Contents
Apa itu: Margin EBITDA adalah rasio profitabilitas untuk mengukur seberapa besar keuntungan perusahaan dari pendapatan yang dibukukan setelah menyesuaikannya dengan item non-kas tapi sebelum membayar bunga dan pajak. Kita menghitungnya dengan membagi EBITDA dengan pendapatan, dinyatakan sebagai persentase.
Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) merupakan proxy keuntungan tunai yang dihasilkan perusahaan selama periode pelaporan. Untuk mendapatkanya, kita mengeluarkan item non-kas, yakni depresiasi dan amortisasi, dari perhitungan. Sehingga, itu lebih dekat dengan kas yang dihasilkan perusahaan. Jadi, kita bisa katakan, margin EBITDA menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengkonversi setiap pendapatan menjadi keuntungan tunai.
Memeriksa margin EBITDA berguna untuk membandingkan kinerja sebuah perusahaan dengan perusahaan peer dalam industrinya. Rasio yang lebih tinggi adalah lebih baik karena perusahaan menghasilkan uang yang lebih tinggi untuk setiap dolar penjualan. Kondisi sebaliknya adalah lebih buruk.
Apa itu EBITDA? Dan mengapa margin EBITDA penting?
Margin EBITDA memberitahu kita berapa banyak dolar yang tersisa untuk setiap penjualan yang dibukukan oleh perusahaan. Itu adalah metrik profitabilitas dan mencerminkan seberapa efisien perusahaan menghasilkan kas. Memeriksanya membantu kita untuk mengukur seberapa efektif manajemen menghasilkan pendapatan dan mengelola biaya.
EBITDA adalah metrik laba yang banyak digunakan dalam analisis keuangan. Itu fokus pada kinerja keuangan perusahaan dengan mengaitkan profitabilitas operasi dan arus kasnya. Karena kita mengecualikan item non-kas ketika menghitungnya, itu adalah proxy yang paling dekat tentang seberapa banyak kas yang dihasilkan perusahaan.
Kita menambahkan kembali depresiasi dan amortisasi karena biaya tersebut tidak dapat dihindari. Mereka mewakili nilai ekonomi yang hilang dari aset tetap dan aset tidak berwujud selama periode akuntansi. Meskipun demikian, tidak seperti beban lainnya, mereka tidak menyebabkan kas keluar karena item non-tunai.
Kemudian, EBITDA juga menghilangkan efek pembiayaan dan beban pajak ketika kita mengukur laba. Sehingga, itu tidak sensitif terhadap variasi dalam tingkat leverage dan tarif pajak antar perusahaan. Misalnya, dua perusahaan memiliki tingkat utang yang berbeda, sehingga beban bunga yang dibayarkan oleh keduanya juga berbeda. Karena kita mengecualikan beban bunga, keduanya lebih dapat diperbandingkan jika menggunakan EBITDA.
Bagaimana cara menghitung margin EBITDA?
Menghitung EBITDA membutuhkan kita melihat ke akun-akun di laporan laba rugi. Pertama kita mengurangi pendapatan dengan beban pokok penjualan dan beban operasional seperti beban penjualan, umum, dan administrasi. Kemudian, kita menambahkan kembali beban depresiasi dan beban amortisasi.
Kedua, setelah mendapatkan EBITDA, kita kemudian membandingkannya dengan pendapatan untuk memperoleh angka margin, dinyatakan sebagai persentase. Berikut adalah rumusnya:
- Margin EBITDA = EBITDA / Pendapatan
Sekarang, ambil contoh sederhana. Sebuah perusahaan membukukan pendapatan sebesar $2 juta dan EBITDA sebesar $200.000. Dalam kasus ini, margin EBITDA adalah sebesar 10%.
Sebagai sebuah catatan, beberapa orang mungkin memiliki pendekatan berbeda untuk menghitung EBITDA. Mereka mungkin memulainya dari laba bersih, kemudian menambahkan kembali pajak, bunga, depresiasi dan amortisasi. Pendekatan ini mengakomodasi pendapatan dan beban non-operasi dalam perhitungan, kontras dengan pendekatan pertama di atas.
Apakah perlu memasukkan pendapatan dan beban non-operasi, itu tergantung pada kebijaksanaan kita masing-masing. Tapi, kita harus ingat, item non-operasi cenderung muncul satu kali atau tidak berkelanjutan, mengakibatkan EBITDA cenderung fluktuatif. Item-item tersebut cenderung tidak stabil, kadang naik signifikan di periode sebelumnya dan kadang turun tajam di periode berikutnya.
Bagaimana cara menginterpretasikan margin EBITDA?
Secara umum, margin EBITDA yang lebih tinggi adalah lebih baik. Itu menandakan perusahaan efektif dalam menghasilkan keuntungan dan efisien dalam mengelola biaya. Sehingga, perusahaan menghasilkan lebih banyak dolar untuk setiap produk yang terjual – perusahaan mendapatkan pendapatan pada biaya yang lebih rendah. Dan, semakin tinggi rasionya, semakin rendah biaya operasi, relatif terhadap pendapatan, dan semakin banyak uang yang dihasilkan.
Sebaliknya, rasio yang rendah adalah kurang disukai. Perusahaan mungkin mengalami masalah dalam mengelola operasi secara efisien, sehingga biaya operasi cenderung tinggi. Atau, strategi pemasaran kurang efektif sehingga lebih sedikit pendapatan yang dihasilkan dari menjual produk.
Kemudian, membandingkan margin EBITDA secara historis memberikan wawasan ke kita tentang kinerja perusahaan dari waktu ke waktu, apakah membaik atau memburuk. Jika margin meningkat, itu adalah yang diinginkan karena menunjukkan perbaikan kinerja.
Kemudian, karena tidak ada panduan untuk rasio yang ideal, kita juga perlu membandingkan rasio ini dengan perusahaan peer atau rata-rata industri untuk mendalami seberapa baik kinerja perusahaan dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Rasio yang lebih tinggi menunjukkan kinerja yang lebih baik, menunjukkan perusahaan tersebut lebih unggul daripada pesaingnya.
Efek utang
Margin EBITDA memiliki kelemahan dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Misalnya, sebuah perusahaan dengan utang tinggi mungkin bisa memiliki margin EBITDA yang tinggi. Secara sekilas, perusahaan tersebut berkinerja bagus dan tidak memiliki masalah dengan profitabilitas. Meskipun demikian, itu mungkin tidak sepenuhnya benar.
Ketika kita memasukkan beban bunga dalam perhitungan, misalnya dengan menggunakan laba sebelum pajak (pretax profit) sebagai pembilang, profitabilitas perusahaan mungkin tidak sebaik apa yang digambarkan oleh margin EBITDA.
Margin laba sebelum pajak bisa saja jauh lebih rendah karena tingginya beban bunga. Karena bunga harus dibayar, maka situasi ini menunjukkan lebih sedikit keuntungan yang tersedia, baik baik pemegang saham (sebagai dividen) atau ditahan sebagai modal internal.
Karena alasan tersebut, beberapa perusahaan lebih menyoroti margin EBITDA dari pada margin keuntungan lainnya sebagai cara untuk mempengaruhi investor dalam mempersepsikan kinerja keuangan mereka. Dan, bagi yang tidak memeriksa kinerja keuangan secara lebih dalam, angka itu bisa menyesatkan.
Efek amortisasi dan depresiasi
Membandingkan margin EBITDA antar perusahaan bisa menyesatkan karena mereka mungkin menggunakan asumsi dan metode yang berbeda dalam mengakui depresiasi dan amortisasi. Mereka bisa melaporkan angka yang berbeda jauh meski memiliki aset tetap dan tidak berwujud yang relatif mirip. Satu perusahan mungkin melaporkan depresiasi dan amortisasi yang tinggi, membuat angka EBITDA lebih tinggi. Sementara yang lain menunjukkan kondisi sebaliknya.
Beberapa faktor mempengaruhi depresiasi dan amortisasi yang dilaporkan – dan oleh karena itu EBITDA, termasuk metode yang digunakan dan asumsi tentang masa manfaat ekonomis, dan nilai sisa. Misalnya, metode depresiasi garis lurus mengakui beban yang merata selama masa manfaat aset. Sebaliknya, metode depresiasi dipercepat (accelerated depreciation method) mengakui beban yang lebih besar di awal-awal manfaat aset dan menurun seiring waktu. Sehingga, jika dua perusahaan membeli aset pada waktu yang sama dengan harga yang sama, perusahaan dengan metode depresiasi garis lurus akan memiliki beban depresiasi yang lebih rendah daripada yang menggunakan metode depresiasi dipercepat.
Bacaan selanjutnya
- Rasio Profitabilitas: Formula, Jenis dan Contoh
- Margin Laba Kotor: Formula, Perhitungan, dan Interpretasi
- Margin Laba Operasi: Rumus, Perhitungan dan Interpretasi
- Margin Laba Sebelum Pajak: Perhitungan dan Interpretasinya
- Margin Laba Bersih: Formula, Perhitungan, Interpretasi
- Return on Asset (ROA): Perhitungan dan Interpretasi
- Operating ROA: Rumus, Perhitungan dan Interpretasi
- Return on Equity (ROE): Perhitungan dan Interpretasi
- Margin EBIT: Perhitungan dan Interpretasi
- Return on Common Equity (ROCE): Perhitungan dan Interpretasi
- Margin EBITDA: Rumus, Perhitungan dan Interpretasi
- Margin NOPAT: Rumus, Perhitungan dan Interpretasi
- Margin EBIAT: Formula, Perhitungan dan Interpretasi
- Return on Invested Capital (ROIC): Perhitungan dan Interpretasi