Contents
Apa itu: Kepemimpinan demokratis (democratic leadership) adalah pendekatan kepemimpinan dengan mempromosikan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin mendorong bawahan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan tentang pekerjaan mereka dan masalah terkait pekerjaan. Karena alasan tersebut, kita juga menyebut gaya kepemimpinan ini sebagai kepemimpinan partisipatif.
Pemimpin lebih suka untuk mempromosikan pengambilan keputusan konsensus sebagai kebijakan manajemen. Pemimpin senang berdiskusi untuk menggali ide dan mengembangkan umpan balik yang positif bagi organisasi. Selain itu, mereka juga melibatkan bawahan untuk berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan.
Kepemimpinan demokratis dianggap sebagai satu diantara gaya kepemimpinan yang efektif. Lingkungan kerja cenderung fleksibel, inovatif, dan bermotivasi tinggi. Sebagai hasilnya, itu mengarah pada peningkatan moral dan produktivitas yang tinggi.
Namun demikian, keputusan bisa lambat untuk diambil karena mengandalkan konsensus. Berdiskusi dan menggali umpan balik dari bawahan bisa memakan waktu, mengakibatkan keputusan tidak segera tercapai.
Ada juga masalah lainnya. Bawahan mungkin mementingkan ego pribadi alih-alih kepentingan bersama. Terakhir, bawahan mungkin tidak kompeten dan bukan merupakan pengambil keputusan yang efektif. Sehingga, meminta opini dari mereka tentang keputusan kepada mereka mungkin bukan pilihan bijak dan bisa berdampak negatif pada organisasi.
Apa saja karakteristik kepemimpinan demokratis?
Beberapa aspek mengkarakterisasi kepemimpinan demokratis. Pertama, bawahan bisa berpartisipasi dan berkolaborasi secara aktif. Pemimpin demokratis mendorong bawahan untuk mengambil peran yang lebih banyak dalam proses pengambilan keputusan daripada pemimpin otokratis. Mereka berdiskusi secara terbuka sebelum membuat keputusan. Akhirnya, mereka dapat mempertukarkan ide secara lebih bebas.
Lingkungan ini mendorong individu kejujuran dan keberanian dalam mengemukakan gagasan. Diskusi sering menjadi jalan untuk saling bertukar pikiran.
Kedua, ide dan pendapat dihargai. Pemimpin mendorong anggota untuk berbagi ide dan pendapat. Anggota dapat mengatakannya secara lebih bebas. Sehingga, organisasi lebih mungkin untuk mencapai keputusan yang terbaik. Meskipun demikian, pemimpin tetap memegang kendali atas keputusan akhir.
Ketiga, lingkungan demokratis mendukung lebih banyak kreativitas. Pemimpin menghargai bawahan dan mendorong mereka untuk mengaktualisasikan diri dan kreatif dengan berdiskusi tentang area kerja mereka. Lingkungan semacam itu penting dalam proses pemecahan masalah dan untuk menemukan sejumlah alternatif terbaik dalam pengambilan keputusan. Bawahan bisa mengeksplorasi dan menemukan cara baru untuk berbagai masalah dan kemudian, menawarkan solusi yang lebih baik kepada manajemen.
Keempat, pemimpin memberdayakan bawahan. Pemimpin tidak tergantung pada diri sendiri, tapi mereka mempercayai bawahan untuk mengutarakan ide selama proses pengambilan keputusan. Mereka mengharapkan umpan balik atau pendapat. Akhirnya, bawahan merasa dihargai karena pemimpin mendengarkan ide mereka, menumbuhkan kepuasan.
Kelima, komunikasi bersifat dua arah. Itu bisa dari atas ke bawah atau sebaliknya, dari bawah ke atas. Jadi, pemimpin dengan mudah berdiskusi dengan bawahan. Sebaliknya, bawahan juga bisa melakukannya ketika mereka anggap perlu. Situasi ini kontras dengan lingkungan otokratis, di mana komunikasi hanya dari atas ke bawah.
Di mana gaya kepemimpinan demokratis efektif?
Seberapa efektif kepemimpinan demokratis tergantung pada kemampuan dan kemauan bawahan. Faktor lainnya adalah tugas yang harus diselesaikan oleh pemimpin.
Gaya kepemimpinan ini kemungkinan cocok di lingkungan di mana bawahan terampil, berpengalaman dan kreatif. Di satu sisi, pemimpin dapat memanfaatkan bakat dan kekuatan bawahan mereka untuk kesuksesan perusahaan. Di sisi lain, bawahan dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan diri dengan berpartisipasi aktif selama proses pengambilan keputusan.
Ketika bawahan telah menjadi terbiasa dengan proses pengambilan keputusan, mereka terlatih untuk menjadi pengambil keputusan yang baik. Akhirnya, pemimpin demokratis dapat fokus pada aspek yang lebih vital. Mereka mendelegasikan keputusan kurang esensial kepada bawahan. Dan bawahan mandiri dalam bekerja dan bertanggung jawab dengan pengawasan minimal.
Kemudian, dengan terlibat aktif, bawahan tidak hanya senang dan termotivasi. Tapi, mereka juga berkontribusi terhadap inovasi dan pemecahan masalah di dalam perusahaan.
Kemudian, pemimpin demokratis mungkin juga akan efektif di organisasi di mana kreatifitas tinggi dituntut. Lingkungan ini membutuhkan organisasi untuk beradaptasi dengan solusi baru dan mengubah proses yang ada. Sehingga, partisipasi aktif bawahan memungkinkan lebih banyak ide dan solusi daripada hanya sekedar mengandalkan pemimpin.
Google adalah salah satu contoh di mana kepemimpinan demokratis bekerja. Amazon dan Genentech adalah contoh lainnya.
Namun, ketika perusahaan membutuhkan keputusan cepat karena beroperasi di lingkungan bisnis yang dinamis, lingkungan demokratis mungkin tidak cocok. Proses pengambilan keputusan yang lambat bisa membuat perusahaan ketinggalan dibandingkan pesaingnya. Akhirnya, itu mengancam keunggulan perusahaan dan mengarah pada kegagalan.
Selain itu, lingkungan demokratis juga membutuhkan tim yang terampil dan berpengalaman. Bawahan memiliki pengetahuan memadai. Tanpa itu semua, pemimpin sulit untuk mendapatkan umpan balik atau ide yang berkualitas. Di lingkungan ini, pemimpin mungkin lebih tepat untuk mengambil pendekatan otokratis dimana mereka mengambil keputusan dengan sedikit masukan bawahan. Kemudian, mereka menginstruksikan bawahan untuk menjalankan apa yang mereka telah putuskan.
Apa saja kelebihan kepemimpinan demokratis?
Kepemimpinan demokratis membawa dampak yang besar bagi lingkungan kerja yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan. Pemimpin menghargai bawahan dan begitu juga sebaliknya, bawahan menaruh respek ke pemimpin.
Kelebihan lainnya dari kepemimpinan demokratis adalah:
Pertama, pemimpin yang demokratis lebih dihormati. Respek anggota terhadap mereka lebih pada kepercayaan, rasa hormat dan inspirasi bukan berdasarkan pada ancaman atau ketakutan sebagaimana di lingkungan kepemimpinan otokratis.
Kedua, bawahan memiliki peran aktif dan berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan keputusan di area kerja mereka. Mereka termotivasi karena merasa pendapat dan masukan mereka dihargai. Akhirnya, itu menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi, meningkatkan moril dan produktivitas mereka.
Ketiga, kepemimpinan demokratis mendorong lebih banyak ide dan solusi kreatif. Lingkungan semacam itu penting untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan pemecahan masalah yang lebih baik. Tidak seperti ketika mengandalkan pemimpin untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah, melibatkan bawahan berarti lebih banyak ide yang muncul.
Keempat, karyawan termotivasi karena merasa lebih diberdayakan. Mereka bersemangat untuk meningkatkan keterampilan profesional mereka. Mereka merasa dapat mempengaruhi potensi promosi mereka dengan berkontribusi lebih besar pada perusahaan. Karena fakta tersebut, mereka bekerja lebih keras untuk mengambil peran yang lebih besar dengan meningkatkan kompetensi.
Kelima, lingkungan kerja menjadi lebih kolaboratif. Komunikasi dua arah memperkuat hubungan kerja antara bawahan dengan pimpinan. Mereka bisa saling memberikan umpan balik dan mengurangi konflik.
Keenam, karyawan lebih adaptif terhadap perubahan dalam organisasi. Karena terlibat dalam proses pengambilan keputusan, mereka lebih terinformasi tentang apa yang terjadi di organisasi. Sehingga, mereka lebih siap ketika perubahan terjadi.
Apa saja kekurangan kepemimpinan demokratis?
Sebagaimana tipe kepemimpinan lainnya, kepemimpinan demokratis juga memiliki sejumlah kelemahan. Sehingga, itu mungkin efektif di satu situasi tapi tidak di yang lain. Dengan kata lain, tidak semua kondisi tepat untuk gaya kepemimpinan ini.
Pertama, tidak semua umpan balik dan ide dari bawahan adalah berkualitas. Itu tergantung pada pengetahuan, keahlian atau pengalaman mereka mereka. Ide atau umpan balik yang tidak berkualitas akhirnya menghasilkan keputusan yang buruk.
Kedua, bawahan mungkin memberikan ide atau wawasan karena motif keuntungan pribadi. Mereka lebih mementingkan diri sendiri ketika memberikan ide daripada keuntungan kelompok atau perusahaan.
Ketiga, ketidakpuasan muncul ketika pemimpin pilih kasih. Beberapa bawahan kecewa jika pemimpin lebih memilih ide dari bawahan yang paling dekat dengan dia. Akhirnya, mereka kecewa dan tidak puas dengan keputusan yang diambil. Ketidakpuasan ini bisa menyebar ke bawahan lainnya, menyebabkan ketidakharmonisan hubungan kerja.
Keempat, pengambilan keputusan lebih lambat. Keterlibatan yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan memang menghasilkan lebih banyak ide. Tapi, pengambilan keputusan memakan waktu karena perlu mencapai konsensus. Pemimpin harus menyaring ide atau masukan bawahan dan memilih yang terbaik.
Karena alasan tersebut, kepemimpinan ini tidak cocok ketika perusahaan membutuhkan keputusan yang mendesak misalnya selama masa-masa sulit seperti krisis ekonomi atau selama restrukturisasi.
Kelima, konflik seringkali muncul. Karena bawahan mungkin mengejar keuntungan pribadi, mereka akan lebih banyak tidak sepakat selama proses diskusi. Pada akhirnya, kondisi semacam itu memunculkan konflik dan berdampak negatif pada hubungan kerja.
Keenam, lingkungan demokratis membutuhkan pemimpin yang kuat. Mereka diperlukan diperlukan untuk memimpin diskusi dan mengawasi bawahan. Tanpa kepemimpinan kuat, proses pengambilan keputusan bisa kehilangan arah atau memakan waktu terlalu lama.
Bacaan Selanjutnya
- Gaya Kepemimpinan: Apa Itu? Apa Saja Jenisnya?
- Kepemimpinan Demokratis: Definisi, Ciri, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Etis: Pentingnya dan Prinsip-Prinsipnya
- Kepemimpinan Karismatik: Definisi, Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Laissez-Faire: Karakteristik, Kelebihan, Kekurangan
- Kepemimpinan Otokratis: Definisi, Karakteristik, Contoh, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Otoriter: Karakteristik, Pro dan Kontra
- Kepemimpinan Paternalistik: Karakteristik, Keunggulan, Kelemahan
- Kepemimpinan Pelayan: Definisi, Karakteristik
- Kepemimpinan Situasional: Cara Kerja, Tipe, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Transaksional: Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
- Kepemimpinan Transformasional: Karakteristik, Mengapa Penting
- Kepemimpinan: Karakteristik dan Jenis Gaya Kepemimpinan
- Pemimpin Informal: Pentingnya Mereka, Cara Menjadi
- Pemimpin Strategis: Karakteristik dan Mengapa Penting