Contents
Apa itu: Konsumsi mencolok (conspicuous consumption) mengacu pada pengeluaran konsumsi bukan untuk memaksimalkan utilitas dasar tetapi untuk memberi kesan kepada orang lain. Singkat cerita, orang membeli produk karena ingin memamerkan kekayaan dan status sosialnya.
Dalam konsep konvensional, tujuan konsumsi adalah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan (utility). Konsumen cenderung rasional dalam menentukan pilihan. Mereka mempertimbangkan harga dan pendapatan sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk.
Namun, conspicuous consumption meragukan pandangan tersebut. Hal ini juga menimbulkan keraguan tentang konsep ekonomi kesejahteraan berdasarkan asumsi pilihan rasional konsumen.
Contoh conspicuous consumption
Thorstein Veblen memperkenalkan istilah conspicuous consumption pada tahun 1899. Ia memandang bahwa beberapa perilaku konsumsi lebih didorong oleh faktor sosial daripada faktor ekonomi rasional. Secara khusus, ia meneliti perilaku konsumsi kelas atas yang muncul selama revolusi industri kedua, yang mempromosikan kekuasaan dan prestise sosial mereka.
Dan, kini, konsep tersebut berlaku untuk semua konsumen, bukan hanya konsumen kelas atas. Status sosial, prestise, atau kekayaan adalah motif lain untuk konsumsi produk.
Misalnya, ketika teman Anda menggunakan smartphone premium, seperti iPhone, Anda juga dapat membelinya, meskipun Anda tidak memiliki cukup uang. Karena gengsi, Anda menghemat sejumlah uang sehingga cukup untuk membeli iPhone.
Juga, beberapa teman Anda mungkin membeli jam tangan mewah hanya untuk dipamerkan kepada Anda. Bahkan, mereka mungkin sudah memiliki beberapa jam tangan.
Tujuan conspicuous consumption
Ada banyak alasan mengapa orang mengkonsumsi hanya untuk pamer. Beberapa sarjana mengatakan itu adalah hasil dari kapitalisme, yang mendorong materialisme sebagai masyarakat menjadi lebih maju.
Yang lain percaya bahwa hal-hal yang kita konsumsi dan miliki menunjukkan siapa kita, apakah kaya atau biasa saja.
Veblen berpendapat bahwa ada hubungan langsung antara properti dan status seseorang dalam masyarakat. Kekayaan dan kemewahan seseorang mewakili kehormatan dan martabat dalam suatu masyarakat atau komunitas.
Selain itu, Veblen mengklaim bahwa barang yang dikonsumsi oleh orang-orang seperti itu cenderung boros. Hal ini karena harga tidak sebanding dengan utilitas dasar yang diperoleh dari konsumsi barang.
Sebaliknya, harga produk menjadi utilitas itu sendiri. Dengan kata lain, semakin mahal barangnya, semakin tinggi utilitasnya. Dengan demikian, kepemilikan produk ini melambangkan pencapaian dan kebanggaan.
Lebih lanjut, James Duesenberry berpendapat bahwa orang membeli barang dan jasa untuk menjaga harga diri mereka dan mengikuti harapan orang-orang di sekitar mereka. Misalnya, ketika seseorang berada di posisi tinggi, rekan-rekannya mungkin menyarankan untuk membeli beberapa produk mewah.
Banyak teori menjelaskan mengapa orang mengkonsumsi secara mencolok. Beberapa ahli berpendapat bahwa hal itu disebabkan oleh sifat kompetitif individu. Kepemilikan barang mewah mengungkapkan keunggulan pemiliknya atas orang lain. Oleh karena itu, orang-orang saling bersaing untuk mendapatkan barang-barang tersebut.
Pakar lain mengaitkan conspicuous consumption dengan ketidakamanan individu. Orang-orang menggunakan barang-barang mewah untuk menyembunyikan ketidakamanan pribadi mereka. Dalam hal ini, mereka percaya bahwa properti menentukan citra publik dan menutupi kekurangan mereka.
Alasan lainnya adalah pengaruh iklan. Ketika suatu produk diiklankan sebagai barang bermerek, banyak orang ingin mengasosiasikan diri dengan produk tersebut. Ini mengarah pada conspicuous consumption karena orang percaya bahwa mereka akan mencapai citra diri yang positif ketika membeli barang tersebut.
Lebih lanjut, menurut Veblen, orang mengkonsumsi secara mencolok karena dua alasan utama untuk diakui oleh rekan-rekan mereka dan untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi di masyarakat.
Kedua faktor tersebut merupakan cerminan dari kelas budaya dan kondisi sosial ekonomi dimana mereka tinggal.
Conspicuous consumption mewakili persepsi seseorang. Konsep ini mempengaruhi perilaku konsumsi individu. Itu karena keputusan pembelian terutama didasarkan pada bagaimana orang luar melihat seseorang.
Individu akan memilih produk yang meningkatkan statusnya di masyarakat daripada memenuhi kebutuhan pribadinya, atau setidaknya memenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, dalam budaya kolektivis, pendorong utama conspicuous consumption adalah pengakuan oleh orang lain.
Mengapa conspicuous consumption itu penting?
Konsep ini penting karena beberapa alasan. Pertama, menjelaskan bahwa beberapa konsumen tidak rasional secara ekonomi dalam membuat keputusan konsumsi, membuat hukum permintaan menjadi tidak valid. Konsumen tetap membeli beberapa barang walaupun harganya naik.
Kami menyebut barang tersebut sebagai barang Veblen, di mana kenaikan harga meningkatkan utilitas barang itu sendiri. Itu membuat beberapa individu lebih menginginkannya.
Kedua, conspicuous consumption secara tidak langsung menunjukkan tingkat ketimpangan ekonomi di masyarakat. Ini meningkat ketika beberapa individu menjadi lebih makmur. Mereka mengkonsumsi barang secara mencolok untuk membedakan status mereka dari kebanyakan individu.