Contents
Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) terjadi ketika permintaan agregat melebihi penawaran agregat jangka pendek. Permintaan yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan tekanan inflasi dalam perekonomian.
Inflasi ini sering terlihat menjelang akhir boom ekonomi, yaitu ketika output tumbuh di luar kapasitas ekonomi. Ini dianggap berbahaya karena dapat menyebabkan ekonomi terlalu panas. Jika tidak dikendalikan, perekonomian bisa saja meledak, yang memiliki dampak parah pada perekonomian.
Lebih dalam tentang “Inflasi Tarikan Permintaan”
Permintaan agregat meningkat karena meningkatnya jumlah uang beredar, meningkatnya pengeluaran pemerintah, pajak yang lebih rendah, dan tingkat bunga yang lebih rendah. Peningkatan agregat permintaan menggeser kurva ke kanan (dari AD0 ke AD1). Pada situasi ini, keseimbangan jangka pendek berada di atas lapangan kerja penuh. Karena permintaan berlebih, produsen menaikkan harga dan mencapai margin laba yang lebih besar. Dengan demikian, tidak hanya menghasilkan PDB riil yang lebih tinggi, tetapi juga meningkatkan tingkat harga dalam perekonomian.
Dengan PDB riil di atas tingkat lapangan kerja penuh, ada peningkatan sumber daya yang langka, terutama upah. Akibatnya, peningkatan PDB tidak berkelanjutan. Dalam situasi ini, pengangguran menurun hingga di bawah tingkat alaminya. Untuk mempertahankan daya beli, pekerja akan menegosiasikan kembali upah karena mereka melihat inflasi tinggi. Ini memberi tekanan ke atas pada upah riil.
Meningkatnya upah riil berarti biaya tenaga kerja naik lebih tinggi daripada inflasi. Bagi bisnis, ini berarti bahwa penghasilan tambahan yang mereka peroleh lebih rendah daripada kenaikan biaya tenaga kerja. Ini memaksa mereka untuk membatasi produksi. Sebagai akibatnya, penawaran agregat jangka pendek berkurang dan kembali ke PDB lapangan kerja penuh dan tingkat harga meningkat lebih lanjut (ke P2).
Penyebab inflasi tarikan permintaan Vs. Inflasi dorongan biaya
Sementara sumber inflasi tarikan permintaan berasal dari peningkatan permintaan agregat, inflasi dorongan biaya berasal dari penurunan penawaran agregat. Pasokan yang lebih rendah menyebabkan peningkatan tingkat harga.
Penyebab inflasi dorongan biaya termasuk:
- Upah yang lebih tinggi
- Naiknya harga material dan energi
- Depresiasi
- Peningkatan tarif pajak
- Devaluasi
Semua faktor di atas meningkatkan biaya produksi. Biaya yang lebih tinggi menekan margin keuntungan produsen, memaksa mereka untuk memangkas produksi.
Sementara itu, kemungkinan penyebab inflasi tarikan permintaan meliputi:
- Pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi atau tarif pajak yang lebih rendah
- Peningkatan pasokan uang
- Depresiasi
- Pertumbuhan ekonomi global yang lebih cepat
- Membaiknya ekspektasi bisnis
Kebijakan fiskal memainkan peran penting dalam merangsang permintaan agregat. Ketika pemerintah meningkatkan belanjanya, permintaan barang dan jasa juga meningkat. Demikian pula, ketika pemerintah mengurangi pajak, itu meningkatkan pendapatan konsumen, mendorong mereka meningkatkan pengeluaran untuk barang dan jasa.
Sementara pemerintah menggunakan alat kebijakan untuk meningkatkan permintaan agregat, bank sentral dapat menggunakan instrumen moneter. Contoh paling umum adalah suku bunga. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga, itu membuat pinjaman baru lebih murah. Biaya pinjaman yang lebih rendah mendorong konsumen dan bisnis untuk meningkatkan pengeluaran barang dan jasa. Akibatnya, permintaan agregat dalam perekonomian meningkat.
Dari sektor eksternal, depresiasi mata uang domestik membuat barang domestik lebih murah bagi orang asing. Ini mendorong orang asing untuk membeli lebih banyak barang-barang domestik, karenanya meningkatkan ekspor serta permintaan agregat. Efek serupa terjadi ketika pertumbuhan ekonomi global menguat.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi membuat konsumen merasa percaya diri. Mereka akan menghabiskan lebih banyak uang danmengambil lebih banyak pinjaman. Selama periode ini, kepercayaan bisnis juga meningkat karena prospek permintaan terlihat lebih cerah. Ini mengarah pada peningkatan permintaan dan mendorong produsen untuk menaikkan harga guna mendapatkan lebih banyak keuntungan.
Spiral harga upah
Peningkatan upah dapat memicu kenaikan harga upah. Peningkatan upah meningkatkan biaya produksi. Untuk mempertahankan laba, produsen menaikkan harga jual untuk mengimbangi kenaikan biaya tenaga kerja. Akibatnya, harga barang naik lebih tinggi.
Pekerja menegosiasikan kembali upah yang lebih tinggi. Biaya produksi meningkat lebih tinggi dan memaksa produsen untuk menaikkan harga jual. Tingkat inflasi naik lagi.
Proses spiral berlanjut dan dapat membahayakan perekonomian. Untuk mengurangi tekanan yang disebabkan oleh spiral harga upah, pemerintah memperketat kebijakan ekonomi, baik melalui kebijakan fiskal ketat atau kebijakan moneter ketat.
Cara mengurangi inflasi tarikan permintaan
Banyak negara mengadopsi kebijakan penargetan inflasi. Dengan begitu, kisaran inflasi bisa berada di kisaran target sehingga tidak membahayakan perekonomian.
Tetapi ketika inflasi berada di luar target, terutama karena tarikan permintaan, pembuat kebijakan akan menerapkan kebijakan kontraksioner, baik dengan mengurangi suku bunga, mengurangi belanja pemerintah, ataupun menaikkan pajak.
Penargetan inflasi adalah jangkar bagi bank sentral dalam mempertahankan tingkat inflasi, terutama di negara-negara maju seperti AS, Jepang, Uni Eropa, dan Inggris. Ketika tingkat inflasi lebih tinggi dari target, mereka akan menaikkan suku bunga kebijakan, yang mana membuat biaya pinjaman lebih mahal.
Bagi konsumen, tingkat bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman baru. Ini mendorong mereka untuk mengurangi pengeluaran barang, terutama barang tahan lama. Pada saat yang sama, mereka akan menabung lebih banyak ketika pendapatan bunga naik seiring dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.
Untuk bisnis, peningkatan biaya pinjaman menyebabkan biaya investasi meningkat. Itu membuat pembelian barang modal tidak layak. Akibatnya, mereka cenderung menunda investasi semacam itu.
Dari sektor eksternal, tingkat bunga yang lebih tinggi juga menyebabkan mata uang domestik mengalami apresiasi. Ini mengurangi ekspor neto.
Sebagai hasilnya, peningkatan dalam biaya pinjaman menghambat pengeluaran untuk barang dan jasa. Permintaan yang lebih rendah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi serta memoderasi inflasi.
Dari sisi fiskal, pemerintah mungkin mengurangi belanjanya untuk mengatasi inflasi tarikan permintaan. Sebagai alternative, mereka juga dapat menaikkan tarif pajak. Kedua kebijakan menurunkan tingkat permintaan agregat dalam perekonomian.