbit dapat menggunakannya untuk belanja modal seperti membeli mesin atau mendirikan pabrik baru. Sehingga, semakin tinggi tabungan rumah tangga, semakin tinggi peluang untuk mengakumulasi modal.
Keunggulan model Harrod-Domar
Pertama, model tersebut menjelaskan, tingkat tabungan dan rasio modal-output mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah dapat dikaitkan dengan tingkat tabungan yang rendah. Situasi ini biasanya terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Tingkat tabungan domestik yang rendah menyebabkan tingkat investasi di dalam perekonomian rendah. Itu mengakibatkan rendahnya pasokan dana yang dapat dipinjamkan untuk investasi. Sebagai akibatnya, persediaan modal juga rendah, begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, rasio modal-output yang lebih rendah menunjukkan ke anda investasi modal lebih efisien. Itu menghasilkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.
Kedua, tingkat tabungan rendah dapat menciptakan lingkaran setan. Itu menyebabkan investasi rendah sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang juga rendah.
Pertumbuhan ekonomi rendah menunjukkan kemakmuran perekonomian yang berjalan lambat. Itu mengarah pada tingkat pendapatan nasional yang rendah. Pendapatan yang rendah mengakibatkan sedikit orang untuk menabung.
Ketika pertumbuhan rendah, perekonomian menciptakan lapangan kerja baru yang relatif terbatas. Sebagai hasilnya, pendapatan rumah tangga dan permintaan agregat juga rendah. Begitu juga, menghadapi kondisi permintaan yang terbatas, bisnis juga sulit untuk meningkatkan output dan memperoleh keuntungan secara lebih signifikan. Itu semua pada akhirnya berdampak pada tingkat tabungan yang tetap rendah.
Oleh karena itu, opsi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan tabungan. Tingkat tabungan yang lebih tinggi menciptakan lingkaran pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara mandiri.
Namun, memang, meningkatkan tingkat tabungan bukanlah perkara mudah. Sebagian besar penduduk negara berkembang menggunakan penghasilan tambahan untuk konsumsi alih-alih ditabung. Mereka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga merasa sulit untuk menyisihkan lebih banyak uang untuk ditabung.
Selain itu, aliran tabungan dan modal immobile. Maksud saya, dana tabungan tersebut tidak selalu tersedia bagi perusahaan untuk diinvestasikan ke barang modal sebagai akibat pasar keuangan yang kurang berkembang. Untuk mengatasinya, pemerintah dapat memperkuat pasar keuangannya dan mempromosikan literasi keuangan diantara penduduk.
Ketiga, model Harrod – Domar mengklasifikasikan pertumbuhan ekonomi menjadi tiga kategori yakni pertumbuhan aktual, laju pertumbuhan alami, dan pertumbuhan yang dijamin (warranted growth). Perubahan PDB riil dari tahun ke tahun mewakili pertumbuhan aktual.
Pertumbuhan alami merepresentasikan tingkat pertumbuhan untuk mempertahankan lapangan kerja penuh. Ketika pasokan tenaga kerja (diukur dari angkatan kerja) tumbuh 2%, maka pertumbuhan ekonomi harus tumbuh 2%.
Tingkat pertumbuhan yang dijamin mewakili tingkat pertumbuhan ketika tabungan sama dengan investasi. Dengan kata lain, semua tabungan adalah untuk alokasi investasi.
Untuk menjelaskan tingkat pertumbuhan yang dijamin, mari ambil kembali rumus di atas.
ΔY/Y = s/k
Di mana
- s = S/Y, tingkat tabungan sama dengan tabungan nasional (S) dibagi dengan pendapatan nasional (Y).
- k = K/Y, rasio modal-output. Karena model mengasumsikan skala pengembalian konstan, maka k = ΔK/ ΔY.
Sekarang, jika anda masukkan s = S/Y dan ΔK/ ΔY ke dalam rumus di atas, anda mendapatkan
ΔY/Y = (S/Y)/ (ΔK/ ΔY)
ΔY/Y = (S/ ΔK) x (ΔY/Y)
1 = S/ ΔK
S = ΔK = I
S adalah tabungan nasional. Sedangkan, ΔK adalah perubahan persediaan modal, yang mana sama dengan investasi bersih (I) di dalam perekonomian. Sebagaimana saya sebutkan dalam pembahasan asumsi, investasi bersih sama dengan investasi bruto minus depresiasi.
Misalnya, sektor bisnis mengeluarkan uang sebesar Rp12 miliar untuk membeli mesin baru dan depresiasi dari mesin yang ada saat ini adalah sebesar Rp2, maka investasi bersih sama dengan Rp10 miliar. Sebagai hasilnya, persediaan modal (mesin) di dalam perekonomian meningkat Rp10 miliar.
Misalnya, tingkat tabungan adalah 20% dan rasio modal-output (ΔK/ ΔY) sama dengan 2. Tingkat pertumbuhan yang dijamin adalah sebesar 10%. Sehingga, investasi bersih sebesar Rp10 miliar (ΔK) akan meningkatkan output sebesar Rp5 miliar (ΔY = Rp10 miliar/2).
Keterbatasan model Harrod – Domar
Kritikan terutama ditujukan untuk asumsi dalam model.
Pertama, model terlalu menyederhanakan sumber pertumbuhan ekonomi. Itu hanya menggunakan modal dan tabungan sebagai determinan. Itu mengabaikan faktor lainnya seperti produktivitas tenaga kerja dan kemajuan teknologi sebagai faktor pemacu pertumbuhan ekonomi.
Kedua, model mengasumsikan perekonomian beroperasi di lapangan kerja penuh. Itu tidak realistis di dunia nyata karena perekonomian seringkali berfluktuasi di sekitar lapangan kerja penuh (output potensial). Fluktuasi itu menghasilkan siklus bisnis, di mana PDB riil naik dan turun.
Ketiga, pengembalian marjinal modal konstan adalah tidak benar. Peningkatan persediaan modal justru menyebabkan pengembalian yang menurun. Model pertumbuhan Solow menunjukkan ketika rasio modal per tenaga kerja tinggi, efek peningkatan output akibat penambahan persediaan modal akan cenderung menurun. Jadi, modal memiliki tingkat pengembalian marginal yang menurun.
Misalnya, ketika 10 staf telah memiliki 10 komputer, tambahan 10 komputer tidak akan membuat mereka menghasilkan lebih banyak output. Sebaliknya, jika staf sebelumnya tidak memiliki komputer, investasi 10 komputer akan membuat mereka lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak.
Keempat, modal tidak mobile di dalam perekonomian. Pasar keuangan yang tidak berkembang membuat tabungan tidak selalu tersedia untuk investasi. Beberapa tabungan di bank justru untuk membiayai konsumsi rumah tangga, alih-alih untuk belanja modal bisnis.
Selain itu, penambahan tabungan tidak selalu menghasilkan tambahan investasi modal dalam jumlah yang sama. Perekonomian mungkin meminjam dari luar negeri untuk mengisi celah tabungan (kesenjangan pembiayaan). Oleh karena itu, tambahan tabungan justru untuk membayar utang luar negeri, alih-alih investasi domestik.