Contents
Apa itu: Kepemimpinan situasional (situational leadership) mengedepankan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan tugas dan tim. Pemimpin akan menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang ada, tergantung pada tugas yang diselesaikan dan tim yang dipimpin. Misalnya, mereka mungkin agak otoriter di situasi tertentu tapi demokratis di situasi yang lain.
Adaptasi semacam itu penting untuk secara efektif memimpin tim dan mencapai tujuan. Memimpin tidak hanya tentang kekuatan posisional dan otoritas tapi tentang motivasi dan mendorong bawahan untuk secara bersama-sama berhasil mencapai tujuan.
Meskipun dianggap positif, fleksibel mengadopsi gaya kepemimpinan berbeda mungkin sulit dalam realita nyata karena sebagian pemimpin cenderung memiliki gaya yang dominan.
Mengapa gaya kepemimpinan situasional penting?
Pemimpin seringkali harus menghadapi tugas yang berbeda dengan komposisi tim yang berbeda. Keduanya membutuhkan mereka untuk berperan secara berbeda. Dan pemimpin yang efektif adalah fleksibel untuk mengubah gayanya, beradaptasi dengan kedua situasi.
Keberhasilan dalam beradaptasi tidak hanya mempermudah untuk mencapai tujuan. Tapi, itu juga menghasilkan manfaat lainnya seperti motivasi tinggi dan loyalitas tinggi diantara karyawan. Itu menghasilkan kinerja tinggi bagi organisasi karena bawahan produktif dan dapat mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Selain itu, mereka juga bisa mempertahankan karyawan mereka, mengurangi turnover karyawan dan efek negatifnya.
Bagaimana cara kerja kepemimpinan situasional?
Kepemimpinan situasional mengedepankan fleksibilitas dalam mengadopsi gaya kepemimpinan yang paling cocok untuk mencapai tujuan, mempertimbangkan tugas yang dihadapi dan tim yang dipimpin. Konsep kepemimpinan ini berakar dari model yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard.
Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard mempertimbangkan dua aspek. Pertama adalah seberapa kompeten dan berkomitmen bawahan. Kedua adalah seberapa kompleks tugas, fungsi dan tujuan yang harus dicapai.
Kedua aspek, jika dikombinasikan, menghasilkan situasi yang berbeda untuk dihadapi, baik terkait tantangan, area kinerja, tingkat dukungan dan arahan oleh pemimpin. Dan, pemimpin harus memilih gaya yang unik untuk setiap situasi agar efektif. Jika berhasil, mereka bisa memberdayakan bawahan mereka secara lebih baik.
Mari kita ambil kasus sederhana tentang bagaimana kepemimpinan situasional bekerja di tempat kerja.
Tim dan kompetensi mereka yang berbeda membutuhkan gaya berbeda
Di satu situasi, pimpinan harus membawahi beberapa orang dengan keterampilan dan pengetahuan yang kurang memadai. Mengadopsi pendekatan yang agak otokratis mungkin tidak efektif di situasi tersebut. Itu karena mereka harus menjelaskan banyak hal kepada bawahan. Mereka harus membantu bawahan untuk efektif dalam pekerjaan sambil mendorong mereka belajar dan melatih diri. Misalnya, mereka harus memberi bimbingan dan dan instruksi.
Setelah beberapa waktu, bawahan memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan keahlian untuk memenuhi peran di tempat kerja. Pimpinan kemudian mengubah gaya mereka dan mengadopsi pendekatan yang lebih lepas tangan. Mereka hanya memberi sedikit bimbingan dan lebih banyak memberdayakan bawahan untuk mengambil keputusan sendiri. Mereka merasa pendekatan ini lebih cocok karena bawahan sudah siap. Pendekatan ini juga penting untuk meningkatkan modal dan menumbuhkan motivasi di antara bawahan karena mereka bisa mengaktualisasikan diri secara lebih baik.
Fleksibel mengubah gaya efektif ketika menghadapi tugas berbeda
Dalam kasus lain, pemimpin mungkin menghadapi tugas sulit untuk diselesaikan karena membutuhkan kreativitas tinggi. Tapi, mereka didukung oleh tim yang kompeten. Masing-masing anggota memiliki keterampilan dan kinerja yang tinggi.
Akhirnya, pemimpin membiarkan bawahan bekerja secara mandiri dalam mengatur pekerjaan mereka. Mereka mengizinkan bawahan untuk mengaktualisasikan diri, menuangkan ide-ide mereka dalam pekerjaan, dan mengambil keputusan sendiri. Dengan pendekatan ini, mereka mengharapkan kreatifitas tinggi muncul dari bawahan mereka, mendukung mereka untuk menyelesaikan tugas.
Kemudian, di satu waktu, perusahaan mungkin sedang menghadapi krisis. Itu mengharuskan pemimpin mengambil keputusan tegas dan cepat. Dalam kasus ini, mereka mungkin harus menggunakan pendekatan yang lebih otoriter. Jika sebelumnya, mereka mendelegasikan keputusan kepada bawahan. Tapi, sekarang, mereka mungkin harus mengambil alih dan memusatkan keputusan di mereka. Sebaliknya, jika mereka tetap mengizinkan bawahan mengambil keputusan, ketidakkonsistenan antar keputusan bawahan. Dan itu berbahaya bagi perusahaan.
Kasus di atas menunjukkan tugas berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda. Dan sekarang ini, situasi semacam itu menjadi semakin mungkin karena lingkungan bisnis yang cepat.
Apa saja empat tipe kepemimpinan situasional?
Model kepemimpinan Blanchard-Hersey mengkategorikan gaya kepemimpinan menjadi empat berdasarkan perilaku direktif dan perilaku suportif yang diperlukan untuk memimpin bawahan dan secara efektif mendukung kebutuhan dan kemajuan mereka. Keempatnya adalah:
- Delegating
- Participating
- Selling
- Telling
Delegating (S4)
Pemimpin memberdayakan tim dengan mengedepankan pada delegasi. Mereka memberi bawahan lebih banyak otonomi dan mendelegasikan sebagian besar keputusan dan tanggung jawab kepada mereka. Mereka membiarkan bawahan untuk mengatur pekerjaan dan mengambil keputusan yang relevan. Jadi, mereka kurang terlibat dalam pengambilan keputusan di area kerja spesifik bawahan.
Pendekatan ini menghasilkan setidaknya dua keuntungan utama. Di satu sisi, bawahan termotivasi karena memiliki ruang untuk mengaktualisasikan kemampuan diri. Di sisi lain, pemimpin bisa fokus pada area yang lebih strategis seperti menetapkan visi.
Gaya ini cocok ketika bawahan memiliki kompetensi dan motivasi yang tinggi. Sehingga, mereka bisa bekerja mandiri secara efektif. Dan pemimpin tinggal memonitor kemajuan mereka.
Participating (S3)
Pemimpin mengedepankan pada kolaborasi. Mereka memimpin tim yang kompeten untuk melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Sehingga, mereka fokus pada perilaku suportif daripada perilaku direktif.
Pemimpin bekerja bersama tim dengan lebih banyak memberikan dukungan kepada bawahan daripada instruksi. Mereka berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Mereka memberikan dorongan yang diperlukan kepada bawahan untuk bekerja lebih baik dan menawarkan solusi ketika dibutuhkan, terutama untuk membuka wawasan.
Lingkungan semacam itu membutuhkan komunikasi terbuka antara pemimpin dan bawahan, termasuk untuk saling berbagi ide. Pemimpin berusaha menjadi pendengar yang baik dan siap membantu bawahan ketika diperlukan. Mereka memelihara hubungan yang berkualitas dengan orang-orang yang mereka pimpin.
Selling (S2)
Gaya ini mengkombinasikan perilaku direktif dan suportif yang tinggi. Pemimpin menjual ide mereka kepada bawahan dan mendorong mereka untuk bergabung. Sehingga, mereka menetapkan tujuan dan peran untuk bawahan, tetapi terbuka untuk saran dan ide.
Pemimpin tidak hanya memberikan arahan kepada bawahan untuk menjalankan tugas. Tapi, mereka juga memberikan dukungan ke mereka untuk menumbuhkan diri.
Telling (S1)
Gaya ini mengedepankan perilaku direktif daripada suportif. Pemimpin menginstruksikan bawahan dan secara rinci memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Mereka menentukan peran anak buah dan mengkonsentrasikan pengambilan keputusan di tangan mereka.
Gaya ini ini cocok untuk lingkungan di mana bawahan tidak memiliki inisiatif. Sehingga, pendekatan memimpin lebih bersifat top down:
- Pemimpin secara rinci menetapkan tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan memberitahu bagaimana menyelesaikan dan kapan harus diselesaikan.
- Bawahan menjalankannya instruksi pemimpin
- Pemimpin mengawasi bawahan secara langsung.
Di mana kepemimpinan situasional efektif?
Empat gaya kepemimpinan di atas akan efektif tergantung pada kematangan tim yang dipimpin, dikaitkan dengan kompetensi dan kemauan mereka. Dengan kata lain, pemimpin harus mengadopsi gaya berbeda ketika menghadapi bawahan dengan kompetensi dan kemauan yang berbeda. Mereka menilai dan menyesuaikan pendekatan mereka untuk memberikan apa yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan tim.
Model Hersey–Blanchard mengidentifikasi empat situasi di mana empat gaya kepemimpinan di atas efektif berdasarkan tingkat kematangan tim:
- Kematangan tinggi (M4)
- Kematangan medium (M3)
- Kematangan medium (M2)
- Kematangan rendah (M1)
Kematangan tinggi (M4)
Gaya delegating cocok dengan situasi ini. Bawahan tidak hanya kompeten. Tapi, mereka juga berkomitmen kuat.
Kompetensi dan keterampilan tinggi memungkinkan bawahan mandiri dalam pekerjaan. Mereka tidak hanya bisa melakukan tugas dengan baik. Tapi, mereka juga bertanggung jawab atas tugas mereka.
Karena sangat terampil dan berkomitmen tinggi, pemimpin lebih banyak memberikan otonomi ke bawahan. Mereka mengadopsi gaya delegating untuk memberdayakan bawahan dan mendorong mereka bekerja secara independen untuk mencapai tujuan yang disepakati.
Kematangan medium (M3)
Bawahan memiliki kompetensi yang sedang hingga tinggi. Sehingga, mereka tidak membutuhkan arahan untuk menjalankan tugas.
Namun, komitmen dan kemauan mereka cenderung bervariasi. Misalnya, mereka kurang percaya diri dengan kemampuan mereka.
Dalam situasi ini, pemimpin mengadopsi gaya participating. Mereka lebih fokus memberikan dukungan kepada bawahan daripada instruksi atau arahan. Mereka berusaha menjadi pendengar yang baik serta siap membantu bawahan ketika mereka membutuhkan.
Kematangan medium (M2)
Tim memiliki beberapa kompetensi. Tapi, mereka memiliki komitmen dan kemauan yang rendah.
Bawahan belum siap mengambil tanggung-jawab penuh atas proses dalam pekerjaan. Mereka membutuhkan waktu untuk mengembangkan diri dan menjadi kompeten.
Dalam situasi ini, pemimpin mengandalkan gaya selling. Pemimpin lebih banyak mengandalkan perilaku direktif sambil mempertahankan perilaku suportif, meski tidak dominan. Dengan kata lain, pemimpin fokus pada memberikan instruksi dan arahan sambil mendorong bawahan untuk mengembangkan keterampilan. Mereka melatih bawahan dalam pemecahan masalah dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan
Kematangan rendah (M1)
Bawahan memiliki kompetensi yang rendah. Namun, mereka memiliki komitmen yang tinggi. Mereka antusias untuk menjalankan perintah.
Lingkungan ini membutuhkan gaya telling. Pemimpin mengandalkan gaya direktif dengan memberi bawahan instruksi dan arahan dalam pekerjaan mereka. Perilaku suportif mungkin kurang dibutuhkan karena bawahan memiliki kompetensi yang rendah. Sehingga, pemimpin lebih banyak menentukan peran bawahan. Mereka memberitahu karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana, dan kapan melakukannya.
Apa saja keunggulan kepemimpinan situasional?
Kepemimpinan situasional mengandung beberapa keuntungan. Pertama, itu menciptakan bahasa kinerja yang selaras. Pemimpin fleksibel untuk mengubah pendekatan kepemimpinan mereka sesuai dengan konteks. Mereka berusaha memahami bawahan, termasuk terkait kesiapan dan kemampuan mereka, dan menyesuaikan gaya mereka.
Kedua, pemimpin situasional mendorong kolaborasi yang sukses dengan tim. Itu meningkatkan produktivitas dan keterlibatan tim. Akhirnya, mereka sukses mempengaruhi anggota tim untuk mencapai kekuatan yang optimal dengan memaksimalkan kemampuan terbaik untuk mencapai tujuan.
Ketiga, gaya ini relevan untuk situasi di masa lalu, sekarang, dan masa depan. Karena pemimpin fleksibel untuk beradaptasi dengan situasi yang berbeda, mereka lebih siap untuk menghadapi keadaan yang berbeda di tempat kerja, termasuk terkait perubahan dalam tugas maupun komposisi tim.
Keempat, pemimpin efektif mendorong perubahan perilaku. Selain itu, mereka mempercepat pengembangan karyawan dengan mengadaptasi pendekatan kepemimpinan mereka. Di satu waktu, mereka harus lebih banyak menempatkan perilaku direktif ketika menghadapi seorang bawahan. Di waktu yang lain, mereka lebih menggunakan pendekatan suportif.
Kelima, bawahan termotivasi. Itu meningkatkan hubungan kuat antar bawahan dengan pimpinan. Bawahan merasa pimpinan menghargai mereka dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan mereka, termasuk dalam pengembangan profesional. Akhirnya, itu menaruh rasa hormat diantara mereka.
Umumnya, bawahan beradaptasi dengan gaya yang diadopsi oleh pemimpin. Namun, di bawah kepemimpinan situasional, adaptasi tersebut berlangsung pada dua sisi: atasan dan bawahan.
Apa saja kelemahan kepemimpinan situasional?
Menjadi fleksibel dengan mengadaptasi gaya kepemimpinan memang dianggap ideal. Tapi, di dunia nyata, itu mungkin sulit dilakukan. Beberapa pimpinan cenderung memiliki gaya yang dominan. Mereka memperlihatkannya dari waktu ke waktu. Sehingga, mereka mungkin sulit untuk mengubah mindset dan mengubah pendekatan mereka dalam memimpin karena telah terbiasa.
Selain itu, ada beberapa kelemahan lainnya dari kepemimpinan situasional. Pertama, efektifitasnya tergantung pada kemampuan pemimpin untuk mengidentifikasi dan menilai sampai level mana bawahan mereka dikaitkan dengan tingkat kedewasaan mereka. Beberapa mungkin gagal secara efektif melakukannya karena memang sulit dilakukan. Akhirnya, mereka mengadopsi gaya kepemimpinan yang tidak sesuai.
Kedua, itu menciptakan kebingungan di dalam organisasi. Pimpinan terus terus-menerus mengubah gaya mereka untuk memenuhi situasi yang berbeda. Sehingga, mereka bisa adaptif dan bekerja efektif bersama tim dengan beragam latar belakang.
Tapi, bawahan mungkin memandang atasan menunjukkan sebuah ketidakkonsistenan. Akhirnya, mereka kesulitan dalam beradaptasi dengan pendekatan pemimpin.
Ketiga, pemimpin terlalu fokus pada aspek jangka pendek. Mereka menggunakan lebih banyak waktu untuk memikirkan apa yang dibutuhkan bawahan dari mereka dan bagaimana seharusnya beradaptasi. Sehingga, lebih sedikit waktu untuk memikirkan apa yang dibutuhkan organisasi dari mereka dan dalam konteks persaingan, apa yang dibutuhkan lingkungan bisnis dari organisasi mereka. Singkat cerita, pemimpin situasional mungkin lebih fokus pada tujuan jangka pendek daripada tujuan jangka panjang.
Bacaan Selanjutnya
- Gaya Kepemimpinan: Apa Itu? Apa Saja Jenisnya?
- Kepemimpinan Demokratis: Definisi, Ciri, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Etis: Pentingnya dan Prinsip-Prinsipnya
- Kepemimpinan Karismatik: Definisi, Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Laissez-Faire: Karakteristik, Kelebihan, Kekurangan
- Kepemimpinan Otokratis: Definisi, Karakteristik, Contoh, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Otoriter: Karakteristik, Pro dan Kontra
- Kepemimpinan Paternalistik: Karakteristik, Keunggulan, Kelemahan
- Kepemimpinan Pelayan: Definisi, Karakteristik
- Kepemimpinan Situasional: Cara Kerja, Tipe, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Transaksional: Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Transformasional: Karakteristik, Mengapa Penting
- Kepemimpinan: Karakteristik dan Jenis Gaya Kepemimpinan
- Pemimpin Informal: Pentingnya Mereka, Cara Menjadi
- Pemimpin Strategis: Karakteristik dan Mengapa Penting