Contents
Apa itu: Mobilitas modal sempurna (perfect capital mobility) adalah situasi ketika modal bebas bergerak untuk mengejar pengembalian yang lebih tinggi. Tidak ada hambatan bagi modal untuk keluar dan masuk suatu negara atau antar penggunaan, termasuk hambatan nilai tukar.
Mengapa mobilitas modal penting
Akses ke dana murah. Dalam pasar keuangan global, mobilitas modal memberikan akses ke kumpulan tabungan global dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Perusahaan atau pemerintah dapat mengumpulkan dana lebih murah di pasar keuangan internasional, misalnya dengan menerbitkan surat utang global.
Ketika suku bunga domestik lebih rendah daripada suku bunga internasional, itu akan mendorong aliran modal masuk. Investor luar negeri memburu pengembalian yang lebih tinggi. Itu meningkatkan permintaan dan likuiditas di pasar keuangan domestik. Akhirnya, itu mengarah pada penurunan suku bunga dan biaya dana.
Pengembalian yang lebih tinggi. Bagi pemilik modal, mereka dapat memperoleh pengembalian yang tinggi. Itu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Mereka dapat berinvestasi di mana saja tanpa harus menghadapi resiko seperti nilai tukar atau hambatan arus modal.
Penggunaan produktif. Jika modal mengalir bebas, kemungkinkan akan bergerak menuju penggunaannya yang terbaik. Sebagai hasilnya, investasi modal menjadi lebih efisien. Perusahaan dapat mengumpulkan modal pada biaya terendah, mendorong mereka untuk meningkatkan investasi barang modal dan kapasitas produksi.
Nilai tukar tetap dan mobilitas modal sempurna
Tanpa risiko politik dan makroekonomi, mobilitas modal yang sempurna lebih mungkin terjadi di bawah rezim nilai tukar tetap. Karena tidak berubah, tidak ada risiko nilai tukar. Sebagai hasilnya, pertimbangan utama investasi adalah spread antar suku bunga (domestic vs internasional).
Asumsikan suku bunga di pasar keuangan internasional tidak berubah dan pada tingkat yang sama dengan pasar domestik. Jika suku bunga domestik, itu menarik aliran modal asing masuk. Investor asing melihat pasar domestik lebih menarik karena menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Karena tetap, nilai tukar bukan persoalan.
Sebaliknya, jika suku bunga domestik turun, itu akan mengakibatkan investasi keluar dari pasar domestik. Investor mengejar pengembalian yang lebih tinggi di pasar luar negeri.
Efek mobilitas modal yang sempurna terhadap jumlah uang beredar
Di bawah nilai tukar tetap dan mobilitas modal sempurna, aliran modal internasional menentukan jumlah uang beredar domestik. Untuk memahaminya, mari kita anggap asumsi sebelumnya berlaku. Dan, katakanlah, bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan untuk meredam tekanan tinggi inflasi domestik.
Kenaikan suku bunga mendorong aliran modal asing masuk. Itu mengakibatkan permintaan terhadap mata uang domestik meningkat dan mengakibatkan apresiasi nilai tukar.
Karena perekonomian domestik mengadopsi sistem nilai tukar tetap, maka apresiasi mengharuskan pemerintah (melalui bank sentral) untuk mengintervensi. Untuk mengimbangi tingginya permintaan, pemerintah meningkatkan pasokan mata uang domestik. Sebagai hasilnya, jumlah uang beredar meningkat.
Peningkatan jumlah uang beredar mendorong melimpahnya likuiditas di dalam perekonomian. Orang semakin mudah untuk menemukan pinjaman. Begitu juga, bank memiliki banyak uang untuk dipinjamkan. Situasi ini pada akhirnya menurunkan suku bunga di pasar keuangan domestik.
Jika spread masih positif (suku bunga domestik minus suku bunga internasional), modal asing masih akan mengalir masuk. Dan, itu berarti, jumlah uang beredar juga masih harus naik.
Situasi semacam itu berlanjut sampai dengan tingkat bunga dikembalikan ke tingkat semula. Atau dengan kata lain, suku bunga domestik harus setara dengan suku bunga internasional.
Efek mobilitas modal sempurna terhadap kebijakan moneter
Kebijakan moneter domestik tidak efektif untuk mempengaruhi perekonomian domestik di bawah nilai tukar tetap dan aliran modal sempurna. Dalam contoh di atas, faktor eksternal (aliran modal asing) bergerak secara berlawanan dengan tujuan awal dari kebijakan moneter.
Baiklah, saya akan meringkas efek aliran modal ketika bank sentral mengadopsi kebijakan ekspansioner dan kebijakan kontraksioner. Asumsikan, bank sentral menggunakan suku bunga acuan untuk menjalankan kebijakan moneter.
Di bawah kebijakan ekspansioner, bank sentral menurunkan suku bunga untuk meningkatkan jumlah uang beredar. Sedangkan, di bawah kebijakan kontraksioner, bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar.
Sekarang, asumsikan suku bunga internasional tidak berubah. Sehingga, spread hanya dipengaruhi oleh perubahan suku bunga domestik. Kebijakan moneter menjadi tidak efektif karena:
- Jika menurunkan suku bunga, investasi keluar dari pasar domestik. Nilai tukar domestik terdepresiasi. Untuk menjaga nilai tukar tetap, bank sentral harus turun tangan dengan menjual valuta asing untuk membeli mata uang domestik. Pasokan mata uang domestik di perekonomian menyusut (sekarang lebih banyak dipegang bank sentral) dan menyebabkan suku bunga naik.
- Jika menaikan suku bunga, modal asing mengalir masuk dan menyebabkan apresiasi mata uang domestik. Bank sentral mempertahankan nilai tukar tetap dengan meningkatkan pasokan mata uang domestik untuk mengimbangi permintaan dari investasi asing. Meningkatnya jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga domestik turun.
Mengapa mobilitas modal tidak sempurna
Mobilitas modal sempurna hanyalah teori dan sulit tercapai di dunia nyata. Beberapa alasan menjelaskan mengapa itu terjadi.
Pertama, sekarang ini, sebagian besar negara tidak menganut nilai tukar tetap. Mereka menganut nilai tukar mengambang, atau setidaknya nilai tukar mengambang terkendali. Oleh karena itu, nilai tukar berfluktuasi, alih-alih tetap. Itu memunculkan risiko nilai tukar.
Risiko nilai tukar mempengaruhi tingkat pengembalian investasi. Depresiasi mata uang negara tujuan mengurangi tingkat keuntungan ketika investor mentranslasikan pengembalian ke dalam mata uang operasional mereka. Sebaliknya, apresiasi meningkatkan tingkat keuntungan.
Oleh karena itu, risiko nilai tukar adalah pertimbangan lain bagi investor sebelum mereka menempatkan uang di negara lain, tidak hanya pertimbangan spread suku bunga. Nilai tukar yang terlalu fluktuatif adalah yang tidak diinginkan karena kurang dapat diprediksi dan meningkatkan ketidakpastian pengembalian.
Kedua, beberapa negara menerapkan kontrol aliran modal. Mereka melakukannya untuk menghindari efek yang tidak diinginkan dari arus masuk dan arus keluar modal. Mereka menganggap aliran investasi asing, seperti investasi portofolio asing, dapat membahayakan perekonomian. Itu hanya mengambil keuntungan jangka pendek. Itu segera masuk ketika perekonomian makmur dan tiba-tiba keluar ketika perekonomian menunjukkan sinyal pelemahan.
Aliran modal masuk dan keluar tersebut memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian ketika melibatkan jumlah yang masif. Nilai tukar berubah secara drastis, meningkatkan ketidakpastian dan membahayakan stabilitas perekonomian. Dan, itu dapat mengarah pada krisis nilai tukar.
Ketiga, ketidaksempurnaan informasi terkait dengan peluang investasi di luar negeri. Menginvestasikan uang di negara luar negeri lebih berisiko daripada berinvestasi di dalam negeri karena kita tidak memiliki informasi yang memadai.
Katakanlah investor membeli beberapa saham perusahaan di luar negeri. Mereka harus menyeleksi beberapa saham untuk menentukan yang paling potensial. Dan, tentu saja, pengetahuan dan kemampuan mereka untuk menyeleksi saham tersebut tidak lebih baik dibandingkan jika mereka membeli saham di pasar modal domestik. Singkat cerita, ketidaksempurnaan informasi tentang pengembalian dan risiko adalah faktor pertimbangan lain dalam membuat keputusan investasi, tidak hanya risiko nilai tukar dan suku bunga.
Keempat, kebijakan moneter tidak efektif. Bank sentral tidak dapat mempengaruhi perekonomian domestik dan kehilangan kendali atas suku bunga. Aliran modal sempurna mensyaratkan risiko nilai tukar nol. Dengan kata lain, itu beroperasi di bawah nilai tukar tetap. Jika bank sentral menaikan suku bunga kebijakan, aliran masuk modal asing akan mengarahkan suku bunga turun. Sebaliknya, ketika bank sentral menurunkan suku bunga, aliran modal keluar menyebabkan suku naik.