Contents
Apa itu: Kurva Laffer adalah representasi grafis hubungan antara tarif pajak dengan total pendapatan pajak pemerintah. Kurva mengambil nama dari Arthur Laffer, ekonom Amerika.
Kurva ini menunjukkan ke anda konsep tarif pajak yang memaksimalkan pendapatan. Ketika tarif terlalu rendah, pendapatan pajak pemerintah tidak maksimal. Pemerintah memiliki peluang untuk menaikan tarif dan meningkatkan pendapatan. Sebaliknya, jika tarif terlalu tinggi, itu membebani wajib pajak dan pada akhirnya, mengarah pada pendapatan yang lebih sedikit.
Tarif pajak yang memaksimalkan pendapatan bervariasi antar jenis pajak dan negara. Misalnya, tarif pajak optimal berada pada rentang 32,67% – 35,21%, berdasarkan analisis Y. Hsing terhadap ekonomi Amerika Serikat antara 1959-1991. Sementara itu, studi Mathias Trabandt dan Harald Uhlig di tahun 2011 menunjukkan bahwa persentasenya berada pada 30% untuk pajak tenaga kerja dan 6% untuk pajak modal di Amerika Serikat. Selanjutnya, perbandingan beberapa studi menunjukkan kisaran optimal untuk tarif pajak adalah 70%.
Cara kerja kurva Laffer
Laffer membawa konsep ini dan menjadi perhatian para pembuat kebijakan pada tahun 1974. Pada saat itu, pendekatan umum para ekonom adalah pendekatan Keynesian. Mereka menganjurkan lebih banyak pengeluaran pemerintah dan penurunan pajak untuk merangsang permintaan agregat. Peningkatan permintaan agregat merangsang pertumbuhan ekonomi.
Bisnis melihat prospek permintaan dan keuntungan mereka meningkat, mendorong mereka untuk memacu produksi. Itu pada akhirnya menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan di dalam perekonomian. Pada akhirnya, intervensi tersebut akan membawa lebih banyak pemasukan pajak karena keuntungan bisnis dan pendapatan rumah tangga membaik.
Tapi, pandangan semacam itu memiliki kelemahan. Laffer berargumen, perekonomian tidak tumbuh bukan karena kurangnya permintaan. Tapi, itu lebih karena beban pajak yang telah terlalu tinggi. Tingginya tarif pajak membuat produsen enggan untuk menghasilkan lebih banyak output dan rumah tangga enggan bekerja.
Pada titik ekstrim, yakni tarif pajak 0% dan 100%, pemerintah tidak membukukan pendapatan. 0% berarti pemerintah tidak menetapkan tarif pajak. Sedangkan, pada tingkat 100%, bisnis dan rumah tangga membayarkan semua keuntungan dan pendapatan mereka sebagai pajak.
Di antara dua titik ekstrim tersebut, ada tarif pajak yang optimal. Di titik tersebut, pemerintah dapat mengumpulkan pendapatan pajak secara maksimal. Ketika lebih rendah (antara 0%-x%), pengumpulan pajak kurang optimal karena pemerintah memiliki peluang untuk menaikkan tarif dan mengumpulkan lebih banyak pendapatan.
Pada rentang tersebut, sektor swasta relatif tidak terbebani dengan besaran tarif pajak. Sehingga, ketika pemerintah menaikkannya, pendapatan pajak masih akan meningkat.
Sebaliknya, ketika lebih tinggi (antara x%-100%), tarif pajak terlalu membebani wajib pajak. Itu mendisinsentif bisnis dan rumah tangga dalam mengumpulkan uang. Dalam situasi tersebut, pemerintah seharusnya menurunkan tarif untuk memaksimalkan pendapatan.
Pembayar pajak enggan bekerja lebih keras demi memperoleh lebih banyak penghasilan. Mereka beralasan, walau sudah bersusah payah, toh akhirnya, sebagian besar uang harus mereka bayarkan sebagai pajak.
Pada tingkat pajak 100%, pendapatan pajak nol. Tidak ada yang mau bekerja dan berproduksi. Meski menghasilkan uang, mereka tidak dapat menikmatinya. Jadi, untuk apa bekerja, jika mereka harus menyerahkannya semua uang sebagai pajak.
Kebijakan tarif pajak
Beberapa ekonom menggunakan kurva Laffer untuk mendukung pengurangan pajak untuk merangsang ekonomi. Tarif pajak mempengaruhi pendapatan pemerintah melalui dua cara. Pertama adalah efek langsung terhadap pendapatan. Kedua adalah efek tidak langsung melalui perubahan basis pajak dan jumlah wajib pajak.
Katakanlah, pemerintah memangkas tarif pajak. Tarif pajak lebih rendah berarti lebih sedikit pendapatan dalam jangka pendek.
Tetapi dalam jangka panjang, meningkatnya basis wajib pajak mengkompensasi efek tersebut. Pemangkasan tarif menempatkan lebih banyak uang di tangan pembayar pajak. Perusahaan memiliki lebih banyak keuntungan untuk investasi modal. Demikian juga, rumah tangga memiliki lebih banyak uang untuk belanja barang dan jasa.
Oleh karena itu, pemangkasan tarif seharusnya memacu permintaan barang dan jasa, mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi. Beberapa bisnis baru muncul. Mereka merekrut lebih banyak pekerja, mendorong tingkat pengangguran turun.
Sebagai hasilnya, pertumbuhan ekonomi menciptakan lebih banyak basis pajak karena pendapatan rumah tangga dan keuntungan bisnis meningkat. Selain itu, wajib pajak bertambah karena pengangguran turun dan beberapa bisnis baru muncul. Semakin luas basis pajak yang tercipta, semakin besar pendapatan pajak dalam jangka panjang.
Sebaliknya, tarif pajak yang lebih tinggi meningkatkan beban wajib pajak. Dalam jangka pendek, itu mungkin meningkatkan pendapatan pemerintah. Tetapi, itu berpotensi mengurangi basis pajak dalam jangka panjang, sehingga menurunkan pendapatan pemerintah.
Kenaikan tarif pajak mengurangi pendapatan disposabel dari rumah tangga. Karena memiliki lebih sedikit uang di tangan, mereka mengurangi konsumsi barang dan jasa. Akibatnya, permintaan agregat dalam perekonomian turun.
Penurunan permintaan agregat menciptakan peningkatan stok yang tidak terjual. Bagi produsen, itu menempatkan tekanan ke atas pada biaya operasi. Merespon peningkatan stok, produsen mulai mengurangi produksi.
Penurunan produksi mendorong bisnis mengurangi pekerja. Sehingga, tingkat pengangguran meningkat. Akibatnya, basis pajak dari sektor rumah tangga berkurang
Bisnis melihat bahwa tidak ada insentif untuk menghasilkan lebih banyak output. Permintaan yang jatuh dan pajak yang meningkat menekan keuntungan mereka. Keuntungan lebih sedikit dan beberapa perusahaan mungkin membukukan kerugian. Sebagai hasilnya, basis pajak dari sektor bisnis juga menurun.
Secara keseluruhan, peningkatan tinggi tarif pajak membebani pertumbuhan ekonomi dan menghasilkan lebih sedikit basis pajak. Beberapa wajib pajak mungkin berusaha menghindari pajak dan mengalihkan kekayaan dan uang mereka ke luar negeri. Itu pada akhirnya mengarah pada penurunan pendapatan pemerintah.