Contents
Apa itu: Jam kerja agregat (aggregate hours worked) merujuk jumlah total jam kerja oleh semua pekerja dalam sebuah perekonomian selama periode tertentu. Kita juga menyebutnya sebagai jam kerja gabungan. Itu merepresentasikan total waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menghasilkan produk domestik bruto dalam satu tahun.
Mengapa jam kerja agregat penting?
Pertama, anda dapat menggunakannya untuk mengukur produktivitas tenaga kerja di sebuah negara. Dalam mikroekonomi, kita biasanya menggunakan output per jam kerja alih-alih output per pekerja. Anda dapat menggunakan kuantitas output atau nilai moneter output sebagai pembilang dalam perhitungan.
- Produktivitas tenaga kerja = Total output / Jam bekerja
Mengapa output per jam? Output per pekerja tidak memperhitungkan variasi jumlah jam kerja oleh masing-masing individu. Ketika anda membandingkan produktivitas antar perusahaan atau industri, itu akan menghasilkan bias karena perbedaan praktik jam kerja. Bias tersebut muncul karena faktor-faktor berikut:
- Keterampilan dan pengalaman pekerja. Misalnya, tingkat keahlian teknis yang tinggi memungkinkan pekerja lebih produktif.
- Jumlah, teknologi dan usia peralatan modal. Industri pada modal menghasilkan output per pekerja yang lebih tinggi daripada industri padat karya. Begitu juga, teknologi yang lebih maju memungkin pekerja menghasilkan lebih banyak output menggunakan input yang sama.
Selanjutnya, anda dapat menerapkan konsep produktivitas tersebut ke dalam perekonomian. Dalam hal ini, anda mengganti total output dengan PDB riil dan menggunakan jam kerja agregat sebagai penyebut.
- Produktivitas tenaga kerja = PDB riil / Jam kerja agregat
Dari formula, anda dapat lihat, produktivitas tenaga kerja di sebuah negara lebih tinggi ketika, untuk menghasilkan PDB riil yang sama, menggunakan jumlah jam agregat yang lebih sedikit.
Kedua, mengukur PDB potensial. Kita juga dapat menafsirkan formula di atas: jika produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, sebuah negara dapat menghasilkan lebih banyak output barang dan jasa daripada negara lainnya untuk jumlah jam kerja yang sama.
Kemudian, kita dapat mengaplikasikan produktivitas tenaga kerja dan jam kerja agregat ke dalam fungsi matematis untuk menjelaskan PDB potensial. Karena PDB potensial mewakili output jangka panjang, variabel lainnya juga harus dalam jangka panjang.
- PDB potensial = Jam kerja agregat × Produktivitas tenaga kerja
Atau, jika kita mengkonversinya menjadi tingkat pertumbuhan, maka rumusnya adalah sebagai berikut:
Tingkat pertumbuhan PDB potensial =Tingkat pertumbuhan angkatan kerja jangka panjang + Tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja jangka panjang
Menghitung jam kerja agregat
Jam kerja aktual mencakup:
- Jam kerja reguler penuh waktu
- Jam kerja paruh waktu
- Jam kerja lembur
- Jam kerja di pekerjaan tambahan
Itu mengecualikan waktu tidak bekerja karena libur umum, cuti tahunan, sakit sendiri, cedera sementara dan cacat, cuti hamil, pelatihan, dan pemogokan atau perselisihan perburuhan, atau alasan lainnya.
Kita menggunakan istilah agregat untuk merujuk pada perekonomian secara keseluruhan, bukan untuk pekerja individu, pabrik atau perusahaan. Sehingga, jam kerja agregat menunjukkan ke anda total jam kerja dalam satu tahun untuk menghasilkan output agregat. Untuk menghitungnya, anda dapat menggunakan rumus jam kerja agregat di bawah ini:
- Jam kerja agregat = Angkatan kerja × Rata-rata jam kerja per pekerja
Faktor yang mempengaruhi jam kerja agregat
Dalam perekonomian, jam kerja agregat tergantung pada faktor-faktor seperti:
- Pertumbuhan populasi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan jumlah angkatan kerja, yang mana berkorelasi positif dengan jumlah jam agregat.
- Tingkat partisipasi angkatan kerja. Ini memberitahu anda seberapa aktif populasi usia kerja dalam aktivitas ekonomi. Mereka mungkin sedang bekerja. Atau, mereka sedang menganggur tapi aktif mencari pekerjaan. Sehingga, partisipasi yang lebih tinggi meningkatkan jumlah angkatan kerja.
- Distribusi usia. Populasi usia kerja mendominasi di beberapa negara seperti Indonesia. Sementara, yang lain, populasi usia tua mendominasi. Perbedaan tersebut mempengaruhi pasokan tenaga kerja (angkatan kerja).
- Standar jam kerja. Standar umum jam kerja adalah 48 jam per minggu. Biasanya, itu dimulai antara pukul 08:00 hingga 17:00. Jumlah jam kerja bervariasi antara negara. Di Amerika Serikat, misalnya, jumlah jam kerja dalam setahun adalah 1.779 jam per pekerja di 2019, lebih rendah daripada Mexico (2,137 jam), mengutip data dari OECD.
- Pergeseran lapangan pekerjaan, misalnya dari pekerjaan paruh waktu ke pekerjaan penuh waktu atau sebaliknya. Perubahan semacam itu semakin meningkat akhir-akhir ini seiring dengan tren gig economy, di mana pekerjaan paruh waktu semakin populer.
- Faktor teknologi. Kemajuan teknologi juga dapat mengubah jam kerja. Misalnya, untuk menghasilkan output yang sama, teknologi canggih memungkinkan pekerja untuk bekerja lebih cepat daripada sebelumnya.
Di negara-negara maju, rata-rata jumlah jam kerja telah menurun dalam jangka panjang. Tumbuhnya pekerjaan paruh waktu, tingkat upah yang tinggi dan tarif pajak yang tinggi adalah diantara penyebabnya.
Tingkat upah yang tinggi membuat rumah tangga menjadi lebih makmur. Dengan pendapatan yang cukup, mereka kemudian mengambil lebih sedikit waktu untuk bekerja dan mengejar kepuasan pribadi dengan mengambil lebih banyak waktu luang.
Substitusi waktu kerja menjadi lebih banyak waktu luang akhirnya menghasilkan backward bending supply curve di pasar tenaga kerja. Kurva menunjukkan ke anda, sampai tingkat tertentu, kenaikan upah menurunkan pasokan tenaga kerja, diukur dari jumlah jam kerja.
Tingkat pajak juga bekerja seperti itu. Ketika tingkat pajak terlalu tinggi, orang akan berpikir “untuk apa bekerja, jika sebagian besar pendapatan tambahan hanya untuk membayar pajak”. Dengan kata lain, itu membuat insentif untuk bekerja lebih lama semakin menurun.
Variasi jam kerja selama siklus bisnis
Jumlah rata-rata jam kerja berfluktuasi selama siklus bisnis. Bisnis biasanya akan menyesuaikan penggunaan tenaga kerja sejalan dengan fluktuasi ekonomi.
Pada fase palung dan sebelum memasuki ekspansi ekonomi, bisnis biasanya akan menyesuaikan jam kerja dengan menambah jam lembur. Mereka akan melihat tren lebih lanjut dari pemulihan ekonomi. Untuk mengantisipasi peningkatan permintaan, mereka tidak akan merekrut staf baru karena biayanya lebih mahal. Alternatifnya, mereka akan menambah jam lembur atau menggunakan tenaga kerja temporer.
Jika pemulihan ekonomi mengarah ke ekspansi, bisnis percaya diri terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan. Mereka kemudian merekrut pekerja tetap baru.
Sebaliknya, selama tahap puncak dan sebelum kontraksi, bisnis tidak akan serta merta mengurangi tenaga kerja tetap mereka. Sebaliknya, mereka akan memangkas jam lembur dan tenaga kerja temporer sambil melihat arah pertumbuhan ekonomi dan permintaan ekonomi ke depan. Jika ekonomi mengarah ke kontraksi, atau bahkan resesi, mereka akan memangkas tenaga kerja tetap, menghasilkan lebih banyak pengangguran di dalam perekonomian.